Share

Bab 157. Kebengisan Chu Qiao

Penulis: Zhang A Yu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-31 10:11:13

Tiba-tiba saja gelombang mual menyeruak di perut Chun Mei, kali ini jauh lebih kuat dari hari-hari sebelumnya. Rasa itu naik dari perut ke tenggorokan, lalu menekan dadanya hingga dia terbatuk kecil, menahan agar tidak memuntahkan isi perutnya.

“Kuhhh.” Napasnya memburu.

Kepalanya langsung berkunang-kunang, pandangannya berputar tak keruan. Tangan Chun Mei terulur, mencari sesuatu untuk digenggam. Pilar bambu, kursi, apa saja, tetapi jemarinya hanya meraih kosong, menyambar udara dingin yang tak bisa menopangnya.

Tubuhnya limbung!

“Mmh,” keluhnya lirih, sebelum akhirnya kakinya tak lagi kuat menahan beban. Seluruh tubuhnya jatuh ke lantai kayu, dentumannya teredam oleh tikar tipis yang membentang.

Matanya sempat terbuka separuh, tapi bayangan di sekitarnya makin kabur. Nafasnya dangkal, dadanya naik-turun seperti dipaksa, dan perlahan kesadaran itu tercerabut darinya.

Dari luar pondok, Chu Qiao dan Liu Ning datang dari arah berbeda, tapi langkah mereka sama cepatnya. Sali
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 181. Ke Pasar Gelap Sendiri.

    Jarum perak satu per satu menusuk titik di sekitar bahu dan punggung Chun Mei. Tangan tabib Jiang cekatan, matanya penuh konsentrasi. Setiap tusukan membuat tubuh wanita itu sedikit bergetar, napasnya tersengal, tapi jubah tipis yang dikenakannya menjaga martabatnya tetap utuh. Bagian belakang jubah telah disobek, membiarkan luka menganga jelas terlihat agar racun bisa ditangani. Kemudian tabib Jiang mengeluarkan botol kecil berisi ramuan berwarna kehijauan, aroma getirnya menusuk hidung. Dengan hati-hati, dia meneteskan cairan itu ke luka, membuat darah beracun kembali merembes keluar, jatuh ke mangkuk tembaga yang kini sudah dipenuhi cairan hitam kehijauan. “Bertahanlah, Ratu Chun,” bisik tabib tua itu lirih, meski tahu kesadaran wanita itu hampir lenyap. Jemari lentiknya yang lemah masih menggenggam sehelai ujung jubah emas, seakan mencari jejak kehadiran seseorang yang kini sudah tidak ada di sisi. Sementara itu, di luar paviliun naga emas, langkah Kaisar Lin Yi terdenga

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 180. Racun Hama Pasir Hitam

    Kaisar Lin Yi menekan luka itu lebih keras, hingga darah hitam bercampur pekat merembes di sela jemarinya. Kemudian, tanpa ragu Kaisar menunduk, bibirnya menyentuh kulit pucat di sekitar luka. Dengan satu tarikan keras, dia menghisap darah beracun itu. Rasa pahit dan getir logam bercampur racun segera memenuhi lidahnya, membuat kepalanya berdenyut, tapi dia meludahkan cairan itu ke permukaan lantai di samping ranjang, lalu kembali menekankan bibirnya ke luka. Chun Mei menggigil, tubuhnya bergetar, tetapi suara lirihnya tetap terdengar. “Yang Mulia, jangan.” “Diam!” Kaisar membentak, tapi nada suaranya pecah, nyaris seperti tangisan. “Aku perintahkan kamu tetap sadar!” Kedua tangannya, yang satu menahan luka, yang lain menggenggam tangan Chun Mei erat; jemari besar dan kasar itu meremas lembut tangan wanita yang dingin bagai es. Setelah beberapa kali hisapan, darah berwarna lebih gelap mulai keluar, disertai semburat biru di bibir Kaisar. Namun, matanya tetap tajam, berkilat penuh

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 179. Panah Terkutuk

    Anak panah dari belakang berhasil menancap di punggung Chun Mei! Kaisar Lin Yi mendekap Chun Mei erat di pelukannya, kain wanita itu dalam waktu singkat telah ternoda darah yang hangat, membasahi dada Kaisar. Tubuhnya yang tinggi besar berlari menembus barisan, sementara di belakangnya, Shang Que dan Chu Qiao bertarung bagai singa, pedang mereka berkilat di bawah cahaya lampu minyak. “Lindungi jalan Kaisar!” perintah jenderal Shang Que, suaranya bergemuruh menggetarkan dada siapa pun yang mendengar. Para pengawal istana segera membentuk perisai hidup, menebas 'penari' yang mencoba merangsek. Denting pedang beradu dengan teriakan parau, udara pengap dipenuhi debu, darah, dan aroma arak tumpah. Kaisar tak menoleh sedikit pun, meski bayangan pedang beberapa kali nyaris menyambar punggungnya. Setiap langkahnya berat tapi mantap, hanya fokus pada sosok Chun Mei di pelukan yang sudah pucat, matanya berusaha tetap terbuka, hanya saja kelopak mata wanita itu semakin berat. Dengan

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 178. Pembunuh Mengelabui

    Tatapan Chu Qiao bagai mata elang yang menembus kabut! Wanita itu tidak bergerak, hanya matanya yang terus mengawasi, meneliti tiap detail. Penari di depan Shang Que masih berputar anggun, tetapi Chu Qiao tidak terkecoh oleh lenggok tubuh atau senyum menggoda. Fokusnya terkunci pada kilau samar di balik lengan gaun penari itu, berupa belati tersembunyi yang setiap saat bisa menyambar. Dari posisinya, dia seakan terpisah dari dunia ramai di sekelilingnya. Di depan sana, Kaisar Lin Yi meneguk arak dengan gerakan mantap, berwibawa, seolah setiap tegukan adalah pernyataan kuasa. Sorot matanya tetap tajam meski bibirnya menempel di tepi cawan, menunjukkan bahwa dia tidak pernah lengah walau sedang berpesta. Permaisuri Yuwen di sisi lain tersenyum anggun, menggigit pelan sepotong kue mungil. Gerakannya lembut, tenang, begitu berhati-hati menampilkan citra sempurna di hadapan para bangsawan. Wajahnya berseri-seri, penuh rasa bangga yang tak bisa dia samarkan karena hari ini adalah pangg

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 177. Situasinya Tidak Biasa

    Hari berikutnya. Paviliun utama kediaman permaisuri Yuwen telah dipersiapkan dengan cermat. Tirai-tirai sutra merah muda digantung di setiap sisi, lentera emas bergantungan, memantulkan cahaya lembut yang membuat ruangan tampak hangat sekaligus agung. Meja-meja kecil dipenuhi buah segar, kue-kue manis, dan teko arak harum. Permaisuri Yuwen duduk di kursi kehormatan, gaun sutranya yang berwarna ungu keemasan berkilau, dihiasi sulaman burung phoenix. Wajahnya bersinar, bukan hanya karena tata rias yang sempurna, melainkan karena kabar yang ingin dia tunjukkan pada dunia. Tangannya sesekali menyentuh perut yang belum begitu terlihat membesar, tapi cukup bagi siapa pun untuk mengerti maksudnya. Hari ini bukan perjamuan megah, hanya sebuah acara perayaan kecil yang dibuat seolah santai. Namun, setiap orang tahu, acara ini adalah cara Permaisuri Yuwen mengumumkan kehamilannya ke publik istana. Para tamu yang hadir sebagian besar berasal dari keluarga bangsawan terkemuka. Mereka para ist

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 176. Diujung Keputusasaan

    Paviliun Qingxin begitu sunyi. Di taman kecilnya, Selir Mu Fei duduk seorang diri di kursi kayu tanpa sandaran, tubuhnya condong ke depan dengan kepala bersandar lemah di atas meja batu. Gaun yang membalutnya tampak kusut, warnanya pudar tertimpa cahaya sore yang suram. Rambut panjangnya sebagian terlepas dari sanggul, helai-helai kusut itu menutupi pipi pucatnya. Wajah yang dulu selalu dilabeli cantik mulus bak tanpa pori-pori, kini tampak kendur, kusam, seperti menua dalam semalam. Matanya setengah terpejam, tatapan kosongnya mengarah ke kolam kecil yang permukaannya beriak ringan. Namun, tidak ada kehidupan dalam sorotnya, seolah jiwa sudah meninggalkan tubuh, hanya cangkang rapuh yang tertinggal. Angin berhembus membawa guguran dedaunan kering, menempel di kain bajunya tanpa dia pedulikan. Aroma lembap dari batu-batu berlumut seolah meresap, membuat kesuraman itu semakin pekat. Seluruh paviliun itu, dengan bangunannya yang sederhana dan taman yang tampak terabaikan, menambah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status