Xuan Yuan menatap dingin ke arah kepergian Huantian. Sejak kecil mereka memang sering bertengkar. Hubungan yang tidak terlalu harmonis. Namun, mengingat bahwa keduanya adalah saudara, Xuan Yuan tidak menganggap hal ini serius.Kali ini Xuan Yuan tidak bisa menolerir sikap Huantian yang mendominasi. Bagaimana bisa dia menghina calon permaisurinya dengan sebutan mesum?Pangeran Ketiga Da Liang itu hanya mendengus menahan kesal. Untung saja Huantian segera pergi, jika tidak mungkin dia sudah tidak bisa menahan diri untuk memukuli sang Kakak Pertama. Hanya tersisa pasangan anak muda di Aula. Xin Qian hanya duduk membisu tak bersuara, sedangkan Xuan Yuan berdiri sambil melipat tangan di pelakang punggungnya dengan ekspresi kesal."A Yuan, kalian berdua sepertinya tidak akur," ujar Xin Qian memecah hening."Benar, tapi kami adalah kakak adik, di dalam hatinya, dia menyayangiku." Xuan Yuan berkata ironi. Jujur, dia juga tidak yakin dengan ucapannya sendiri.Xin Qian tertawa kecil. Bagaimana
"A Yuan, Selir Hui belum membuat keputusan. Mereka masih disimpan di sana, untuk diambil sewaktu-waktu sebagai selirmu." Situasinya tidak akan sesederhana apa yang dipikirkan Xuan Yuan.Sudah sampai di titik ini, mana mungkin Lin Wei dan Wang Yue mau mundur ke belakang. Mereka pasti akan melakukan sesuatu. Xuan Yuan mendengus.Selama ini pihak istana masih memberi toleransi padanya karena mengingat jasa dan kontribusinya yang besar bagi Da Liang. Namun, dia masih harus ingat dengan keberadaan Ibu Suri di Istana. Dia pemilik kekuasaan tertinggi di Harem, selain permaisuri. Wanita itu bisa membuat dekrit pernikahan pada Pangeran dengan siapapun yang dikehendakinya. "Aku akan menentang keinginan orang lain yang akan mengatur urusanku." Xuan Yuan meraung marah. Menikah atau tidak, itu harus sesuai dengan keinginannya. Bukan atas dasar dekrit yang dibuat oleh wanita yang tinggal di Harem atau Kaisar sekalipun.Xin Qian tidak ingin memperpanjang pembahasan. Meski dia sendiri juga merasa
Makan malam di aula utama Paviliun Xing He terlihat sedikit canggung. Xin Qian menghindari kontak mata dengan Xuan Yuan. Setiap kali dia mengingat kejadian tadi siang, degub jantungnya meledak tak terkendali. Tak jauh berbeda dengan kondisi Xuan Yuan, jika melihat bibir Xin Qian, rasa ingin mengulang ciuman tadi siang berputar dengan liar di benaknya. Pangeran tampan ini merasa sedikit tidak nyaman karena harus menahan diri. Ganjalan hati yang tidak mudah untuk diabaikan begitu saja. Namun, juga tidak bisa dilampiaskan untuk saat ini.Dia adalah seorang pria terhormat, juga harus memberikan kehormatan untuk permaisurinya. Sebelum hari pernikahan tiba, dia harus sekuat tenaga menahan diri.Suasana Aula utama menjadi hening. Shu Ling dan tiga pengawal merasakan situasi kali ini sedikit aneh. Biasanya Xin Qian selalu banyak bicara."He'em." Xuan Yuan mendeham. Diam-diam Xuan Yuan melirik gadis yang makan dengan malas di hadapannya.Xin Qian menoleh sekilas. Lalu, dia kembali menundukkan
Di zaman manapun, ibukota selalu menjadi trendsetter. Tak hanya di zaman modern, di zaman kuno pun juga sama. Tidak disangka, kebiasaan jalan-jalan malam hari sudah terjadi juga di zaman ini. Di setiap sudut, ada banyak orang berlalu lalang menikmati keramaian. Musim semi di kota Hangzhou terlihat begitu semarak. Lampion berwarna merah digantung di selasar kedai-kedai menambah keindahan malam di sepanjang jalan utama ibukota. Di pinggir-pinggir jalan, lapak-lapak para pedagang digelar menjajakan dagangan mereka. Xin Qian tertarik untuk masuk di salah satu kedai teh yang ada di sana. Tadi dia hanya makan sangat sedikit, perutnya masih terasa begitu lapar.Minum teh sambil menikmati kudapan lezat di kedai teh itu, sepertinya bukan hal buruk. "Tamu yang mulia, silakan." Seorang pelayan bergegas datang menyambut Xin Qian. "Apa yang harus kami siapkan untuk Tuan Muda?" tanyanya begitu Xin Qian duduk dengan nyaman.Gadis itu mengambil tempat duduk yang dekat dengan jendela yang mengha
Pertarungan sengit dua lawan satu antara Xin Qian dan dua pria itu sedikit tidak berimbang. Jika satu lawan satu, Xin Qian masih ada kemungkinan untuk menang. Kemampuan mereka bisa dibilang setara. Jadi, ketika harus menghadapi dua orang sekaligus, Xin Qian harus bekerja keras.Apalagi, gadis yang berdandan pria itu menghadapi dengan tangan kosong, membuat pertarungan semakin tidak berimbang. Xin Qian lebih banyak menghindar, hanya sesekali menyerang. Melesat ke sana ke mari menghindari aura membunuh yang begitu besar dari dua pria itu. Sial.Malam ini Xin Qian benar-benar bernasib sial bertemu dengan seniman bela diri seperti mereka di tempat bobrok ini.Keduanya semakin mendesak gadis itu mundur.Tidak bisa menganggap remeh, Xin Qian bahkan mengeluarkan seluruh kemampuannya. Dia mati-matian menyelamatkan nyawa yang hanya satu-satunya itu. Bagaimana mungkin mereka seenaknya akan mencabut nyawanya. Dia tidak akan pernah rela memberikannya."Kalian bahkan tidak malu mengeroyok orang y
"Xin Qian masih ada urusan. Tuan Pendekar bisa melanjutkan perjalanan kembali.""Kamu tega sekali meninggalkan penolongmu di tempat yang sepi ini?" sindir pria bertopeng tersebut membuat Xin Qian linglung."Maksud Anda?" "Apa kamu bisa memberiku tumpangan sampai di Gunung Fenghuang?" Pria bertopeng perak itu melirik Xin Qian sambil tersenyum miring. "Ah, ini ... apa kuda ini bisa dipakai berdua?" Xin Qian bertanya dengan bodoh. Dia baru saja membelinya, bagaimana jika kuda ini mati karena kelebihan beban?"Aku yang menyelamatkan nyawamu, tapi kamu masih begitu perhitungan. Melihat penolongmu kesusahan, kamu masih tidak berbaik hati. Benar-benar tidak tahu balas budi," keluhnya sambil berjalan mendekat.Xin Qian, "..."'Bukankah kamu tadi bisa terbang? Kenapa tidak melakukannya lagi? Sebenarnya kamu ingin menolong apa ingin menindasku?'"Masih berani menolakku? Apa aku harus berjalan kaki sampai di Gunung Fenghuang?" Xin Qian, "..."'Sudah tahu begitu, kenapa sampai tempat ini tidak
Berita tentang ada harta Karun di Gunung Fenghuang sudah menyebar ke seluruh penjuru Da Liang. Tak heran jika malam ini ada begitu banyak orang yang berkumpul di tempat ini.Ada begitu banyak orang yang datang berkumpul, mana mungkin Tetua Perguruan Gunung Fenghuang tidak datang menyambut. Itu akan merusak reputasi Gunung Fenghuang di dunia persilatan.Kendati dia merasa kesal setengah mati karena harta karunnya terekspos, tetap harus memberi sambutan pada para tamu. Itu adalah tata krama yang tidak bisa dihindari, jika masih ingin hidup berdampingan dengan sekte lain di dunia persilatan.Pria tua berusia sekitar enam puluh tahun itu tersenyum dan berkata dengan suara lembut, "kami mengundang para tamu sekalian untuk masuk di aula utama Gunung Fenghuang." Ketika menyelesaikan kata ini, gerbang batu berbentuk dua kepala naga Perguruan Gunung Fenghuang yang tinggi dan kokoh mulai terbuka. Tenaga dalam macam apa yang bisa membuka gerbang sebesar itu. Hati Xin Qian bergetar. Orang-orang
"Umurku ini masih sangat panjang. Aku harus hidup seribu tahun lagi, mana mungkin bosan hidup. Apalagi, aku sudah menemukanmu. Kita masih harus menikah dan mempunyai sebelas anak. Aku tidak rela jika harus mati sekarang." Ye Tian mulai menggoda Xin Qian.Gadis cantik itu hanya memutar bola mata malas. Ye Tian ini benar-benar tidak bermoral. Dia teringat dengan pria yang tadi siang mencuri ciuman pertamanya di Paviliun Xing He. Seketika Xin Qian merinding saat mengingat Xuan Yuan.Malam ini, dia mengendap-endap keluar dari Istana, jika dia pulang dan ketahuan olehnya. Bukankah dia akan menerima hukuman?Hatinya berdenyut saat membayangkan ancaman pria itu tadi siang. Dia ingat telah membuat kesepakatan dengannya untuk tidak pergi meninggalkannya. "Ada apa? Apa kamu sudah tidak sabar menikah denganku?" goda Ye Tian senang."Omong kosong, suamiku akan membunuhmu jika tahu kamu berniat buruk padaku!" Bibirnya ini benar-benar tidak bisa dipercaya. Bagaimana bisa dia berkata demikian. Seny