Share

SPM - Part 3. Tunduk Padanya

Suara riuh pertarungan mencuri perhatian para prajurit yang berjaga di barak militer malam ini.

"Ada penyusup, tangkap!"

Dalam waktu sekejap mata, para prajurit berkerumun menyaksikan pertarungan tujuh lawan dua.

"Berani sekali menyusup di markas militer Da Liang kita."

"Orang-orang Qing cukup bernyali besar."

"Tuan Xue dan Tuan Ming Ye pasti akan menangkap mereka semua."

Berbagai perbincangan seketika ikut meramaikan suasana. Lawan mereka adalah para pengawal pribadi Dewa perang Da Liang. Jadi, para prajurit sangat percaya diri.

Ada tujuh pria berbaju hitam yang merupakan seniman bela diri berkemampuan tinggi mengeroyok Ming Ye dan Xue. Pertarungan keras pun tak terelakkan.

Dentang suara pedang yang saling beradu dalam pertarungan terdengar menyiutkan nyali para pengecut. Kilatan pedang bergerak cepat menghantam ke arah musuh, menimbulkan suara gaduh.

Teng teng teng

"Siapa kalian?" Xue bertanya dengan tenang. Napasnya sangat teratur, tak terlihat kepayahan sama sekali meskipun dia dikeroyok oleh empat orang.

"Utusan Dewa Kematian."

"Cari mati!" Xue menebas ke leher pria itu, tapi berhasil ditangkis oleh temannya.

"Mau tahu Dewa kematian yang sesungguhnya, lihat ini!" seru Xue sambil tersenyum miring.

Pemuda tampan berjubah hijau itu bergerak dengan lincah. Memutar tubuh, menunduk dan menyerang tanpa henti dengan tenang seperti gerakan menari pedang yang indah.

Xue sangat sibuk meladeni serangan demi serangan dengan terjal. Tubuhnya terlihat berkedip-kedip seperti bayangan saking cepatnya bergerak.

Sementara Ming Ye tak jauh berbeda dengannya. Dia malawan tiga orang penyusup dengan gerakan yang begitu lincah.

"Sebaiknya kalian menyerah saja!" Ming Ye berkata tegas dan dingin.

"Jangan harap. Kami datang untuk mencabut nyawa Xuan Yuan."

"Lancang!" Ming Ye meraung.

Dia bergerak menekan dengan agresif, tapi teratur. Menyerang dan menghindar dengan gerakan yang cepat dan gesit. Teknik pertarungan yang berkebalikan dengan Xue yang bergerak lembut tapi mematikan.

Kehebatan pengawal pribadi Murong Xuan Yuan bukan hanya nama besar belaka. Meskipun dikeroyok oleh mereka yang berkemampuan di atas rata-rata, Ming Ye dan Xue begitu lincah menghindari tebasan pedang, bahkan memberi serangan balik yang berhasil membuat kewalahan musuh.

"Memang pantas menyandang nama besar pengawal pribadi Pangeran Ketiga." Salah satu dari pria berpakaian hitam itu memberi pujian.

"Omong kosong, kalian yang tidak punya kemampuan. Jangan banyak mengoceh." Ming Ye meraung dan menebas secepat kilat pada pria yang lengah di depannya.

Dalam satu tebasan, pria itu roboh ke tanah. Melihat salah satu temannya sudah dijatuhkan, dua orang yang mengeroyok Ming Ye meraung marah. Kesempatan kembali datang pada Ming Ye, karena emosional keduanya juga dijatuhkan dalam waktu singkat.

Dengan cepat prajurit yang sejak tadi menonton pertarungan ikut menghunuskan pedang di leher tiga pria yang telah terkapar di tanah.

Ming Ye segera melompat untuk membantu Xue yang masih berjuang melawan empat orang. Mendapatkan bantuan Ming Ye, satu demi satu dari empat orang itu berhasil dijatuhkan.

Ming Ye dan Xue akhirnya berhasil meringkus tujuh orang yang lancang menyusup di markas mereka.

"Katakan, siapa Tuan kalian?" Ming Ye menghunus pedang di leher salah satu di antara mereka. Sementara Xue juga melakukan hal yang sama pada yang lainnya.

Namun, para penyusup berpakaian hitam hanya menyeringai tanpa menjawab. Tak ada sorot ketakutan sama sekali di mata mereka. Di detik berikutnya, mereka menggelepar mati bersamaan.

"Sial! Mereka menggigit racun." Ming Ye dan Xue kecewa melihat kenyataan tersebut. Bahkan mereka bunuh diri di depan mata keduanya, sedangkan mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

Tujuh orang penyusup semuanya mati dengan cara yang sama. Mereka adalah pasukan berani mati yang siap untuk mengorbankan nyawa dalam melaksanakan tugas. Apapun yang terjadi, berhasil melaksanakan tugas atau tidak, mereka tidak akan ketahuan karena sudah menyiapkan racun di mulut mereka.

"Pasukan berani mati. Sial!" Xue mengumpat.

Sia-sia saja mereka sudah berhasil meringkus jika pada akhirnya mereka mati tanpa sempat memberi informasi sedikitpun.

"Mari kita lapor pada Yang Mulia Pangeran Ketiga." Ming bergegas untuk pergi.

Namun sebelum mereka berbalik, sekelebat bayangan datang dari udara. Seorang pria tampan yang bermahkota giok dengan momentum kedatangan yang begitu agung terbang di udara dengan pakaian putih yang berkibar bagaikan dewa yang turun dari langit.

"Pangeran Ketiga."

Ming Ye dan Xue memberi hormat Murong Xuan Yuan yang baru saja mendaratkan tubuhnya di samping mereka.

"Semoga Yang Mulia Pangeran Ketiga panjang umur." Para prajurit serentak menekuk lututnya dengan tangan satu tangan di dada memberi hormat.

"Berdiri."

"Terima kasih, Yang Mulia," seru mereka serentak.

Xuan Yuan menatap dingin pada tujuh orang yang tergeletak tanpa nyawa di hadapannya. Ada sorot kecewa yang sekilas terlihat dari matanya. Namun segera berganti dengan tatapan dingin.

"Mereka semua mati?" tanyanya datar.

"Iya, Pangeran." Ming Ye melapor dengan wajah penuh penyesalan. Seharusnya mereka bergerak lebih cepat untuk membuang racun di dalam mulut mereka.

"Berani sekali mereka mati tanpa memberi tahu siapa Tuan mereka," dengus Murong Xuan Yuan marah.

Hari ini terlalu banyak kejutan yang mereka temui di Markas. Saat ini mereka belum berhasil mengungkap sosok Xin Qian, sekarang ada tujuh orang penyusup yang datang mengacaukan Markas.

Xue merasa curiga jika tujuh orang ini ada hubungannya dengan wanita aneh bernama Xin Qian yang tadi pagi mereka tangkap.

"Apakah mereka berhubungan dengan gadis aneh itu, Yang Mulia?" tanya Xue curiga.

Murong Xuan Yuan menggeleng.

"Sebaiknya kita selidiki dengan hati-hati."

Dia tidak yakin ada hubungan antara tujuh penyusup itu dengan Xin Qian. Ada keyakinan di dalam hatinya yang mengatakan bahwa mereka tidak saling berkaitan satu sama lain. Keyakinan yang entah datang dari mana.

Kendati belum berhasil membuktikan, tapi Murong Yuan yakin dengan asumsinya.

Ming dan Xue membuang napas gusar. Sudah tujuh hari ini mereka dan Kerajaan Qing melakukan gencatan senjata. Masing-masing pihak telah berada di dalam fase sama-sama dalam jalan buntu.

Setelah beberapa bulan mereka terus bertempur di Medan perang, tapi belum terlihat siapa yang menang ataupun kalah. Mereka sama-sama kuat.

Dalam situasi ini, berani sekali orang Kerajaan Qing memberi perintah untuk menyusup masuk di sarang militer Da Liang. Bukankah ini sama dengan mencari masalah?

"Sepertinya mereka sudah tidak sabar untuk kembali bertempur, Yang Mulia," tukas Ming Ye geram.

Mereka masih punya nyali mengirimkan penyusup untuk membunuh Murong Xuan Yuan. Pria tampan bermahkota giok itu hanya menipiskan bibirnya mendengar ucapan Ming Ye. Anak panah beracun itu jelas-jelas diarahkan padanya. Tujuan mereka jelas adalah untuk membunuh Xuan Yuan.

"Ayo kembali!" Tiga bayangan melesat kembali ke penjara dimana Xin Qian dikurung.

Yunxi memberi hormat begitu sosok Murong Xuan Yuan muncul di depannya, diikuti Ming Ye dan Xue di belakang.

Tatapan mata dingin melintas dari sepasang netra Xuan Yuan. Xin Qian yang masih dalam keadaan terikat rantai besar sedang duduk dengan tenang di atas tumpukan jerami.

"Apa mereka teman-temanmu?" tanya pria itu datar dan dingin.

Xin Qian terkesiap. Aah, pria ini benar-benar menakutkan. Hanya bertanya beberapa kata, tapi membuat jantungnya bergetar ketakutan.

"B-bukan. Sekteku semua anggotanya wanita. Apa kalian belum pernah mendengar?" jawab Xin Qian kembali berbohong.

Entahlah fakta itu sesuai dengan realita atau tidak di zaman ini, dia tidak peduli. Yang paling penting adalah dia harus menepis kecurigaan para pria hebat ini. Kemampuan bela diri mereka jelas-jelas tidak terlampaui olehnya.

Xin Qian tidak boleh mati sia-sia.

Bintang keberuntungan sedang berpihak padanya. Murong Xuan Yuan tidak membantah ucapannya. Artinya, bahwa Sekte Emei di zaman ini memang hanya beranggotakan wanita. Aah, untung saja. Diam-diam Xin Qian mengurut dada.

"Sekarang, jelaskan satu persatu!" Xue menumpahkan isi tas ransel milik Xin Qian yang dibawanya dari zaman modern.

Xin Qian merasa begitu tidak berdaya. Dalam perjalanannya melintasi ruang dan waktu kali ini benar-benar telah membawa dirinya ke zaman kuno. Keberadaan benda-benda hasil teknologi dari zaman modern tentu saja membuat mereka seakan melihat barang dari langit.

Mereka menatap aneh dengan barang-barang yang ada di dalam tas tersebut. Ini pertama kalinya mereka melihat barang aneh ini. Ada ponsel, earpiece alat komunikasi yang sering digunakan dengan dua rekannya, detektor logam yang keberadaannya di tempat ini cukup membuat dahi Murong Xuan Yuan mengernyit.

Belum lagi saat Xin Qian menjelaskan benda-benda lainnya. Granat, pistol dan jenis senjata lain yang ada di dalam ransel itu. Xin Qian menjelaskan satu persatu dengan begitu memesona.

Xuan Yuan tidak mengalihkan tatapan matanya sedikitpun. Penjelasan Xin Qian benar-benar menarik. Guru besar kekaisaran bahkan tidak bisa menjelaskan sebaik wanita ini.

"Lalu, ini ... eum, ini adalah barang pribadiku." Xin Qian menunjuk pada jam tangan, ponsel, tablet dan dompet yang tersisa di dalam ransel.

"Ini namanya jam tangan. Fungsinya sebagai menunjuk waktu. Dalam sehari semalam masuk waktu 24 jam...."

Lalu, bagaimana cara dia menjelaskan lembaran uang dollar yang ada di dompetnya? Mendadak Xin Qian sakit kepala.

Belum lagi, kartu kredit dan kartu ATM yang berisikan jutaan dollar di rekeningnya. Sungguh sayang sekali di tempat ini uangnya sangat tidak berguna.

Sial.

Seketika Xin Qian Berubah orang miskin di tempat ini.

"Kenapa di tempat ini tidak ada tower, tidak ada mesin ATM dan tidak ada teknologi?" Xin Qian berkata dengan kesal karena telah berteleportasi di zaman kuno. Kenapa mesin waktu itu bisa terbuka di tebing dan membawanya ke tempat primitif ini.

Dia menatap layar ponsel yang sama sekali tidak ada sinyal sama sekali. Lalu, dia menekan salah satu tombol mesin waktu yang ada di sana, tapi macet.

Sial, dia sungguh sial. Kenapa bisa mesin waktu bobrok ini mengantarkan ke zaman kuno. Seharusnya dia diantar ke tempat persembunyian yang telah disiapkan sebelumnya.

Benar-benar mesin waktu bobrok.

"Ah, negara ini benar-benar sangat primitif?" keluhnya.

"Primitif apanya? Kamu yang primitif, jelas-jelas wanita aneh tidak tahu malu. Berani berpakaian begitu di depan para pria." Xue tidak tahan lagi untuk memarahi Xin Qian.

Xin Qian, "..."

Apakah mereka tidak tahu, outfit yang dipakainya ini sangat trendy dan berharga sangat mahal di zaman modern. Semua yang dikenakannya hari ini dikeluarkan secara eksklusif oleh brand terkenal dunia yang diproduksi terbatas. Orang-orang zaman kuno ini malah menghinanya primitif.

Sungguh keterlaluan.

"Beri dia pakaian yang layak!" titah Xuan Yuan.

"Kamu...." Xin Qian tidak berani membantah. Murong Xuan Yuan menatapnya dengan mata dingin, mana berani gadis itu membantahnya.

"Tidak ada pakaian wanita di barak militer, Yang Mulia," sahut Yunxi.

"Ambilkan pakaianku!" titah Xuan Yuan kemudian.

Tiga pengawal, "..."

Xue, Yunxi dan Ming Ye saling pandang. Bahkan Yang Mulia Pangeran Murong Xuan Yuan memberikan pakaiannya secara pribadi untuk wanita aneh ini. Bukankah ini ... benar-benar tidak masuk akal.

"T-tapi bukankah itu----"

"Apa kalian mau dia mati kedinginan?" Murong Xuan Yuan berkata dingin tak bisa dibantah.

Ming Ye bergegas mengambilkan pakaian milik Xuan Yuan. Mereka tidak punya pilihan lain kecuali patuh. Tradisi Da Liang, jika seorang pria memberikan pakaiannya secara pribadi pada wanita, bukankah itu sama artinya menjadikan wanita itu milik Yang Mulia?

Sebenarnya tidak masalah jika wanita itu bukan Xin Qian. Masalahnya Xin Qian adalah wanita yang belum terkonfirmasi latar belakangnya.

Pemikiran itu benar-benar membuat tiga pengawal sakit kepala.

Yunxi membuka belenggu rantai di tangan dan kaki Xin Qian.

"Pakai ini. Jangan berpakaian seperti wanita murahan!" Murong Xuan Yuan melemparkan pakaiannya pada Xin Qian.

Xin Qian, "..."

Lagi-lagi wanita ini dibuat tidak berdaya dengan pemikiran orang zaman kuno. Namun dia tidak punya pilihan lain kecuali menuruti perintah pria yang dipanggil Yang Mulia Pangeran Ketiga tersebut.

Apalagi pria itu memberikan pakaiannya secara pribadi untuk Xin Qian. Dan lagi, di sini kenapa sudah musim dingin? Perasaan di zaman modern masih musim panas.

Entahlah kenapa mesin waktu yang dikembangkannya itu bisa mengantarkan dirinya teleportasi di zaman kuno.

Aah, sudahlah. Lebih baik sekarang, dia bisa bekerja sama dengan mereka untuk menyelamatkan nyawanya. Jika perlu berpura-pura bodoh, dia akan melakukannya. Asalkan nyawanya selamat.

Melepaskan diri dari mereka, bisa dipikirkan lain kali jika semua sudah mendukung.

Setelah Xin Qian selesai mengenakan hanfu hitam dengan detil bordiran benang emas di bagian dada dan pinggang yang begitu indah. Tak ada jepit rambut indah di Markas militer, jadi dia hanya mengikat rambut ekor kuda dengan pita berwarna emas.

Dalam sekejab mata, tampilan Xin Qian yang mempunyai postur tinggi terlihat heroik seperti pendekar dari zaman kuno.

Dia memilih tidak melepaskan sepatu boot kulit yang dibawanya dari zaman modern. Sepatu yang disiapkan oleh Yunxi hanya sepatu berbahan kain kasar.

"Cepat, Yang Mulia Pangeran sudah menunggu." Begitu selesai, Xue dan Yunxi membawa Xin Qian.

"Tunggu kita mau kemana? Aku bisa berjalan sendiri!" Xin Qian mencoba meronta. Dua pria ini membawanya seperti seorang tawanan. Benar-benar tidak menghormati harga dirinya.

"Jangan coba-coba kabur dari sini, atau akan mati!" Bukannya melepaskan, Yunxi mengancam dengan dingin.

'Kabur kepalamu! Mana mungkin berani kabur. Ilmu kalian begitu tinggi,' keluhnya Xin Qian dalam hati.

Dia memang pembunuh nomor satu yang menjadi buronan banyak pihak di zaman modern. Dengan skill dan menguasai berbagai macam ilmu pengetahuan, kepala Xin Qian dihargai satu juta dollar.

Sekarang, dia diperlakukan seperti seorang tawanan oleh orang-orang zaman kuno. Jika rekan-rekannya tahu, bukankah mereka akan merendahkan dirinya?

Bahkan kemampuan bela dirinya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan para pengawal ini. Sungguh menyedihkan.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status