Beranda / Rumah Tangga / Selingkuhan Suamiku / Bab.2 Memasuki Kamar Kak Nita

Share

Bab.2 Memasuki Kamar Kak Nita

Penulis: AuthorS
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-12 03:46:20

"Iya, bayi itu adalah bayiku Amira,, hiks..hiks.." ucap Kak Nita yang kini menangis sesegukan.

Aku segera memeluknya untuk menenangkan perasaannya meski aku sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ingin bertanya, tapi aku takut membuatnya semakin merasa sedih, aku mengelus punggungnya membuat tangis Kak Nita mereda.

Setelah cukup lama membuatnya tenang, aku memberanikan diri bertanya pada Kakakku agar rasa penasaran itu tak membuatku semakin resah.

"Siapa Ayah dari bayi ini Kak? Siapa yang sudah melakukan ini padamu?" tanyaku yang bisa menebak kalau Kak Nita sudah dinodai oleh pria tak bertanggung jawab.

"Hiks..hiks..Kakak tidak bisa mengatakannya Amira," jawabnya dengan air mata yang masih terus mengalir membasahai pipi.

"Ya sudah kalau begitu, Kakak jangan menangis lagi ya, Kakak tidak usah memikirkan apapun lagi sekarang, kasian bayi itu, jangan banyak pikiran lagi," ucapku sambil melepas pelukan.

"Bagaimana dengan Ibu dan Ayah? Bagaimana jika mereka tahu kalau Kakak sudah punya anak diluar nikah sekarang Amira? Kakak gak bisa membayangkan semuanya, mereka pasti akan sangat kecewa juga sedih mengetahui hal ini, hiks..hiks..lebih baik Kakak mati saja agar keluarga tidak menanggung malu lagi karena aib ini!" katanya dengan penuh emosi yang meledak.

"Jangan bicara seperti itu Kak, pikirkan anakmu! Sekarang kamu sudah menjadi ibu dari seorang anak yang tak berdosa, bagaimana jika dia tahu tentang kelakuanmu yang seperti ini yang memilih untuk mengakhiri hidup daripada harus membesarkannya, apa dia akan menyayangimu jika mengetahui penyebab ibunya meninggal adalah dirinya sendiri?" ucapku tegas agar membuat Kak Nita sadar atas ucapannya.

"Hiks..hiks...." Kak Nita diam dengan terus menangis.

Aku ikut menangis meratapi nasibnya yang begitu malang. Pantas saja selama tiga tahun lebih bekerja di Kalimantan, dia tak ingin pulang bahkan terkesan menghindar saat keluarga meminta untuk menghubunginya melalui Vidio Call. Ternyata inilah jawaban atas semuanya,

Aku menangis memikirkan betapa menderitanya Kak Nita di luar sana dengan keadaannya yang tengah mengandung hidup sebatang kara di negri orang harus menanggung malu pula sekarang. Dalam hati, aku juga merasa geram dengan orang yang sudah membuatnya menderita.

Ingin sekali rasanya tangan ini memukul wajah laki-laki tak bertanggung jawab itu. Tapi saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mencari tahu siapa orang yang sudah berbuat kejam itu pada Kakakku. Suatu saat aku akan mencarinya sendiri.

********

Malam hari aku tak bisa terlelap tidur. Perkataan Kak Nita tadi pagi cukup membuat kepalaku pusing karena terlalu banyak berpikir. Aku membalikkan badan ke arah suamiku yang masih asik bermain ponsel sambil tersenyum sendiri.

Akhir-akhir ini Mas Razan memang bersikap berbeda dari sebelumnya. Dia yang biasanya langsung tidur setelah membersihkan diri, kini selalu asik bermain ponsel bahkan sampai larut malam.

"Mas? Belum tidur?" tanyaku mengarahkan tubuhku menghadapnya.

"Belum sayang, kenapa? Yang tadi masih kurang ya, wkwkwk,," jawabnya disertai cekikikan.

"Ih, apan sih Mas, bukan begitu, aku cuma susah tidur aja malam ini," jawabku berharap dia meletakkan ponsel lalu memelukku seperti biasa sebelum tidur.

Tapi tidak, kali ini Mas Razan malah asik mengetik sesuatu di ponselnya sambil tersenyum sendiri mengabaikan ucapanku. Tidak biasanya dia seperti ini, ada apa ini? Dengan siapa dia bertukar pesan? Batinku lagi-lagi dibuat penasaran olehnya.

"Mas!" panggilku agak lantang.

"Hmmmh..pelan-pelan aja manggilnya, nanti kuping Mas sakit!" jawabnya meliriku sekilas dengan ekspresi kesal.

"Habisnya kamu dari tadi asik main Handphone terus, kamu juga gak denger aku bilang apa tadi,"

"Mas denger kok, Mas mau ke bawah dulu ya, mau ambil air, haus," ucapnya bangkit dengan segera keluar dari kamar.

Aku duduk sambil mengernyitkan dahi memandangnya yang baru saja berlalu.

Tidak biasanya dia selalu membawa Handphonenya kemanapun. Biasnya Mas Razan selalu meletakkan Handphonenya sembarangan bahkan hampir hilang karena dia jarang memainkannya juga asal saja dalam meletakkan benda pipih itu.

Jika bukan urusan bisnis biasanya dia jarang bermain ponsel. Tapi kali ini, Mas Razan benar-benar berbeda dari sebelumnya. Mau ke dapur untuk ambil air saja bawa Handphone segala.

Karena penasaran aku mengikutinya ke bawah. Betapa terkejutnya aku saat melihat Mas Razan yang tengah memasuki kamar Kak Nita saat aku baru saja sampai di lantai bawah.

"Kenapa dia memasuki kamar Kak Nita?" gumamku dengan perasaan panas yang sudah menjalar keseluruh hati terbakar api cemburu meski belum tentu mereka berbuat sesuatu yang buruk.

Aku berjalan cepat menuju kamar Kak Nita untuk memastikan apa yang tengah terjadi. Dengan amarah yang menggebu aku berjalan cepat ingin segera sampai karena jaraknya cukup jauh dari tempat aku berdiri tadi.

Ckieet!

Langkahku terhenti saat melihat Mas Razan kembali keluar sambil menimang bayi bernama Farel bersamaan Kak Nita yang terlihat cemas. Ku lihat seksama bayi itu anteng-anteng saja dalam gendongan Mas Razan, tapi kenapa ekspresi Kak Nita seperti orang cemas?

"Eh, kamu kesini juga sayang, ini tadi Farel nangis-nangis pas aku lagi lewat depan pintu. Karena pintunya terbuka, aku langsung masuk aja, kasian Kak Nita kayak kesusahan diamkan Farel. Tapi pas aku gendong, dia berhenti nangisnya," kata Mas Razan padahal aku tidak bertanya apapun.

"Oh, dia lapar kali Kak, dia pengen susu, kayaknya belum kenyang deh," jawabku sok tahu karena memang aku sering membaca beberapa curhatan para ibu di media sosial tentang penyebab bayi menangis di tengah malam.

"Gak tau juga Amira, tapi tadi Kakak udah kasih dia susu kok, gak tau kenapa dia malah nangis terus," jawab Kak Nita yang masih cemas sekali.

"Biar aku periksa, mungkin saja perutnya kembung, makannya dia nangis terus," kata Mas Ranza sambil memasuki kamar Kak Nita tanpa meminta izin terlebih dulu.

Aku kembali mengernyitkan dahi. Bisa-bisanya suamiku yang begitu penuh dengan adab berubah seketika, entah apa penyebabnya?

Meski begitu banyak pertanyaan dalam hati, aku simpan saja rapat-rapat. Aku memasuki kamar Kak Nita untuk melihat secara langsung Mas Razan memeriksa keadaan Farel.

"Perutnya kembung, aku minta minyak telon Kak, biar aku pijat perutnya supaya lebih enak, kalau udah kentut dia akan nyaman karena gas dalam perutnya akan berkurang," ucapnya sambil mengambil sebotol minyak dari tangan Kak Nita.

"Ini, Mas,"

Deg!

Jantungku berdegup saat tangan mereka bersentuhan tepat di hadapanku. Sontak saja kedua orang itu saling memandang, lalu melirikku.

"Maaf," ucap Mas Razan pada Kak Nita lalu dia melirikku.

Karena dia tahu sekali dengan sifatku yang cemburuan. Pastinya Mas Razan tak ingin aku berpikir buruk sedikitpun akibat perlakuannya meski tidak disengaja.

Perlahan dia memijat perut Farel dengan lembut sambil berceloteh mengajak Farel berbicara membuat bayi itu sesekali tersenyum ke arah Mas Razan. Sepertinya bayi itu nyaman saat di dekat suamiku.

Aku lihat Kak Nita tersenyum senang saat melihat kedekatan antara bayinya dengan Mas Razan.

Ada apa ini? Kenapa rasanya hatiku sakit? Apa ini karena aku merasa telah gagal menjadi seorang istri yang belum kunjung memberinya keturunan? batinku menjerit melihat pemandangan itu.

Ada rasa bersalah dalam hati meskipun itu bukanlah kesalahanku. Semua ini hanya masalah waktu saja, aku yakin suatu saat aku pasti bisa memberikan keturunan untuk Mas Razan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
AuthorS
Hallo para pembaca ... mohon dukungannya untuk memberikan ulasan serta subscribe cerita ini ...... jangan sungkan untuk memberi kritik dan saran pada kolom komentar ya... Jangan lupa juga untuk follow akunku agar kalian bisa mengikuti setiap perkembangan cerita ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.49

    "Aku yakin banget dia ada disana tadi, di dekat pohon kelapa, dan dia memakai jaket warna hitam," aku kekeh karena sangat yakin jika itu benar Kakakku."Ya udah, kamu jangan panik begitu, tenangin diri dulu ya, jangan khawatir, dia tidak akan berbuat jahat lagi sama kamu, mungkin dia cuma kebetulan lewat saja," balas Daniel sambil mengelus pundakku. "Aku beli minum dulu ya, biar kamu lebih tenang setelah minum." Ujarnya lagi lalu pergi.Rinjani menggiring tubuhku untuk duduk di salah satu kursi panjang yang terdapat di pinggir pantai. Dia berkali-kali mengelus punggungku untuk menenangkan karena dia tahu sendiri bagaimana rasa traumaku beberapa waktu lalu saat aku harus kehilangan calon bayiku karena kecelakaan yang di lakukan oleh Kak Nita."Tenang Amira, kamu akan baik-baik saja, jangan khawatir, kan ada aku." Ucap Rinjani.Tak lama Daniel datang dengan sebotol air mineral di tangannya. "Minum dulu Mir, biar kamu lebih tenang," ucapnya mengulurkan sebotol air itu padaku."Iya, terim

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.48

    Aku hanya diam saja berpura tak mendrngar pertanyaan dari Rama. Dia tetap saja mendesak memberiku pertanyaan lagi."Apa mau bulan ini juga kalian merid?" tanyanya lagi yang membuat aku dan Daniel juga Rinjani berlirikan."Bukan bulan ini, tapi besok!" jawab Rinjani tegas.Rama terkikik geli setengah mengejek mendengar hal itu. Aku rasa ada yang berbeda dengan sikapnya. Tapi ku abaikan saja. Setelah acara itu selesai, kami semua pergi ke pantai untuk merayakan kembali hari ulang tahunku.Tentu saja aku meminta izin pada Ibu dan Bapak untuk pergi ke pantai bersama teman-temanku. Mereka langsung mengizinkan karena bukan hanya aku yang meminta izin, tapi Daniel juga. Sepertinya Ibu dan Bapak sudah terpikat oleh sikap baik Daniel padaku yang selama ini cukup dekat dengan keluarga kami.******Kembali kami menghabiskan waktu bersama di pantai setelah sampai dan memakan waktu cukup lama. Kami sampai tepat pukul tiga sore. Aku duduk di tepi pantai sambil menikmati hembusan angin sore. Tiba-

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.47

    Bi Ningrum berhenti di sebuah taman yang sudah di dekorasi dengan dekorasi yang sangat indah. Terdapat ucapan selamat ulang tahun di dalam dekorasi yang terpasang membuat dahiku mengernyit. Disana juga sudah tertata rapih beberapa meja bundar lengkap dengan kursi yang mungkin akan menjadi tempat duduk beberapa tamu.Sebuah kue besar dengan angka 27 di atasnya yang terpampang di atas meja sudah jelas sekali memberitahuku bahwa acara surprise itu di tunjukkan untukku."Happy Birthday Amira" Tampak Daniel yang tiba-tiba muncul dari balik dekorasi itu sambil menebar senyuman termanis padaku."Happy Birthday Amira!" ucapnya berteriak. Beberapa orang juga muncul sambil berteriak terutama Rinjani, Rama dan juga Erlika yang tanpa berekspresi."Tunggu!" ujarku membuat senyum mereka memudar berganti degan ekspresi kebingungan."Ada apa Amira?" tanya Rinjani menghampiriku yang jaraknya beberapa meter."Emangnya kalian yakin hari ini hari ulang tahunku?" tanyaku."Lah, bukannya tanggal ulang tah

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.46

    Nisa menjelaskan mereka berdua sempat berbincang di depan toko dan tak sengaja dia mendengarnya. Maksud mereka datang ke toko mungkin untuk mengundangku ke acara pernikahan mereka, begitu kata Nisa."Aku dengar mereka lagi ngobrol tentang undangan pernikahan Bu, mungkin saja Ibu mau di undang ke acara pernikahan mereka." Jelas Nisa.Mobil yang kini sedang aku kendarai melaju lambat, kala mengingat penjelasan Nisa waktu di toko. Aku menghentikannya di depan sebuah Mall.Setelah memarkirkan mobil aku turun. Beranjak berjalan menuju sebuah toko minuman lalu memesannya. Aku duduk di sebuah kursi menunggu minuman datang."Hai, Amira!" sapa Rama bersama seorang perempuan cantik menghampiriku yang sedang duduk termenung.Aku tersenyum membalas sapaannya. Dia duduk bersama wanita itu. "Malam-malam nongkrong disini, sendirian lagi, Daniel kemana?" tanya Rama.Mendengar pertanyaan itu aku sudah mengerti. Setiap orang pasti akan mengira kami sudah memiliki hubungan selain berteman. Aku jadi mera

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.45

    "Assalamu'alaikum...," ucapku saat membuka pintu rumah setelah sampai di kota kelahiranku."Hallo! Amira, apa kabar!" Rinjani menerobos memelukku dengan di penuhi aura kebahagiaan di wajahnya."Alhamdulillah, baik, aduh! Pelan-pelan dong meluknya!" kataku pada Rinjani yang terlalu bersemangat."Kangen tahu! Kamu nih ya, malah kabur ke luar negri, giliran temen nikah gak ada, kesel deh!" gerutunya sambil mengiringi langkahku berjalan menghampiri Bapak dan Ibu yang tengah duduk di sofa."Gimana jalan-jalannya Mir, pasti senangkan?" tanya Ibu padaku yang mencium punggung tangannya."Alhamdulillah Bu, Amira udah lebih baik sekarang, suasana di sana enak banget, tapi dingin karena lagi musim salju." Jawabku lalu mencium punggung tangan Bapak."Coba kalau kita ikut kesana, Ibu sih gak mau ikut, jadinya Bapak juga gak bisa ikut!" kata Bapak meluapkan kekesalannya."Malas Pak, perjalanannya jauh, naik pesawat lagi. Bapak kan tahu kalau ibu takut naik pesawat." Jawab Ibu membela diri."Iya-iya

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.44

    Aku dan Daniel berjalan kaki ketika sudah sampai di tempat tujuan. Kami harus menaiki tangga panjang menuju menara.Sesekali aku berhenti berjalan karena kelelahan. Dengan tingkah konyolnya dia memintaku untuk menaiki punggungnya menawarkan diri untuk siap menggendongku."Naiklah!" katanya sambil berjongkok."Eh, gak usah, aku masih bisa jalan kok," tolakku."Yakin, bakal kuat naik ke tangga berikutnya?" ejeknya padaku."Yakinlah, ayok lanjut!" ajakku sambil menaiki anak tangga berikutnya.Beberapa menit berikutnya kami sudah sampai di puncak menara. Disana terdapat banyak sekali gembok yang terpasang di sepanjang tempat. "Mau coba pasang gembok? Tulis sebuah tanda, atau permintaan, buat seru-seruan aja." Usul Daniel saat aku berdiri melihat satu persatu gembok yang sudah terpasang.Aku menyetujuinya. Kami membeli gembok serta menulis sesuatu lalu memasangnya di tempat yang cukup ruang. "Selesai!" teriak Daniel kegirangan."Kamu tulis apaan?" aku mengintip gembok yang baru saja di p

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status