Share

Bab 150. Dua Hari Sebelumnya

Auteur: Zhang A Yu
last update Dernière mise à jour: 2025-08-27 10:28:30

Dua hari sebelum Liu Ning tiba di pondok Anhui.

Pasar kota sore itu ramai oleh suara teriakan pedagang yang menutup lapak, aroma ikan asin bercampur daging asap memenuhi udara. Liu Ning menggenggam erat keranjang anyaman di tangannya.

Dia baru saja membeli daging asap, titipan selir Mu Fei. Langkahnya kecil dan cepat, ingin segera kembali sebelum gelap turun. Namun, langkahnya menggantung seketika.

Di sudut jalan pasar, sesosok tubuh besar menghadang. Bajunya compang-camping, wajahnya kusut kotor, dengan bekas luka panjang di pelipis. Tangannya kekar, penuh guratan kasar, dan sorot matanya tajam penuh kebencian.

Liu Ning tertegun. Seluruh tubuhnya langsung gemetar hebat, jari-jarinya menegang sampai keranjang di tangannya bergetar. Napasnya tersengal, jantungnya berdegup liar. Dia mengenal lelaki itu sebagai bos preman pasar. Orang yang dulu hampir membuatnya mati dengan pukulan tanpa ampun.

“Lama tak bertemu, bocah kecil,” suara parau lelaki itu serak, tetapi cukup untuk membu
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 183. Kaisar Tidak Menginginkan yang Lain Kecuali Chun Mei

    Paviliun Permaisuri Yuwen malam itu sunyi. Kekacauan sebelumnya tidak menyisakan apapun. Kaisar tahu jenderal beserta bawahannya telah membereskan para pembunuh berkedok penari. Dan saat ini .... BRAK! Pintu kamar permaisuri Yuwen berguncang hebat dihantam dari luar, terbuka keras hingga hampir terlepas dari engselnya. Langkah berat terdengar, mengguncang lantai seakan tiap tapak kaki membawa badai. Kaisar Lin Yi muncul, jubah hitam satin masih menyelimuti tubuhnya, topeng perak telah dia tanggalkan, menyingkap wajah keras penuh amarah. Aura gelap yang menempel padanya membuat pelayan yang tengah memijat kaki permaisuri Yuwen seketika menyingkir, bersujud tanpa berani menoleh. Wajah Permaisuri Yuwen memucat. Gelas tonik di tangannya bergetar, hampir tumpah. Bahkan sebelum sempat berkata apa-apa, kilau tajam menyambar. Shiiing! Pedang panjang Kaisar Lin Yi telah terhunus, kilat dinginnya menebas udara, lalu berhenti hanya sejengkal dari leher halus sang Permaisuri. Ujun

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 182. Sia-sia

    Langkah Kaisar Lin Yi mantap tapi senyap, mengikuti bayangan pria berjubah hitam di hadapannya. Pria itu berjalan cepat, seolah-olah hanya ingin keluar dari hiruk pikuk pasar gelap. Namun, gerakan bahunya, yang sedikit kaku, serta langkahnya yang makin tergesa, terlalu jelas menunjukkan kegelisahan. Di bawah cahaya lampu minyak yang redup, sosok berjubah hitam itu menembus kerumunan, sesekali menoleh dengan ekor mata. Dan saat matanya menangkap sekilas bayangan tinggi besar bertopeng perak yang mengikuti, napasnya tercekat. Dia mempercepat langkah hingga hampir setengah berlari! Kaisar Lin Yi tidak terprovokasi. Dia tetap berjalan dengan langkah panjang yang mantap, tak menampakkan kegelisahan meski bayangan buruannya mulai menghilang di balik kerumunan di tengah jalur. Kerumunan padat orang-orang berwajah muram, transaksi rahasia yang sibuk dalam senyap, sekaligus kode rahasia. Hingga akhirnya, saat Kaisar melewati lorong sempit, sosok berjubah hitam itu benar-benar lenyap dari

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 181. Ke Pasar Gelap Sendiri.

    Jarum perak satu per satu menusuk titik di sekitar bahu dan punggung Chun Mei. Tangan tabib Jiang cekatan, matanya penuh konsentrasi. Setiap tusukan membuat tubuh wanita itu sedikit bergetar, napasnya tersengal, tapi jubah tipis yang dikenakannya menjaga martabatnya tetap utuh. Bagian belakang jubah telah disobek, membiarkan luka menganga jelas terlihat agar racun bisa ditangani. Kemudian tabib Jiang mengeluarkan botol kecil berisi ramuan berwarna kehijauan, aroma getirnya menusuk hidung. Dengan hati-hati, dia meneteskan cairan itu ke luka, membuat darah beracun kembali merembes keluar, jatuh ke mangkuk tembaga yang kini sudah dipenuhi cairan hitam kehijauan. “Bertahanlah, Ratu Chun,” bisik tabib tua itu lirih, meski tahu kesadaran wanita itu hampir lenyap. Jemari lentiknya yang lemah masih menggenggam sehelai ujung jubah emas, seakan mencari jejak kehadiran seseorang yang kini sudah tidak ada di sisi. Sementara itu, di luar paviliun naga emas, langkah Kaisar Lin Yi terdenga

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 180. Racun Hama Pasir Hitam

    Kaisar Lin Yi menekan luka itu lebih keras, hingga darah hitam bercampur pekat merembes di sela jemarinya. Kemudian, tanpa ragu Kaisar menunduk, bibirnya menyentuh kulit pucat di sekitar luka. Dengan satu tarikan keras, dia menghisap darah beracun itu. Rasa pahit dan getir logam bercampur racun segera memenuhi lidahnya, membuat kepalanya berdenyut, tapi dia meludahkan cairan itu ke permukaan lantai di samping ranjang, lalu kembali menekankan bibirnya ke luka. Chun Mei menggigil, tubuhnya bergetar, tetapi suara lirihnya tetap terdengar. “Yang Mulia, jangan.” “Diam!” Kaisar membentak, tapi nada suaranya pecah, nyaris seperti tangisan. “Aku perintahkan kamu tetap sadar!” Kedua tangannya, yang satu menahan luka, yang lain menggenggam tangan Chun Mei erat; jemari besar dan kasar itu meremas lembut tangan wanita yang dingin bagai es. Setelah beberapa kali hisapan, darah berwarna lebih gelap mulai keluar, disertai semburat biru di bibir Kaisar. Namun, matanya tetap tajam, berkilat penuh

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 179. Panah Terkutuk

    Anak panah dari belakang berhasil menancap di punggung Chun Mei! Kaisar Lin Yi mendekap Chun Mei erat di pelukannya, kain wanita itu dalam waktu singkat telah ternoda darah yang hangat, membasahi dada Kaisar. Tubuhnya yang tinggi besar berlari menembus barisan, sementara di belakangnya, Shang Que dan Chu Qiao bertarung bagai singa, pedang mereka berkilat di bawah cahaya lampu minyak. “Lindungi jalan Kaisar!” perintah jenderal Shang Que, suaranya bergemuruh menggetarkan dada siapa pun yang mendengar. Para pengawal istana segera membentuk perisai hidup, menebas 'penari' yang mencoba merangsek. Denting pedang beradu dengan teriakan parau, udara pengap dipenuhi debu, darah, dan aroma arak tumpah. Kaisar tak menoleh sedikit pun, meski bayangan pedang beberapa kali nyaris menyambar punggungnya. Setiap langkahnya berat tapi mantap, hanya fokus pada sosok Chun Mei di pelukan yang sudah pucat, matanya berusaha tetap terbuka, hanya saja kelopak mata wanita itu semakin berat. Dengan

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 178. Pembunuh Mengelabui

    Tatapan Chu Qiao bagai mata elang yang menembus kabut! Wanita itu tidak bergerak, hanya matanya yang terus mengawasi, meneliti tiap detail. Penari di depan Shang Que masih berputar anggun, tetapi Chu Qiao tidak terkecoh oleh lenggok tubuh atau senyum menggoda. Fokusnya terkunci pada kilau samar di balik lengan gaun penari itu, berupa belati tersembunyi yang setiap saat bisa menyambar. Dari posisinya, dia seakan terpisah dari dunia ramai di sekelilingnya. Di depan sana, Kaisar Lin Yi meneguk arak dengan gerakan mantap, berwibawa, seolah setiap tegukan adalah pernyataan kuasa. Sorot matanya tetap tajam meski bibirnya menempel di tepi cawan, menunjukkan bahwa dia tidak pernah lengah walau sedang berpesta. Permaisuri Yuwen di sisi lain tersenyum anggun, menggigit pelan sepotong kue mungil. Gerakannya lembut, tenang, begitu berhati-hati menampilkan citra sempurna di hadapan para bangsawan. Wajahnya berseri-seri, penuh rasa bangga yang tak bisa dia samarkan karena hari ini adalah pangg

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status