Home / Fantasi / Selir Pangeran Murong / SPM - Part 1. Teleportasi

Share

Selir Pangeran Murong
Selir Pangeran Murong
Author: Ummu Nadin

SPM - Part 1. Teleportasi

Author: Ummu Nadin
last update Huling Na-update: 2023-06-07 16:52:57

Dor dorr dorr

Suara letusan timah panas bersahut-sahutan. Baku tembak terjadi tak bisa dihindari. Sesosok tubuh yang terbalut pakaian serba hitam meliuk-liuk menghindari misil kematian. Tertinggal jauh di belakang, lima sosok pria berlari laksana raja neraka mengejar renjana.

Sosok yang dikejar itu jelas seorang wanita. Lekuk tubuh yang mempunyai tinggi 170cm. Wajahnya tertutup masker hitam, rambut panjangnya diikat ekor kuda terjuntai dari lubang belakang topi hitamnya. Setelan celana cargo dan kaos hitam lengan panjang berlapis jaket anti peluru membalut tubuhnya.

"Sial, kenapa kalian menjebakku!" Si Wanita menggeremeng penuh amarah. Sama sekali tidak pernah menyangka situasinya akan berubah secepat ini.

"Ada dendam apa kalian denganku?" Dia berteriak memuntahkan segenap kecewa. Dua dari lima pria yang mengejar di belakang adalah rekannya. Mereka sedang mengerjakan misi bersama. Alih-alih saling mendukung, dua rekannya malah berkhianat. Berbalik ingin membunuhnya.

Gadis itu bernama Xin Qian. Bersama dua rekannya, berbagi tugas untuk menyelesaikan misi membunuh pimpinan mafia dengan cepat. Dua rekannya sepakat untuk mengalihkan perhatian para pengawal pribadi sang Mafia. Sedangkan dirinya sebagai eksekutor.

Sebelumnya, mereka sudah berhasil menyusup menjadi penjaga villa tempat menginap Lin Chao Feng. Pimpinan Mafia yang harus dibunuhnya hari ini.

Alih-alih bisa mendekati Lin Chao Feng, dua rekannya malah berkhianat. Semua pengawal Mafia dan dua rekannya berkumpul di sana menyiapkan jebakan untuk Xin Qian.

Sungguh paradoks yang menggelikan. Xin Qian, sang pembunuh nomor satu kali ini menjadi target dalam misinya sendiri.

"Menyerah saja Xin Qian. Aku akan memberi kematian yang indah untukmu! Ha-ha-ha." Seorang pria tiba-tiba sudah bergabung bersama para pengejar. Siapa lagi. Pemilik suara tawa menggelegar itu adalah Lin Chao Feng, pimpinan Mafia yang harus dibunuhnya hari ini.

"Jangan harap bisa begitu mudah membunuhku, Lin Chao Feng!"

Xin Qian terus berlari dengan gerakan lincah. Dia cukup percaya diri dengan kemampuan bela dirinya. Ilmu meringankan tubuh yang cukup tinggi sehingga bisa begitu cepat menghindari tembakan yang bertubi-tubi. Bahkan, sesekali dia juga melepaskan tembakan ke arah para pria yang mengejar di belakang.

Dorr Dorr

Ceklek

"Sial, peluru habis!" umpat wanita itu kesal.

Sungguh sial. Di saat kritis pistol laras pendek terakhirnya kehabisan peluru. Tak ada pilihan lain baginya kecuali terus berlari ke depan.

"Shit! Jalan buntu!" Tak ada lagi jalan untuk melarikan diri. Dihadapannya hanya tersisa jurang yang begitu dalam.

Hanya ada satu pilihan untuk bisa lepas dari kejaran para pengawal itu yaitu melompat dari tebing. Tapi, jurang ini begitu dalam. Melompat ke bawah sana sama dengan bunuh diri. Dia akan mati dengan tubuh hancur. Dengan napas terengah-engah, Xin Qian kembali menimbang.

“Sial, aku tidak rela harus mati seperti ini!” Xin Qian menggertakkan gigi ketika melihat sekelompok pria itu telah tiba di hadapannya.

"Ha-ha-ha, tidak disangka kamu akan mati di usia semuda ini, Xin Qian." Lin Chao Feng mendesah lega dengan tawa ironi. Akhirnya, buruannya tak bisa melarikan diri.

“Xin Qian, bagaimana kalau kita bersenang-senang dulu sebelum aku membunuhmu? Ha-ha-ha.” Suara gelak tawa menggelegar.

“Jadilah wanitaku malam ini, bagaimana? Ha-ha-ha….” Lin Chao Feng melangkah maju. Lima pria lain bersiap dengan senjata masing-masing. Di hadapan mereka adalah Xin Qian. Pembunuh nomor satu yang ditakuti.

“Cuih! Jangan mimpi. Aku lebih baik mati.”

“Ha-ha-ha, sudah berada di lubang neraka, tapi masih bisa bersikap sombong. Baiklah, kesombongan itu memang sesuai dengan nama besarmu.”

"Jangan banyak basa-basi. Membunuhku sungguh tidak akan semudah itu, Lin Chao Feng!” geramnya sembari berpikir mencari jalan untuk melarikan diri. Jarak antara mereka semakin terpangkas.

"Ckckck, Xin Qian, Xin Qian. Aku tidak berencana membunuhmu dengan mudah. Aku akan menyiapkan jamuan besar di istanaku sebelum mencabut nyawamu, bagaimana? Bukankah itu sepadan, Xin Qian? Ha-ha-ha….”

“Ngomong-ngomong, dua rekanmu tertarik dengan harga satu juta dollar untuk nyawamu, Xin Qian.” Lin Chao Feng kembali berceloteh.

Xin Qian mendengus kasar. "Bahkan harga nyawaku lebih mahal darimu, Lin."

Dua pria yang bertahun-tahun selalu menjadi rekan dalam menyelesaikan misi tersenyum miring sembari menodongkan pistol. “Dasar tidak setia kawan,” sembur Xin Qian emosional.

"Apa aku salah dengar? Kita telah hidup begitu lama di dunia hitam. Kamu masih bermimpi mendapatkan teman setia?!”

“Apakah kebersamaan kita selama ini tidak ada harganya sama sekali?” ketusnya. Xin Qian benar-benar kecewa. Dia sama sekali tidak menyangka semudah itu, dua rekannya melupakan pengalaman hidup mati bersama hanya demi uang.

Bisa-bisanya, ada orang yang menghargai nyawanya begitu mahal. Pantas saja dua rekannya berkhianat. Dengan nominal satu juta dollar, mereka bisa pensiun dini. Hidup berfoya-foya tanpa khawatir kekurangan uang lagi.

Di antara rasa kecewa karena pengkhianatan yang mendorongnya nyaris terperosok di lubang neraka, mendadak gadis itu teringat sesuatu. Dia meraba benda bulat yang melingkar di pergelangan tangannya. Menekan salah satu tombol yang ada di sana.

Tiba-tiba suara embusan angin begitu riuh terdengar dari arah tebing. Xin Qian menoleh ke belakang. Di sana terlihat pusaran angin yang berputar-putar di udara. Sudut bibirnya terangkat membentuk lengkungan tipis. Ini adalah pertama kalinya dia menggunakan alat canggih yang berhasil dikembangkannya, mesin waktu.

Ya, masih ada harapan bisa selamat dari lubang neraka ini. Meski kali ini pertama kalinya dia menggunakan mesin waktu ciptaannya. Dia berharap alat ini bisa mengantarkan dirinya berteleportasi ke tempat persembunyian rahasianya.

"Badai tornado!" pekik para pria yang tak jauh darinya.

Pusaran tornado menggulung tubuh Xin Qian. Di dalam pusaran angin yang menderu, panca inderanya seakan mati rasa. Dia hanya bisa pasrah memejamkan mata, mengikuti langkah takdir yang sama sekali tidak pernah terbayangkan oleh benaknya.

"Lin Chao Feng, selamat tinggaaaal."

***

Musim dingin di perbatasan Da Liang, Dinasti Murong

Weng weng weng

Suara dengungan yang pertama menyapa indra dengar Xin Qian. Kepalanya terasa berat. Tubuhnya seakan tercabik-cabik oleh ribuan jarum tersembunyi. Rasa kebas level maksimal menghujam dari kepala hingga ujung kaki. Kendati kesadarannya makin pulih, tubuhnya masih belum bisa bereaksi. Matanya masih terpejam. Entah berapa lama Xin Qian terbujur kaku tak bisa bergerak, dia tidak tahu. Namun sekali lagi, indera dengarnya kembali menangkap suara angin lembut yang ada di sekitar. Ujung jari mulai bisa merasakan benda lembut dan dingin di bawah tubuhnya. Sekuat tenaga berusaha membuka mata. Bulu mata panjangnya bergetar perlahan sebelum akhirnya sepasang mata bulat itu terbuka.

Hal pertama yang menyapa pandangan mata adalah sinar matahari musim dingin dengan hamparan salju memutihkan ruang dan waktu. Xin Qian mendesis kesakitan. Kepalanya terasa nyeri.

“Ke-kenapa ada salju?” Bibirnya menggumam kaku. Xin Qian berusaha duduk. Belum sempat dia menyadari keberadaannya, dia mendapati beberapa bilah pedang panjang menghunus ke lehernya.

Kesadarannya seketika terpanggil. Apa-apaan ini?

"K-kalian siapa?" Xin Qian berseru waspada. Dahinya berkerut dalam ketika melihat penampilan tiga pria yang menghunuskan pedang.

"Tuan, ini dimana?" Sekali lagi Xin Qian bertanya. Kepalanya terasa berdenyut mendapati situasi asing seperti ini.

Tak hanya penampilan tiga pria yang saat ini menghunuskan pedang yang membuat kepalanya dipenuhi ironi. Kenapa musim di tempat ini juga telah berganti? Jelas-jelas sebelumnya adalah musim panas, kenapa tiba-tiba bersalju?

Mungkinkah dia sekarang sedang dalam perjalanan ke akhirat? Apakah dia telah mati? Apakah tiga pria ini adalah penampakan Dewa Maut? T-tapi kenapa mereka semua terlihat tampan? Sosok Dewa Maut yang biasanya ada di serial televisi biasanya digambarkan sangat mengerikan. Otaknya begitu berisik dengan penyangkalan. Selama hidupnya, dia bahkan tidak percaya adanya dewa di dunia ini.

"T-tuan, a-apa kita mau ke neraka?" Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Xin Qian.

"Tuan, katakan padaku. Apa kita akan ke Jembatan Naihe?" Xin Qian bahkan masih bertanya apakah para pria ini benar-benar para Dewa Pencabut Nyawa.

"Jangan harap! Belum saatnya kamu pergi ke sana. Sekarang, katakan padaku kamu siapa? Berani sekali menyusup di markas militer Da Liang kami!" gertak salah satu dari pria tampan itu.

Xin Qian mengernyit linglung. Masih berusaha mengumpulkan kesadaran, dia mengerjapkan mata lebar, mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Kejadian terakhir yang diingatnya, dia mengaktifkan mesin waktu. Lalu, muncul badai tornado yang menghisap tubuhnya. Seharusnya dia berteleportasi di ruangan rahasia miliknya.

Sekarang ketika sadar, bukan ruangan rahasia yang ada di depannya. Dia malah berada di tempat asing bersama orang-orang aneh yang entah siapa mereka.

Da Liang?

Tempat apa itu? Xin Qian sudah membaca begitu banyak buku, tidak pernah mendengar ada sebuah daerah bernama Da Liang. Otaknya berputar dengan cepat.

Gadis cantik itu kemudian tersadar. Hanya ada satu kemungkinan. Pusaran badai tornado itu telah melemparkannya di lokasi syuting. Pasti begitu....

“Ah, aku tahu. Pasti kalian baru syuting film kolosal, kan? Ha-ha-ha, kenapa tidak bilang dari tadi.” Sekonyong-konyong Xin Qian berdiri. Dia tertawa renyah merasa telah menemukan jawaban atas semua keanehan ini. Tidak ada kemungkinan lain. Tiga pria yang sedang menghunuskan pedang ke lehernya ini berpakaian hanfu zaman kuno. Pasti mereka sedang syuting film kolosal. Benar, tidak?

"Apa aku mengganggu kalian saat adegan syuting? Maaf. Aah, ya, sebaiknya aku segera pergi dari sini."

"Jangan bicara omong kosong! Cepat katakan siapa namamu!"

"Aku Xin Qian." Reflek, Xin Qian menjawab tanpa sadar. Dia menatap tiga pria itu bergantian. Ketiganya tidak mengendurkan kewaspadaan.

“Siapa yang menyuruh menyusup di markas kami, katakan!” Wajah ketiganya terlihat dingin, tak ada belas kasih. Xin Qian kembali mengerutkan dahi, heran.

"Mata-mata dari mana kamu?"

Xin Qian, "..."

‘Mata-mata apanya!’

"Heh? Aku bukan artis, kenapa masih memakai skrip film untuk bertanya padaku."

‘Galak sekali. Mentang-mentang jadi aktor, mereka bisa seenaknya sendiri. Lagipula apa harus menghunus pedang seperti ini? Menggelikan sekali. Aku bahkan punya senjata yang lebih keren dari kalian.’ Xin Qian memarahi tiga pria itu dalam hati.

Xin Qian mengedarkan pandangan. Lokasi ini adalah hutan di pegunungan. Dari jauh, Xin Qian bisa melihat ada barak militer dan banyak prajurit bersenjata lengkap yang hilir mudik. Xin Qian makin yakin dengan dugaannya, bahwa dia sekarang sedang di lokasi syuting drama kolosal. Sebaiknya, dia tidak berbuat kegaduhan dengan menyerang para aktor ini.

"Dimana sutradara? Aku akan bicara dengannya." Xin Qian terlalu malas untuk meladeni para aktor yang kelewat disiplin ini. Gadis itu bangkit dengan malas.

Saat melihat Xin Qian berdiri, ketiga pria itu saling pandang. Seakan melihat penampakan janggal yang belum pernah dilihat sebelumnya. Seorang wanita dengan pakaian aneh. Celana cargo dan kaos hitam lengan panjang dilengkapi dengan jaket anti peluru menjadi pemandangan asing di tempat ini.

Pandangan tiga pria itu seakan memandang rendah Xin Qian.

“Seorang wanita penghibur berani datang menyusup di Da Liang kami? Benar-benar bernyali besar!” Salah satu pria itu berkomentar pedas. Xin Qian nyaris terjungkal mendengar hinaan itu. Tidak terima.

“Hei, sejak kapan aku menjadi wanita penghibur? Jangan sembarangan bicara!” Berani sekali tiga pria ini menghinanya sebagai wanita penghibur.

“Tidak ada wanita baik-baik berpakaian seronok sepertimu, Nona. Benar-benar tidak sopan! Huh!”

“Kamu—” Belum sempat Xin Qian melampiaskan emosi, jam tangannya berkedip-kedip dengan cahaya kebiruan.

Bip Bip Bip

Tiga pria itu menjadi waspada. Wanita aneh yang menyusup ke markas militer mereka sepertinya tidak sederhana. Dia mempunyai senjata aneh yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Hunusan pedang mereka makin mendekat di leher Xin Qian. Wanita ini terkejut melihat reaksi ketiganya. Kenapa mereka begitu waspada pada sebuah jam tangan?

"Ah, ini hanya jam tangan, tidak berbahaya!" sahut Xin Qian ketika sadar tiga pria itu mewaspadainya.

"Jam tangan?" Dahi tiga pria itu mengernyit dalam. Seperti tidak pernah mendengar istilah kata ‘jam tangan’.

“Kalian tidak tahu jam tangan?” tanyanya lebih pada diri sendiri.

"Lihat, jam tujuh pagi." Xin Qian tersenyum linglung. Dia menunjukkan jam tangannya pada ketiganya.

"Eum, Sepertinya jam tanganku rusak. Kenapa masih pagi?" gumam Xin Qian.

Dia ingat, tadi dia dikejar-kejar oleh anak buah Lin Chao Feng saat jam makan siang. Kenapa sekarang berubah pagi. Seketika, Xin Qian ragu dengan asumsinya.

“Kalian tidak mengenal benda ini?” Tatap matanya tertuju pada tiga pria yang masih menghunus pedang. Mereka membalas menatap dingin. Tak menjawab sepatah kata pun. Aah, mereka tidak mengenal barang seperti jam tangan yang dikenakannya. Apakah sekarang ini benar-benar ... zaman kuno?

Apakah badai tornado telah melemparkan dirinya ke masa lalu?

“Katakan padaku, apakah kalian mengenal Xin jin ping?”

Ketiga orang itu kembali saling pandang.

"Ikut kami, dan jangan coba-coba kabur jika tidak ingin kehilangan nyawa. Terlalu lama anda mengulur waktu kami dengan pertanyaan gila, Nona!” Salah satu pria yang sejak tadi diam, kini bicara dingin.

Serentak, mereka melumpuhkan Xin Qian. Sebenarnya, bisa saja Xin Qian melawan tiga pria itu. Namun, saat kembali berpikir dia tidak mengenal wilayah ini, Xin Qian mengurungkan niatnya. Ada begitu banyak prajurit bersenjata lengkap, sedangkan dia hanya sendirian. Situasinya benar tidak menguntungkan jika dia melawan.

Baru saja tiga pria itu akan membawanya pergi, sesosok tubuh tiba-tiba muncul bagai bayangan. Kedatangannya bersamaan dengan embusan angin lembut. Kibaran hanfu hitam dengan sulaman benang emas berbentuk hewan mitologi yang tampak asing bagi Xin Qian. Penampilannya tampak megah. Hanya cukup sekali lihat, orang seketika mengenalinya sebagai seorang kaisar. Xin Qian tak bisa menutupi rasa takjub.

"Yang Mulia!" Serentak tiga pria itu menunduk hormat pada pria yang barusan muncul di hadapan mereka.

Tiga pria ini memang terlihat tampan, tapi pria yang baru saja datang jauh lebih tampan berkali lipat. Fitur wajah yang gagah dengan rahang kokoh, hidung tinggi dan bibir tipis kemerahan. Sepasang matanya tajam seperti tatapan seekor elang. Rambut di dahinya membentuk huruf M lalu ada sanggul kecil dengan mahkota giok yang berkilau. Wajah ini benar-benar sangat sempurna. Lebih tampan dari aktor-aktor zaman modern.

Selama beberapa saat Xin Qian tertegun dengan ketampanan pria itu.

"Apa dia mata-mata dari Negara Qing?" Suara dingin pria itu menyadarkan lamunan Xin Qian.

"Lapor, Yang Mulia. Dia bernama Xin Qian."

Xin Qian menatap pria yang dipanggil Yang Mulia tersebut. Jika benar saat ini berada di zaman kuno, mungkin saja pria yang terlihat dingin dan bermartabat ini adalah seorang kaisar. Ada aura agung yang tidak tertandingi sehingga tiga pengawal itu hanya bisa patuh.

"Bu-bukan. Aku bukan mata-mata. A-aku datang atas perintah guru untuk membantu kalian." Xin Qian berpikir cepat. Tak ingin mati konyol dengan tuduhan mata-mata, dia harus membuat alasan yang masuk akal.

Hari ini benar-benar sial. Berhasil selamat dari sarang harimau, dia masuk ke mulut singa. Huh, Surga benar-benar sudah tidak menghendaki dirinya hidup lebih lama.

"Baiklah, aku harus menyelamatkan nyawaku lebih dulu,” desisnya pelan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (6)
goodnovel comment avatar
Fitri Yah
baguss cerita nya,suka banget bacanya
goodnovel comment avatar
Indah Syi
penasaran dengan triknya Sin Qian
goodnovel comment avatar
Gery Hermawan
menarik membacax
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Selir Pangeran Murong    SPM - Part 140. The End

    Dua tahun sejak kehadiran Pangeran Ketiga di Kota Chang'an, kehidupan di kota ini sudah sangat jauh berbeda. Pasar-pasar sangat ramai didatangi orang-orang dari luar wilayah. Chang'an memproduksi barang-barang yang tidak dihasilkan oleh kota-kota yang lain. Penduduk yang semula hidup di bawah garis kemiskinan, kini bisa hidup lebih baik. Pangeran Ketiga mengembangkan obat-obatan herbal, berbagai jenis senjata, sutera berkualitas tinggi dan berbagai barang lain yang hanya ada di Kota Chang'an. Permaisuri Xin dijuluki jenius yang berhasil menciptakan terobosan baru dalam menghasilkan berbagai barang tersebut. Apa yang pernah Xin Qian lihat di zaman modern, dia mengembangkannya di tempat ini disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang terbatas. Kendati demikian, hal tersebut menjadi terobosan yang luar biasa. Buktinya, berbagai barang tersebut mampu membuat nama Chang'an yang semula tak pernah diperhitungkan oleh dunia, sekarang menjadi salah satu kota yang paling banyak dibicaraka

  • Selir Pangeran Murong    SPM - Part 139. Hukuman yang Layak

    Seorang wanita tua duduk merana di dalam jeruji besi. Ada besi berbentuk bulat sebesar bola dan rantai besar yang terikat di kakinya. Dengan usia setua Nenek Bai yang berusia lebih dari enam puluh tahun, para penjaga penjara surgawi memang sedikit berlebihan. Tanpa diikat dengan rantai sebesar itu saja, Nenek Bai tidak mungkin bisa melarikan diri dari sini. Xin Qian membuang napas melihatnya. Orang-orang zaman kuno memang sangat tidak masuk akal. "Bagaimana hasil pemeriksaan Nenek Bai?" bisik Xin Qian pada suaminya."Dia menemukan Lin Chao Feng pingsan di pinggir sungai. Setelah setengah hari menunggu, pria itu baru siuman. Nenek Bai mengajaknya pulang dan mengakuinya sebagai cucu. Hanya itu saja pengakuannya." Xuan Yuan berkata datar."Hmm, cukup masuk akal," sahut Xin Qian.Pangeran Ketiga menoleh. Ditatapnya wajah cantik Xin Qian dengan dahi mengernyit."QianQian, katakan padaku, kenapa kamu bisa bilang bahwa penjelasannya cukup masuk akal?" Xuan Yuan bahkan tidak percaya sama s

  • Selir Pangeran Murong    SPM - Part 138. Hukuman Apa?

    Sehari berselang selepas proses eksekusi Lin Chao Feng, Mei Yin dan Qionglin bergegas untuk menemui Permaisuri Xin. Ketika keduanya sampai di depan aula Paviliun Bulan, Xue yang datang menemui."Tuan Xue, ada hal yang harus saya sampaikan pada Permaisuri Xin hari ini." Wanita tua itu berinisiatif untuk berkata lebih dahulu sebelum Xue bertanya."Guru Mei harap menunggu sebentar. Hamba akan menyampaikan kepada Permaisuri Xin terlebih dahulu." Xue segera berlalu setelah selesai mengatakan kalimat tersebut."Guru, apa Anda yakin akan memberi hukuman untuk Qian'er?" ungkap Qionglin."Tentu saja, kejahatan Qian'er sudah begitu berat. Ada ratusan pasukan Da Liang yang mati keracunan, sedangkan ribuan lainnya terinfeksi racun. Apakah ini jenis kejahatan ringan?" sahut Mei Yin.Meski Qian'er adalah murid yang dirawatnya sendiri sejak masih kecil. Kejahatan tetaplah kejahatan. Dia tidak bisa mengabaikan nyawa ribuan orang yang menderita karena kasih sayangnya pada Qian'er. Apalagi, Qian'er ma

  • Selir Pangeran Murong    SPM - Part 137. Eksekusi

    Xuan Yuan tidak memberi izin Permaisuri Xin untuk mengikuti proses hukuman Lin Chao Feng. Tak ingin memberi kesempatan untuk penjahat itu melihat wajah cantik Xin Qian barang sebentar saja supaya tidak menyisakan rasa sesal di dalam hatinya di ujung kematian. Pangeran Ketiga memang sekejam itu.Eksekusi hukuman ini disaksikan oleh penduduk Kota Chang'an."Untuk pelajaran bagi kalian semua yang masih menyimpan niat jahat untuk mencelakai kami, sebaiknya segera hapus baik-baik dari hati kalian. Kalian saksikan, pria ini bernama Lin Chao Feng, dia berniat untuk mencelakai Permaisuri Xin dan dua pangeran kecil. Aku tidak akan segan memenggal kepala orang ini." Xuan Yuan berpidato dengan tegas. Kembali ke zaman feodal adalah nasib buruk bagi Lin Chao Feng. Dia harus mati menyedihkan di tempat bobrok ini, tanpa seorang pun yang menangisi.Pria penjelajah waktu itu tidak terima dengan hukuman ini. Dia sama sekali tidak menyangka nyawanya akan berakhir begitu saja tanpa ampun di tempat yang

  • Selir Pangeran Murong    SPM - Part 136. Lin Chao Feng Ditangkap

    Lin Chao Feng berusaha melarikan diri ketika Xue datang. Raut panik pria penjelajah waktu dari zaman modern itu begitu kentara, tak bisa disembunyikan. Semua alat-alat yang dibawanya dari zaman modern sudah diamankan oleh pasukan Pangeran Ketiga."Lin Chao Feng, sebaiknya kamu menyerah saja!" Xue berkata datar dan dingin. Pengawal Xuan Yuan yang mempunyai karakter nyaris sama dengan majikannya adalah Xue. "Sialan, aku sudah ketahuan!" Sekuat tenaga, Lin Chao Feng berusaha melarikan diri. Pada akhirnya, ketahuan juga. "Pangeran Ketiga ingin kamu memberi penjelasan. Sebaiknya kamu tidak melawan, atau kamu tidak akan dilepaskan dari penjara surgawi." "Tidak akan semudah itu menangkapku!" Lin Chao Feng tidak terbiasa diancam oleh orang lain. Tak suka mendengar Xue menekannya sedemikian rupa."Mari kita coba!" Xue mulai menyerang. Lin Chao Feng mencoba untuk menghadapi.Jika di zaman modern, kemampuan bela diri Lin Chao Feng bisa dibilang tangguh. Namun, sayang sekali dia salah mendapat

  • Selir Pangeran Murong    SPM - Part 135. Mesin Waktu

    Xin Qian tertegun melihat barang-barang yang ada di dalam kotak kayu tersebut ketika terbuka. Sementara Xuan Yuan hanya melipat tangan ke belakang dengan dahi berkerut, tak paham.Ada beberapa benda asing di mata Xuan Yuan yang tergeletak di dalam kotak kayu tersebut."QianQian, benda apa ini?" tanyanya penasaran.Tak jauh dengan benda yang dibawa oleh Xin Qian ketika datang ke tempat ini, benda-benda aneh yang tidak dimengerti fungsinya oleh Xuan Yuan.Namun bedanya, Lin Chao Feng datang ke sini dengan sengaja. Tentu saja dia telah mempersiapkan segala hal yang diperlukan.Beberapa makanan kering berbentuk biskuit. Ada juga kapsul yang obat-obatan. "Botol ini berisi racun, Yun. Yang ini juga, entah apa yang akan dilakukannya dengan racun-racun ini." Yunxi menerima botol plastik dan memegangnya merasa aneh, karena belum ada botol seperti ini di zaman kuno. Pengawal itu memberi tulisan 'racun' di luar botol tersebut. "Yang ini kapsul makanan sehat." Yunxi dan Xue yang baru saja dat

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status