Home / Romansa / Selir Hati Tuan Muda / Malam Pertama Dengan Istri Kedua

Share

Malam Pertama Dengan Istri Kedua

last update Huling Na-update: 2024-07-01 13:20:26

Gendis menatap wajahnya di cermin yang berpoleskan riasan seadanya. Ia hanya menggunakan bedak dan lip balm untuk melembabkan bibirnya yang kering. Catherine melarangnya berdandan untuk pernikahannya dengan Dexter tadi. Nyonya rumah itu mengatakan Dexter tidak suka perempuan yang suka berdandan. Padahal hampir setiap hari Gendis melihat wajah Catherine dilapisi make up tebal.

Gendis rasanya tidak percaya kalau sekarang sudah menjadi istri kedua dari majikannya. Meskipun dinikahi secara siri, statusnya tetaplah sebagai seorang istri. Orang tuanya di kampung sana yang tinggal di daerah terpencil tidak akan tahu bahwa putri mereka sudah menikah. Gendis sedih saat mengingat hal itu. Seharusnya ayahnyalah yang menikahkannya. Semestinya ia didampingi oleh kedua orang tuanya. Dan yang terpenting ia menikah dengan lelaki yang dicintainya, bukan dengan cara terpaksa.

Suara pintu yang diketuk dari luar mengusir lamunan Gendis. Gadis itu terkesiap. Digigitnya bibir sembari menerka di dalam hati siapa yang sedang berdiri di depan pintu kamar.

Apa itu Catherine? Atau ... Dexter?

Mendadak jantungnya bertalu-talu andai saja itu Dexter.

"Silakan masuk, pintunya tidak dikunci." Gendis menyahut dari tempatnya.

Dua detik kemudian daun pintu terbuka dengan perlahan, menampakkan sosok lelaki gagah yang masih menggunakan kemeja putih untuk akad nikah tadi.

Gendis cepat berdiri dari tempat duduknya lalu membalikkan tubuh menghadap Dexter yang melangkah ke arahnya.

Gadis itu menunduk. Tidak berani menatap pria di hadapannya.

Untuk apa Dexter datang menemuinya? Apa lelaki itu ingin tidur di sini dan menagih haknya?

Sungguh, Gendis semakin gugup membayangkan apa yang akan pria itu lakukan.

"Selamat malam, Pak, ada yang bisa saya bantu?" sapa Gendis setelah memberanikan diri mengangkat wajahnya menatap Dexter.

"Buka pakaian kamu," titah lelaki itu tanpa basa-basi.

"Ap-ap-apa, Pak?" Gendis tergagap saking gugupnya.

"Langsung saja, buka pakaian kamu dan belakangi saya. Saya nggak suka basa-basi."

Gendis terdiam beberapa detik mencerna perkataan Dexter. Jadi benar lelaki itu datang untuk menagih haknya. Masalahnya, kenapa begini?

"Kenapa saya harus membelakangi Bapak?" tanya Gendis tidak mengerti.

"Lakukan saja apa yang saya perintahkan. Jangan banyak tanya."

Aura dingin yang menguar dari suara Dexter membuat nyali Gendis menciut. Ia tidak mau pria itu marah. Maka Gendis membelakangi Dexter lalu menurunkan zipper hingga gaun putih yang dipakainya tadi menumpuk di kakinya. Sambil menahan malu Gendis juga membuka pakaian dalamnya hingga tubuhnya polos sempurna. Entah semerah apa pipinya saat ini. Untung Dexter berdiri di belakangnya.

"Sudah, Pak," jawab Gendis lirih.

"Maju." Dexter memerintahkan agar Gendis berjalan beberapa langkah.

Gendis melakukannya sampai tubuhnya mentok ke dinding. Hatinya bertanya-tanya, apa yang akan dilakukan Dexter selanjutnya? Kenapa lelaki itu tidak menyuruhnya membalikkan badan agar mereka bisa saling menatap?

Di belakang Gendis, Dexter mengangkat kemejanya lalu menurunkan sedikit celananya. Demi Tuhan Dexter tidak ingin melakukan ini. Ia sangat mencintai Catherine tapi ia terpaksa melakukannya agar mereka segera memiliki keturunan.

Gendis menggigit bibir sambil meringis ketika merasakan ada yang menusuk bagian kewanitaannya dari belakang. Ternyata inilah maksud Dexter.

Kenapa lelaki itu melakukannya dengan cara seperti ini? Kenapa Dexter tidak ingin melihat wajahnya? Bahkan Gendis bisa merasakan Dexter masih berpakaian lengkap saat tangan pria itu merengkuh pinggulnya.

Dexter mulai mendorong, mencoba meloloskan miliknya ke dalam.

Gendis meringis kesakitan. Air matanya menetes menuruni kedua sisi pipinya yang mulus.

Sakit. Sangat sakit. Bukan hanya karena ini yang pertama, tapi juga karena cara Dexter melakukannya. Pria itu memperlakukan Gendis bukan seperti suami istri. Tapi hanya ingin memasukkan benihnya saja.

Dexter terus mendorong tapi belum berhasil menyatukan diri dengan istri keduanya. Ia merasa terkejut mendapati fakta bahwa Gendis masih perawan. Dexter adalah orang pertama yang menyentuhnya.

Dorongan Dexter semakin kuat dan dalam. Gendis menahan suaranya agar tidak merintih. Perempuan itu membekap mulut dengan menggigit bibirnya. Gendis belum pernah merasa sesakit ini.

Dorongan demi dorongan dari belakang tubuhnya tak henti menyerang Gendis yang menumpukan tangan ke dinding. Rintihan berhasil diredamnya. Tapi air matanya terus mengalir tanpa bisa dihentikan.

Dengan satu kali hujaman tajam yang dalam Dexter berhasil menembusnya. Tubuh Gendis bagai dibelah bersamaan dengan selaput daranya yang terkoyak. Sebagian dari diri Dexter kini berada di dalamnya. Mengisi dan menyesakinya dengan penuh.

Alih-alih akan mendesah, Gendis menangis tanpa suara menahan rasa sakit yang terus mendera.

Dexter mendorong semakin keras, memberi hentakan-hentakan kuat agar semua cepat selesai. Ia tidak ingin bercumbu lebih lama walau tidak dipungkirinya rasa Gendis sangat nikmat.

Sesaat kemudian lelaki itu berhasil mencapai titik klimaks. Lava itu mengalir ke rahim Gendis.

Dalam diamnya Gendis mendengar sengal napas Dexter di belakangnya. Lelaki itu sudah berhenti bergerak lalu menarik diri dari Gendis.

Dengan terburu-buru Dexter menaikkan celana dan menurunkan kemejanya.

Tanpa berkata-kata apa-apa Dexter keluar dari kamar Gendis.

Gendis hanya mendengar suara pintu dibuka lalu ditutup. Dexter sudah pergi.

Tubuh Gendis melorot ke lantai. Sembari mengenakan pakaiannya gadis itu tergugu dalam tangis.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Selir Hati Tuan Muda   Happily Ever After

    "Mama, nun, Ma ..." Tangan kecil yang menggapai-gapai serta suara cadel yang memanggilnya memaksa Gendis membuka kedua matanya. Perempuan itu terjaga dari tidurnya dan mendapati putra kecil kesayanganya sedang berada di tengah-tengah di antara dirinya dan Dexter. Menyadari dirinya terbangun bersamaa Dexter di sisinya membuat seulas senyum tipis terukir manis di bibir Gendis.Sudah sejak dua belas bulan yang lalu situasi ini terjadi. Lebih tepatnya sejak dirinya menikah dengan Dexter."Pagi, Sayang, anak Mama udah bangun?""Dah, Ma.""Sini cium Mama dulu."Bobby menghambur menciumi pipi Gendis dengan penuh semangat yang membuat Gendis tertawa. Biasanya Gendis akan meletakkan Bobby di atas perutnya. Hanya saja hal itu tidak bisa lagi dilakukannya karena perutnya yang tinggi menyamai dada. Saat ini Gendis sedang mengandung. Tidak butuh waktu lama bagi Dexter membuatnya berbadan dua. Beberapa bulan pasca menikah Gendis dinyatakan positif hamil. Dan hal itu membuat seluruh keluarga berbaha

  • Selir Hati Tuan Muda   Kembali Padamu

    Gendis menegakkan duduknya. Seluruh indera perempuan itu terjaga waspada menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.Perlahan kelopak mata Dexter terbuka. Pertama-tama yang dirasakannya adalah penglihatannya yang terasa kabur. Namun lama kelamaan semua yang berada di ruang pandangnya mulai terlihat dengan jelas, termasuk presensi Gendis dan juga Bobby."Ndis ...," panggil lelaki itu lirih dengan keadaannya yang masih lemah."Dex, ini aku. Kamu sudah sadar?"Dexter tak seketika menjawab. Pria itu berupaya mengumpulkan serpihan ingatan. Namun semakin kuat ia mengingat, kepalanya terasa bertambah sakit. Bukan. Dexter tidak mengalami amnesia. Buktinya ia ingat siapa Gendis dan siapa Bobby. "Apa yang terjadi, Ndis?" tanyanya masih selesu tadi."Bu Catherine menusuk kamu dengan pisau. Lukamu sangat dalam dan harus dioperasi. Sejak pertama kejadian itu kamu nggak sadarkan diri. Ini adalah hari ketiga kamu di rumah sakit."Dexter termangu mendengar cerita Gendis. Lamat-lamat ingatannya akan

  • Selir Hati Tuan Muda   Bertiga Bersama

    Gendis keluar dari ruang rawat Dexter. Ia bermaksud pergi dari rumah sakit itu. Ia tidak mau terlibat dengan apa pun yang berhubungan dengan Dexter lagi. Hubungannya dengan Dexter sudah lama berakhir. Bagi Gendis lebih baik mereka menjalani hidup sendiri-sendiri seperti saat ini."Gendis!" Suara Martha menahan langkahnya, membuat Gendis menoleh ke belakang. Ia langsung menemukan Martha yang berjalan mendekat ke arahnya."Kamu mau ke mana?" tanya perempuan itu."Saya mau pulang, Bu.""Pulang?" Martha mengerutkan dahi. "Kamu nggak mau menunggu sampai Dexter sadar?""Maaf, Bu, saya nggak bisa," jawab Gendis memberi penolakan."Tapi Dexter butuh kamu. Kehadiran kamu sangat berarti buat dia."Gendis menahan senyum getir agar tidak terlihat. Jadi ceritanya sekarang dirinya sudah dianggap?"Oh iya, Rosa sudah cerita semua sama saya. Saya salut dan kagum sama kamu, Gendis. Kamu perempuan hebat dan luar biasa.""Terima kasih, Bu," jawab Gendis sekenanya. "Maaf, saya harus pulang. Ada hal lain

  • Selir Hati Tuan Muda   Membesuk Dexter

    Acara Junior Chef dengan cepat melejit dan terkenal di kalangan pemirsa Citra Televisi. Bukan hanya karena pesertanya anak-anak yang lucu dengan segala tingkah mereka yang beragam, namun juga karena adanya Gendis, juri yang cantik, masih muda dan energik. Otomatis Gendis menjadi idola baru bagi pemirsa Citra Televisi. Perlahan tapi pasti nama Gendis merambat naik dan mulai dikenal orang-orang. Beberapa orang yang mengenalnya ada yang meminta tanda tangan atau foto bersama saat bertemu dengan Gendis di luar, membuat Gendis merasa takjub pada pencapaiannya saat ini.Gendis baru saja keluar dari bangunan Citra Televisi ketika lagi-lagi ia bertemu dengan Rosa."Bu Rosa ..."Tiada senyum di bibir Rosa ketika Gendis menyapanya. Perempuan itu terlihat tegang yang membuat Gendis ikut kaku."Gendis, ikut dengan saya sekarang," kata Rosa tanpa basa-basi atau salam pembuka."Ke mana, Bu?""Ke rumah sakit.""Ke rumah sakit?" Gendi

  • Selir Hati Tuan Muda   Salah Sasaran

    "Ma-mami ... Sejak kapan Mami di sini?" tanya Rosa gelagapan."Memangnya kenapa? Kalian takut Mami mendengar semuanya?""Mami jangan salah paham dulu!" ujar Catherine ketakutan sambil berusaha memegang tangan mertuanya itu namun dengan cepat Martha menepisnya."Tadi Mami dengar katanya kamu mau membunuh Rosa. Itu betul?""Itu nggak benar, Mi. Itu hanya bercanda," sangkal Catherine dengan raut ketakutan. Semua image baik yang dibangunnya selama bertahun-tahun runtuh dalam sekejap."Ngeri sekali bercandamu, Cat. Bercandanya saja main bunuh-bunuhan, gimana aslinya?" Martha menggeleng-gelengkan kepala tidak habis pikir pada kelakuan menantunya."Itulah salahnya Mami. Selalu saja suka menguping pembicaraan orang. Apa salahnya Mami tanya aku baik-baik?" Martha menatap Catherine lebih lekat mendengar perkataan Catherine yang terkesan sedang melawannya."Jadi kamu melawan Mami? Berani kamu sekarang?""Dari dulu aku memang berani, Mi. Aku nggak pernah takut pada siapa pun. Bahkan kalau aku ma

  • Selir Hati Tuan Muda   Terbongkarnya Rahasia Catherine

    "Bagaimana cara agar perut terlihat besar seperti orang hamil?"Rosa mengetikkan sepotong kalimat tersebut di search engine ponsel pintarnya.Di detik selanjutnya mulut perempuan itu ternganga ketika melihat jawaban yang keluar."Perut bisa terlihat besar dengan memakai perut silikon palsu."Tidak hanya itu saja, di mesin pencari tersebut juga tersedia link yang menghubungkan ke berbagai market place yang menjual perut palsu tersebut.Rosa menelusurinya sati demi satu. Terbukti jika perut-perut silikon tersebut sering digunakan orang-orang untuk berpura-pura hamil dan lebih seringnya digunakan dalam film atau sinetron-sinetron.'Apa mungkin Catherine menggunakan perut seperti ini untuk mengelabui orang-orang?' Rosa tidak henti bertanya di dalam hatinya. Rosa bertekad untuk membuka kebusukan Catherine. Namun bagaimana cara membuktikannya? Apalagi perempuan itu begitu licik.Belum putus asa, Rosa kembali mengunjungi toko-toko yang menjual perut palsu tersebut. Ia membaca satu demi satu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status