Share

Selir Pangeran Murong
Selir Pangeran Murong
Author: Ummu Nadin

SPM - Part 1. Teleportasi

Doorr doorr doorrr

Suara letusan timah panas bersahut-sahutan menggantikan suasana hening pegunungan yang mencekam siang ini.

Baku tembak tidak bisa dihindari.

Ada pria tujuh sedang mengejar sesosok tubuh berpakaian serba hitam yang berlari dengan begitu lincah. Selain bersenjata, mereka semua juga memiliki kemampuan bela diri yang tidak biasa.

Namun, sosok yang sedang dikejar juga bukan orang biasa. Kecepatan gerak yang begitu lincah meliuk-liuk menghindari peluru yang datang bertubi-tubi tanpa rasa takut yang sangat luar biasa. Hal tersebut menandakan bahwa dia memiliki kemampuan bela diri dan ilmu peringan tubuh yang tinggi.

Sosok yang dikejar itu jelas seorang wanita. Lekuk tubuh yang terbungkus setelan celana cargo dan kaos hitam lengan panjang berlapis jaket anti peluru membentuk lekuk tubuh indah yang hanya dimiliki wanita.

Meskipun wajahnya tertutup masker hitam, alis yang panjang dan sepasang manik yang mempunyai bulu mata lentik tak bisa menyembunyikan kecantikan yang ada di balik masker. Rambut panjangnya diikat ekor kuda terjuntai dibalik topi warna hitam pula.

Sosok gadis mempunyai tinggi 170an cm terus berlari menghindari kejaran para pria di belakang.

"Xin Qian, menyerah saja. Kamu tidak akan bisa lari dari tempat ini!" Terdengar pekikan suara yang mencoba melemahkan mentalnya.

"Sial, kenapa kalian menjebakku!" Xin Qian menggertakkan gigi. Dia sedang memarahi dua rekannya yang telah berkhianat.

"Jangan salahkan kami. Xin Qian, kamu memang pantas mati!"

"Dendam apa kalian berdua denganku?" dengusnya penuh amarah. Dua rekannya sudah bergabung dengan musuh untuk membunuhnya.

Benar-benar keterlaluan.

Xin Qian dan dua rekannya adalah anggota agen pembunuh profesional yang cukup bergengsi di kalangan jaringan bisnis hitam. Belum pernah gagal dalam menjalankan tugas.

Seharusnya mereka bekerja sama untuk membunuh pimpinan Mafia, Lin Chao Feng. Namun, sekarang semua justru berbalik arah. Bukan Lin Chao Feng yang akan mereka bunuh, tapi justru dirinya.

Padahal dia begitu mempercayai dua rekannya. Ternyata, mereka malah menginginkan nyawanya.

Sebelumnya, mereka sudah berhasil menyusup menjadi penjaga villa tempat menginap Lin Chao Feng. Pimpinan Mafia yang harus dibunuhnya hari ini.

Xin Qian dan dua rekannya sudah berbagi tugas untuk menyelesaikan pekerjaan ini dengan cepat. Dua rekannya harus mengalihkan perhatian para pengawal pribadi sang Mafia. Sedangkan dirinya langsung mengeksekusi target.

Faktanya ketika dia sampai di tempat. Semua pengawal Mafia dan dua rekannya berkumpul di sana menyiapkan jebakan untuk Xin Qian.

Tidak disangka, dua rekannya telah berkhianat untuk menjebaknya menemui jalan buntu. Dia sendiri yang akan menjadi target pembunuhan hari ini.

"Menyerah saja Xin Qian. Aku akan memberi kematian yang indah untukmu! Ha-ha-ha." Suara seorang pria terdengar dingin.

Siapa lagi, dia pasti Lin Chao Feng ketua Mafia yang harus dibunuhnya hari ini.

"Jangan harap bisa mudah membunuhku!"

Sosok wanita itu terus berlari dengan gerakan lincah. Memiliki ilmu meringankan tubuh yang cukup tinggi sehingga bisa begitu cepat menghindari tembakan yang bertubi-tubi.

Sesekali dia juga melepaskan tembakan ke arah para pria yang mengejar di belakang.

Doorr Doorr

Doorr Door

Ceklek

"Sial, peluru habis!" umpat wanita itu kesal. Di saat kritis senjatanya kehabisan peluru. Mana sempat dia membuka ransel untuk berganti senjata lain. Mereka sama sekali tidak akan memberi kesempatan.

Sungguh sial.

Tak ada pilihan lain baginya kecuali terus berlari ke depan. Namun, dia sekarang berdiri di atas tebing. Di depannya hanya tersisa jurang yang begitu dalam.

"Shit! Jalan buntu!" Di depannya, jurang yang begitu dalam. Kecuali melompat ke dasar tebing, Xin Qian tidak mempunyai jalan lain. Namun, jika melompat ke dalam jurang sedalam ini dia juga akan mati.

"Tidak disangka kamu akan mati di usia semuda ini, Xin Qian. Sungguh sayang, kamu memilih kematian yang buruk. Ha-ha-ha." Sekelompok pria itu terus merangsek ke depan. Sementara Xin Qian hanya bisa mendenkus penuh amarah mengutuk kesialannya hari ini.

"Apakah sekarang tiba kematianku? Sialan, aku masih ingin hidup lebih lama," geramnya.

Jarak antara mereka semakin terpangkas.

"Mau kemana lagi kamu, Xin Qian? Bersikap baik, akan kuberi kematian yang indah!" Suara Lin Chao Feng yang mengejarnya terdengar begitu mengerikan.

Suara tawa menggelegar dari para pria yang mengejarnya. Masing-masing dari para pria itu menodongkan pistol ke arahnya.

"Bukan kami yang mendapatkan bayaran karena membunuhku, tapi aku yang akan mendapatkan bayaran satu juta dollar untuk menghilangkan nyawamu, Xin Qian," sindirnya.

"Benarkah semahal itu harga dari nyawaku?" Xin Qian bahkan memiliki nyawa dengan harga mahal. Apakah dia harus bangga?

Wanita yang bernama Xin Qian terus waspada. Saat ini nyawanya sudah di ujung maut. Dia tidak menemukan celah sama sekali untuk melarikan diri kali ini.

"Berbanggalah sebelum aku mencabut nyawamu!"

Xin Qian menghela napas.

Saat ini, dia hanya bisa bertaruh. Di dalam ranselnya, ada mesin kecil yang saat ini sedang dikembangkannya.

Xin Qian meraba benda bulat yang melingkar di pergelangan tangannya. Menekan salah satu tombol yang ada di sana untuk mengaktifkan. Alat ini akan membawanya ke tempat persembunyian rahasia yang telah dia siapkan sebelumnya.

Tiba-tiba suara embusan angin begitu ribut dari arah tebing. Xin Qian menoleh ke belakang. Di sana terlihat pusaran angin yang berputar-putar di udara.

Sudut bibir Xin Qian terangkat membentuk lengkungan tipis. Ini adalah pertama kalinya dia menggunakan alat canggih yang telah dikembangkannya, mesin waktu. Belum sempurna, alat canggih yang baru dikembangkannya ini bisa memangkas ruang dan waktu.

Kendati ini pengalaman pertama menggunakan mesin waktu ciptaannya, dia berharap alat ini bisa mengantarkan dirinya berteleportasi ke tempat persembunyian rahasianya.

"Badai tornado!" pekik para pria yang tak jauh darinya.

Tubuh Xin Qian ditarik masuk ke dalam pusaran badai tornado. Selama beberapa saat Xin Qian berputar-putar di dalam pusaran angin yang membuatnya tidak bisa lagi membuka mata.

"Lin Chau Feng, selamat tinggaaaal."

***

Musim dingin di perbatasan Da Liang Dinasti Murong.

Weng weng weng

Suara dengungan yang pertama masuk di indra dengar Xin Qian. Perlahan bulu mata yang panjang dan lentik miliknya bergetar sebelum akhirnya sepasang mata bulat itu terbuka perlahan.

Belum sempat dia menyadari keberadaannya, hal pertama yang dilihatnya adalah beberapa bilah pedang panjang menghunus ke lehernya.

Apa-apaan ini?

Sejenak, Xin Qian merasa linglung.

Bukankah seharusnya dia berteleportasi ke ruangan rahasia miliknya, tapi kenapa ... di depannya saat ini ada tiga pria yang menghunuskan pedang dan menatapnya dengan dingin.

"Sial, apa alat sialan ini tidak bekerja?" gumamnya linglung.

Sialan, salah alamat. Dia terlempar di tempat lain.

"Kamu siapa?" tanya salah satu dari mereka sambil menatap tajam pada tubuh Xin Qian dengan jijik.

"Tuan, ini dimana?" tanya Xin Qian hati-hati. Mungkinkah dia sekarang benar-benar telah mati? Pemandangan di depannya benar-benar aneh.

Tiga orang pria tampan berpakaian kuno sedang menghunuskan pedang di leher Xin Qian bersamaan.

Situasi macam apa ini?

Tunggu! Apakah mereka ... dewa kematian? Xin Qian mengeluh di dalam hati.

"A-apa kita mau ke neraka?" Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Xin Qian. Untuk pembunuh berdarah dingin seperti dia, apakah ada tempat yang lebih baik dari neraka?

Eum, t-tapi ... apakah ini wujud dewa kematian itu? Kenapa mereka semua terlihat tampan? Bukankah seharusnya wujud dewa kematian berwajah mengerikan?

Omong kosong, dia bahkan tidak pernah percaya dengan adanya dewa! Tidak ada dewa di dunia ini, Xin Qian berkata di dalam hati.

Masih berusaha mengumpulkan kesadaran, Xin Qian mengerjapkan mata lebar. Dia mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Kejadian terakhir yang diingatnya, dia mengaktifkan mesin waktu. Lalu, muncul badai tornado yang menghisap tubuhnya.

Sekarang ketika sadar, bukan ruangan rahasia yang ada di depannya. Dia malah berada di tempat asing bersama orang-orang aneh yang entah siapa mereka.

"Tuan, katakan padaku. Apa kita akan ke jembatan naihe?" Xin Qian bahkan masih bertanya apakah para pria ini benar-benar para dewa pencabut nyawa.

"Jangan harapkan kematian sebelum kamu mengatakan padaku kamu siapa? Berani sekali menyusup di markas militer Da Liang!" gertak salah satu dari pria tampan itu.

Galak sekali.

Tunggu!

Dia Liang?

Tempat asing dimana itu? Xin Qian sudah membaca begitu banyak berita, tidak pernah mendengar ada sebuah daerah bernama Da Liang. Otaknya berputar dengan cepat.

Gadis cantik itu kemudian tersadar.

"Apa aku mengganggu kalian saat adegan syuting?" Hanya ada satu kemungkinan. Pusaran badai tornado itu telah melemparkannya di lokasi syuting film kolosal. Pasti begitu....

Tidak ada kemungkinan lain. Tiga pria yang sedang menghunuskan pedang ke lehernya ini berpakaian hanfu zaman kuno. Pasti mereka sedang syuting film kolosal. Benar tidak?

Sialan, lain kali dia harus segera memperbaiki mesin waktu miliknya supaya lebih akurat. Salah alamat dalam petualangan ruang dan waktu benar-benar merepotkan.

Tiga pria tampan itu saling berpandangan satu sama lain. Mereka tidak mengerti ucapan Xin Qian.

Syuting? Istilah apa itu?

"Jangan bicara sembarangan! Katakan siapa namamu!" gertak pria yang berpakaian biru muda.

"Xin Qian."

Galak sekali. Mentang-mentang jadi aktor, mereka bisa seenaknya sendiri. Lagipula apa harus menghunus pedang seperti ini? Menggelikan sekali. Aku bahkan punya senjata yang lebih keren dari kalian. Xin Qian memarahi tiga pria itu dalam hati.

Xin Qian tidak mempunyai pilihan lain kecuali bangun dari posisi terbaring yang menyedihkan. Saat menyadari dirinya, dia masih memakai pakaian yang sama seperti yang dipakainya tadi.

Sekarang dia terjatuh di lokasi syuting drama kolosal. Sebaiknya, dia tidak berbuat kegaduhan dengan menyerang para aktor ini.

"Mata-mata dari mana kamu?"

Xin Qian, "..."

Mata-mata apanya!

"Heh? Aku bukan artis, kenapa masih memakai skrip film untuk bertanya padaku?"

Xin Qian mengedarkan pandangan. Ini adalah hutan di balik gunung. Tak jauh dari sana, ada barak militer dan banyak prajurit yang hilir mudik. Lokasi syuting yang benar-benar sempurna.

"Dimana sutradara? Aku akan bicara dengannya." Xin Qian terlalu malas untuk mengikuti alur para aktor film kolosal yang kelewat disiplin ini.

Ketiga pria itu saling pandang. Saat melihat Xin Qian berdiri, mereka menatap Xin Qian dengan jijik.

Pakaian macam apa ini?

Seorang wanita berpakaian aneh. Celana cargo dan kaos hitam lengan panjang dilengkapi dengan jaket anti peluru. Dia menggendong tas ransel dan rambut panjangnya keluar dari lubang belakang topi aneh.

Baru saja Xin Qian berdiri, terdengar suara dari pergelangan tangannya.

Bip Bip Bip

Jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan Xin Qian terlihat begitu aneh di mata mereka. Tiga pria itu menjadi waspada saat mendengar jam tangan yang berbunyi dan berkedip dengan cahaya kebiruan.

"Senjata aneh apa itu?"

Hunusan pedang semakin mendekat di leher Xin Qian. Wanita ini masih linglung.

"Ah, ini hanya jam tangan, bukan senjata!" gumam Xin Qian ketika sadar dengan kecurigaan tiga orang itu.

"Jam tangan?" Dahi mereka berkerut dalam.

Ada yang aneh, kenapa mereka tidak tahu jam tangan?

Seketika, Xin Qian ragu dengan asumsinya. Jika mereka tidak mengenal barang seperti jam tangan yang dikenakannya. Apakah sekarang ini benar-benar ... zaman kuno?

Apakah badai tornado telah melemparkan dirinya ke masa lalu?

Xin Qian menunjukkan jam tangannya pada ketiganya.

"Lihat, jam tujuh pagi." Xin Qian tersenyum linglung. Jika benar dia sekarang berteleportasi ke zaman kuno, ini sangat merepotkan.

"Eum, apa kalian punya jam tangan? Sepertinya jam tanganku rusak. Kenapa masih pagi?" Dia ingat tadi dia dikejar-kejar oleh anak buah Lin Chao Feng saat siang hari.

Ketiga orang itu kembali saling pandang. Perkataan wanita ini semakin aneh.

"Ikut kami, dan jangan coba-coba kabur jika tidak ingin kehilangan nyawa."

Sebenarnya, bisa saja Xin Qian melawan tiga pria itu. Namun, saat kembali berpikir dia tidak mengenal wilayah ini, Xin Qian mengurungkan niatnya. Lihat dulu suasananya, baru bertindak. Jangan sampai salah langkah.

Jadi, Xin Qian memutuskan untuk menuruti perintah tiga orang itu.

Baru saja tiga pria itu akan membawanya pergi, sesosok bayangan tiba-tiba muncul di hadapannya. Xin Qian yanh ahli bela diri di zaman modern merasa begitu takjub dengan kemampuan pria yang baru saja datang.

"Yang Mulia!" Serentak tiga pria itu menunduk hormat pada pria yang barusan muncul di hadapan mereka.

Tiga pria ini terlihat tampan, tapi pria yang baru saja datang jauh lebih tampan berkali lipat. Fitur wajah yang begitu tampan dengan hidung tinggi dan bibir tipis kemerahan. Sepasang matanya tajam seperti tatapan seekor elang. Rambut di dahinya membentuk huruf M. Lalu, ada sanggul kecil dengan mahkota giok yang berkilau. Wajah ini benar-benar sangat sempurna.

Selama beberapa saat Xin Qian tertegun dengan ketampanan pria itu.

"Apa dia mata-mata dari Kerajaan Qing?" Suara dingin pria itu menyadarkan lamunan Xin Qian.

"Lapor Yang Mulia, dia bernama Xin Qian."

Xin Qian menatap pria yang terlihat dingin dan bermartabat. Ada aura agung yang tidak bisa ditandingi sehingga tiga pengawal itu hanya bisa patuh.

"Bu-bukan. Aku bukan mata-mata. A-aku datang atas perintah guru untuk membantu kalian."

Hari ini benar-benar sial. Selamat dari sarang harimau, dia masuk ke mulut singa. Huh, Surga benar-benar tidak menghendaki dirinya hidup lebih lama.

Apapun itu, sekarang dia sudah berteleportasi ke zaman kuno. Hidup di masa ini jika dia sayang dengan nyawanya, dia harus bermain trik. Bukan orang zaman kuno yang sangat kejam. Mereka suka bermain trik untuk saling menjatuhkan satu sama lain.

"Baiklah, aku harus menyelamatkan nyawaku lebih dulu."

Bersambung.

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Indah Syi
penasaran dengan triknya Sin Qian
goodnovel comment avatar
Gery Hermawan
menarik membacax
goodnovel comment avatar
Sri Suparni Soekarno
semakin penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status