Share

SPM - Part 6a. Menang Perang

Setelah berhari-hari Xin Qian sibuk bekerja di di halaman belakang kediaman panglima, hari ini Xuan Yuan merawat gadis ini dengan baik di ruangan pribadinya. Xin Qian tidur seharian di ranjang Xuan Yuan tanpa segan. Baru ketika hari mulia petang, gadis itu membuka matanya karena kelaparan.

"Ummph.... Lapar." Xin Qian belum membuka mata, tapi tangannya sudah bergerak mencari ponsel di nakas untuk memesan makanan secara online.

Sejak berteleportasi di zaman kuno, ini adalah tidur paling nyenyak yang dirasakan Xin Qian. Ketika bangun, dia masih linglung, lupa keberadaannya sekarang telah berlempar di dunia paralel.

"Mana ponselku?" gumamnya dengan suara serak khas bangun tidur. Sedikit tidak sabar, karena perutnya sudah menuntut untuk diisi.

"Apa Anda mencari benda yang Anda sebut sebagai barang pribadi itu?" Xuan Yuan menyerahkan tas ransel milik Xin Qian.

Begitu terdengar suara Xuan Yuan, gadis itu mendengus pelan. Samar-samar dia teringat tadi pagi, dia baru saja menyelesaikan tugasnya.

"Jam berapa?" tanyanya tanpa sadar.

"Di luar sudah gelap, sebentar lagi malam." Xuan Yuan sudah berusaha menghafal satu demi satu barang yang ada di dalam ransel Xin Qian.

Pangeran Ketiga Da Liang itu tahu, jam adalah penunjuk waktu.

Xin Qian melompat dari ranjang. Dia baru benar-benar tersadar saat ini dia berbicara dengan Murong Xuan Yuan.

"Yang Mulia." Xin Qian memberi salam.

Xuan Yuan tersenyum tipis. Sejak tadi pagi, dia menjaga Xin Qian secara pribadi. Hanya duduk melamun di kursi yang ada di sebelah ranjang dan memandangi Xin Qian yang tertidur dengan tatapan rumit.

"Ke-kenapa Anda di dalam ruangan saya?" Xin Qian ingin meraung, tapi dia cukup tahu batasan. Bahkan semua tempat di sini adalah milik pria ini.

Xuan Yuan kembali tersenyum melihat wajah Xin Qian memerah. Gadis ini tidak pernah mempunyai teman pria istimewa di zaman modern. Situasinya saat ini benar-benar membuatnya canggung.

"Anda bahkan tidur di ranjangku seharian, Nona. Tidak apa, kita bisa berbagi ranjang malam ini." Xuan Yuan berkata sambil menahan senyum.

"M-maksud Anda, saya tidur di ruangan Anda?" cicit Xin Qian merasa malu.

Xin Qian menggigit bibirnya dengan wajah memerah. Jadi ... dia yang tidur di kamar Xuan Yuan?

Kenapa pria ini mendadak bersikap sebaik ini?

Xuan Yuan mengangguk pelan sembari menahan senyum. Kendati demikian, tak bisa menyembunyikan sudut bibirnya terangkat naik.

"Tidak, tidak bisa. Aku akan tidur di belakang." Xin Qian bergegas melangkah. Dia telah melupakan perutnya yang keroncongan karena belum makan seharian.

Xuan Yuan bergerak cepat, meraih tangan gadis itu dan menahannya.

"Kita makan dulu, bukankah Anda sedang kelaparan?" sindirnya.

"Itu ... itu memang benar. Aku sangat lapar," jawabnya pelan menahan malu.

Tak berapa lama kemudian, para pelayan telah menyiapkan makan malam. Keduanya makan bersama dengan tenang. Xin Qian sangat kelaparan, karena dari pagi tidak makan apapun, sehingga dia makan sangat lahap tidak sungkan sedikit pun pada Xuan Yuan.

Wanita zaman ini makan hanya sedikit dan gerakan yang lambat dan anggun, berbeda dengan yang dilakukan Xin Qian. Gadis ini bahkan tidak malu terus menyuapkan makanan padahal mulutnya masih penuh, membuat Xuan Yuan tertawa kecil.

"Makan pelan-pelan, Nona!" ucapnya.

"Mana bisa pelan-pelan, aku hampir mati kelaparan!" sahutnya dengan mulut penuh makanan.

Xuan Yuan geleng-geleng kepala. Dia meletakkan dua potong daging di mangkok Xin Qian dan berkata lembut, "aku tidak akan berebut makanan denganmu, makanlah pelan-pelan!"

Tiga pengawal yang baru saja datang menatap pemandangan aneh itu. Mereka sudah menjadi pengawal Pangeran Ketiga Da Liang sejak kecil, tapi belum pernah menyaksikan hal seperti ini.

Pangeran Ketiga makan bersama orang asing dengan suasana hati yang sangat baik. Tiga pengawal saling bertukar pandang tidak mengerti.

Kendati demikian, mereka tidak berkata apa-apa.

"Mari kita coba senjata ciptaanku!" Xin Qian sudah kembali bertenaga setelah menghabiskan makan malamnya.

"Baik."

Mereka bergegas menuju tempat yang sebelumnya pernah dipakai untuk menguji senjata surgawi ini.

Xuan Yuan ingin membuktikan kemampuan Xin Qian. Benarkah, gadis cantik ini dipercaya oleh Para Dewa untuk menciptakan senjata surgawi ini?

Xue mengeluarkan beberapa butir senjata dewa ini dari kotak yang dibawanya.

"Mohon maafkan saya, Yang Mulia. Saya hanya diizinkan untuk membuat dua puluh biji." Xin Qian pura-pura bersedih. Seakan-akan untuk membuat senjata ini, dia membutuhkan izin.

"Ini sudah lebih dari cukup, Nona." Xuan Yuan tidak mendesak Xin Qian untuk membuatnya lebih banyak.

Dia cukup tahu diri. Bantuan dari Sekte Emei pada Da Liang sudah sangat besar.

Xin Qian hanya sedang berusaha melindungi dirinya sendiri. Dengan mengatakan bahwa ini senjata surgawi, dia telah menekan ambisi orang-orang itu untuk tidak sembarangan membuat senjata ini.

Keahliannya ini akan menjadi dua mata pisau. Akan menjadi berkah jika dipakai oleh seorang kaisar yang bijaksana. Begitu juga sebaliknya, ini akan menciptakan kehancuran dunia jika digunakan oleh kaisar yang rakus dengan kekuasaan.

Dia tidak bisa membayangkan peperangan zaman kuno yang masih didominasi dengan senjata kuno, tiba-tiba berubah menggunakan granat. Bukankah Xin Qian akan merubah sejarah?

Bagaimanapun, sudah terlambat bagi Xin Qian untuk menyesalinya. Dia sudah terlanjur menunjukkan kemampuannya merakit senjata pada orang-orang zaman kuno ini.

"Yunxi, lakukan seperti aku melakukannya sebelumnya!" titah Xin Qian pada Yun.

Yunxi cemberut. Di tempat ini, dia hanya akan melaksanakan perintah dari Xuan Yuan. Kurang ajar sekali wanita ini, berani memberi perintah padanya sembarangan.

Xuan Yuan menatap Yunxi tajam. Jika diterjemahkan, itu artinya adalah perintah baginya untuk patuh pada Xin Qian.

Bukankah ini menyebalkan. Wanita aneh ini bahkan bisa bersikap seenaknya sekarang.

"Baik."

Segera, Yunxi melemparkan granat sesuai perintah Xin Qian.

Booom

Suara ledakan terdengar memecah keheningan malam. Tidak kalah dengan sebelumnya, granat yang dibuat oleh Xin Qian ini benar-benar hebat.

Xuan Yuan tersenyum puas.

"Sebarkan berita bahwa Da Liang mendapatkan senjata surgawi!" Xuan Yuan memberi perintah.

Dia yakin, dalam beberapa hari lagi Qing akan gempar saat mendengar berita ini. Di saat itu, Da Liang akan menyerbu dengan gagah berani.

Murong Yuan sama sekali tidak menyesal meskipun Xin Qian hanya bisa membuat granat tidak lebih dari jumlah jari di tubuh.

Sebenarnya, dia hanya menginginkan senjata ini untuk segera mengakhiri perang. Jika bisa, tidak perlu mengungkit tentang granat ini pada kaisar. Namun apakah bisa menyembunyikan rahasia sebesar ini di istana? Bahkan dinding istana mempunyai mata dan telinga.

Baiklah, dia akan memikirkan hal itu lain kali.

"Nona Xin Qian, kami berhutang budi pada Sekte Anda. Lain kali kami harus mengirim hadiah besar jika peperangan ini berhasil kita menangkan." Murong Xuan Yuan bersinar bahagia.

Belum pernah dia bertemu dengan seorang gadis yang mempunyai kemampuan membuat senjata sebelumnya. Apalagi ini adalah senjata surgawi. Keahlian yang bahkan tidak dimiliki oleh pria di zaman ini.

"Tapi saya mau meminta satu hal pada Anda, Yang Mulia."

Murong Xuan Yuan menatap Xin Qian rumit. Meskipun dia baru mengenal gadis ini, tapi budi yang telah diberikan Xin Qian terlalu besar. Bukan hanya pada dirinya secara pribadi, tapi untuk negara Da Liang. Tidak terlalu berlebihan jika Xin Qian mempunyai permintaan.

"Katakan!"

Xin Qian terlihat ragu sebelum mengatakannya. Tiga pengawal pribadi Yang Mulia Pangeran Ketiga menatap dingin pada wanita itu. Sebaiknya wanita itu jangan meminta sesuatu yang berlebihan, atau mereka akan membuat perhitungan.

Empat pria itu menunggu Xin Qian membuka mulutnya dengan perasaan rumit.

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Indah Syi
saya juga penasaran dengan permintaan Xin Qian
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status