Share

SPM - Part 6b. Menang Perang

Xin Qian akhirnya bersuara di bawah tatapan empat pria yang penasaran dengan apa yang diinginkannya.

"Aku ... aku hanya berharap kelak Anda bisa melindungi saya, Panglima," cicitnya pelan.

"Lancang!" Yunxi meraung.

Memangnya Xin Qian ini siapa? Berani-beraninya meminta perlindungan Yang Mulia.

Xin Qian yang seharusnya melindungi dan mengorbankan nyawa untuk Xuan Yuan, bukan sebaliknya.

"Jangan kira, karena kamu sudah berhasil membuat senjata, kamu bisa meminta hal yang tidak masuk akal seperti itu!" gertak Yunxi tidak suka.

"Apa kamu tahu siapa yang kamu ajak bicara? Sembarangan meminta penjagaan Yang Mulia."

Tak henti-hentinya, Yunxi memarahi Xin Qian. Xue dan Ming Ye hanya saling pandang melihat Yunxi yang sejak mereka bertemu masih terus saja cerewet memarahi Xin Qian.

Yunxi mendengus kasar.

Orang kurang ajar mana yang meminta perlindungan secara pribadi dari Dewa Perang Da Liang ini. Mereka semua yang ada di tempat ini bahkan rela mengorbankan nyawa demi melindungi Xuan Yuan. Sementara wanita ini, alih-alih rela mati untuk Yang Mulia. Dia malah meminta Yang Mulia melindunginya.

Bukankah itu cari mati?

Permintaan yang sangat tidak masuk akal.

"Aku tidak minta pendapatmu, Yun." Xin Qian melengos.

"Kamu...."

Baru saja Yunxi akan kembali meraung memarahi Xin Qian. Terdengar suara lembut Xuan Yuan.

"Tidak masalah. Aku akan melindungi Anda, Nona Xin Qian." Murong Xuan Yuan menjawab dengan tenang.

Tiga pengawal, "..."

Apa mereka tidak salah dengar? Majikan mereka yang selalu bersikap dingin dan acuh tak acuh bahkan bersedia melindungi wanita aneh ini?

"Yang Mulia, Anda tid---" Yunxi hendak mengatakan keberatan, tapi dipotong oleh Xuan Yuan.

"Kelak, Murong Xuan Yuan akan melindungi Nona Xin Qian." Kalimat yang diucapkan pria bermahkota giok itu berhasil membuat tiga pengawal pribadinya bungkam.

Xin Qian melirik pada tiga pengawal sambil tersenyum penuh kemenangan. Ada senyum meremehkan yang melengkung di bibirnya.

Tiga pengawal, "kamu...."

Mereka hanya bisa mendengus pelan tanpa bisa mengungkap keberatan. Majikannya bahkan sudah setuju untuk melindungi wanita aneh itu. Mereka bisa apa selain patuh.

"Baiklah, siapkan pasukan. Besok lusa kita akan menyerang Qing." Murong Xuan Yuan memberi perintah pada tiga pengawalnya.

"Baik." Begitu tiga pengawalnya pergi. Murong Yuan kembali berkata pada Xin Qian.

"Nona Xin Qian, beberapa hari ke depan, peperangan akan kembali dimulai. Anda sebaiknya tinggal di kediaman saya."

"Tidak, Yang Mulia. Saya akan ikut bersama Anda."

Xuan Yuan menghela napas panjang.

"Perang ini tidak cocok untuk wanita," ungkapnya.

"Bukankah ada Anda di sisi saya, Yang Mulia?" Xin Qian sangat penasaran dengan peperangan zaman kuno. Sekarang ada kesempatan untuk melihat dengan mata kepala sendiri, mana mungkin dia akan melewatkannya

"Tetap di sisiku, aku akan melindungimu."

Xin Qian tersenyum lembut. Akhirnya dia berhasil mendapatkan perlindungan Murong Xuan Yuan.

Jika berita tentang dirinya sebagai pencipta senjata dewa ini menyebar di seluruh daratan ini, bukankah dia akan menjadi buronan semua negara?

Semua negara akan berusaha mendapatkan dirinya untuk membuatkan senjata dewa demi kepentingan masing-masing. Itu pasti sangat merepotkan. Dengan adanya perlindungan Xuan Yuan, dia merasa sedikit tenang.

Di dalam hati, dia berjanji tidak akan menunjukkan keahlian lain yang dimilikinya dengan sembrono kelak. Termasuk tidak akan menunjukkan kemampuan bela dirinya di depan orang-orang ini.

"Tidurlah, Nona. Anda sudah bekerja keras akhir-akhir ini." Xuan Yuan mengantar Xin Qian di salah satu ruangan yang ada di halaman belakang kediamannya.

Setelah Xin Qian masuk, Xuan bergegas untuk memeriksa pasukan. Setelah dua pekan masing-masing negara menghentikan perang. Sekarang sudah tiba waktunya untuk kembali menyelesaikan kemenangan yang tertunda.

"Da Liang kita sudah diberkati dengan senjata surgawi. Apa kalian semakin yakin dengan kemenangan?" Xue mengagitasi para prajurit dengan penuh semangat juang.

"Menang! Menang! Menang!" Gelora suara ratusan ribu prajurit yang berkumpul membahana di langit perbatasan Da Liang.

Semua prajurit bersuka cita menyambut senjata baru yang berhasil diciptakan Xin Qian. Mental para prajurit naik sangat signifikan untuk memenangkan peperangan. Dengan langkah percaya diri mereka bersiap menghancurkan musuh.

Xuan Yuan yang terbang di udara, menatap mereka dengan bangga. Mulai saat ini, dia mulai berjanji dalam hati. Dia harus melindungi Xin Qian sekuat tenaga.

***

Derap langkah kavaleri Da Liang menerjang pasukan Qing dengan gagah berani. Berita tentang senjata surgawi yang dimiliki oleh Da Liang sudah menyebar dengan begitu cepat. Bahkan menjadi topik pembicaraan paling atas saat para prajurit negara Qing berkumpul.

Mereka tidak tahu senjata macam apa yang dimiliki oleh Da Liang. Namun sudah ada rasa gentar yang tumbuh di hati mereka.

Xuan Yuan yang mengenakan jubah berwarna hitam duduk di atas kuda ferghana hitam, terlihat begitu heroik penuh keagungan seorang pahlawan.

Di depannya, jendral Lan Yu dari Kerajaan Qing duduk dengan angkuh di atas kudanya. Telah berbulan-bulan lamanya mereka terlibat dalam perang ini. Tak disangka setelah dua pekan gencatan senjata, Da Liang berinisiatif untuk menyerang.

"Pangeran, sepertinya kabar tentang senjata surgawi itu benar adanya. Jika tidak, mana mungkin kamu akan berinisiatif untuk menyerang lebih dahulu." Lan Yu berkata datar.

"Tidakkah perang ini sudah terlalu lama? Aku hanya ingin segera mengakhirnya." Xuan Yuan berkata dingin.

"Jangan-jangan harta kas Negara Da Liang sudah habis?" ejek Lan Yu.

"Lan Yu, sebagai musuh terbaikmu aku berbaik hati memberi nasihat. Lebih baik kamu mundur, sebelum pasukanmu mati dengan jasad tidak utuh lagi!" Xuan Yuan berkata dingin.

'Senjata surgawi macam apa yang dimiliki Da Liang?' batin Lan Yu. Dia menyeringai kejam.

"Apakah senjata surgawi kalian sangat hebat?" Lan Yu masih tidak percaya dengan kabar burung yang tersebar begitu cepat di markas militer Qing.

"Cukup memuaskan untuk jasad yang tidak utuh lagi." Xuan Yuan menyeringai kejam.

Rasa penasaran semakin bertambah besar di kalangan pasukan Negara Qing. Serangan mental itu sangat berpengaruh di dalam peperangan. Semangat juang menurun tajam, saat Xuan Yuan mengeluarkan granat.

Seketika hening, semua orang menahan napas. Mereka penasaran dengan kehebatan senjata surgawi yang dimiliki Da Liang tersebut.

"Apa itu benar-benar senjata Dewa?"

"Kalau tidak hebat, mana mungkin disebut senjata dewa."

"Apa kita akan kalah?"

"Kenapa bukan kita yang mendapatkan senjata surgawi itu? Apakah Qing kita tidak diberkati?"

Dalam benak pasukan Negara Qing semua berisik dengan berbagai pertanyaan dan rasa penasaran.

Begitu banyak opini yang berkembang di tengah-tengah prajurit Negara Qing. Semua menggambarkan yang sama. Bahwa mental pasukan Qing sudah jatuh.

Begitu ada kesempatan, Murong Xuan Yuan melemparkan granat untuk menunjukkan kehebatan senjata surgawi yang mereka miliki.

Booom

Suara ledakan, api dan asap mengagetkan pasukan musuh. Nyali mereka seketika turun ketika melihat pasukan yang bergelimpangan terkena ledakan granat.

Suara teriakan kesakitan terdengar di berbagai arah ketika ledakan granat mulai berdentum di berbagai sisi.

"Apa ini? Api membakar kita menjadi daging bakar!"

"Senjata surgawi memang sangat mengerikan. Ayo menghindar!"

Tak perlu menunggu waktu, Xuan Yuan kembali melemparkan granat di bagian lain.

Booom

Booom

Booom

Terdengar dentuman keras dari segala penjuru. Murong Xuan Yuan melesat secepat kilat ke berbagai arah dan melemparkan granat tepat di kerumunan prajurit musuh.

"Senjata apa ini?"

"Apa ini yang mereka sebut senjata dewa?"

"Kerajaan Qing akan hancur."

Pekikan putus asa terdengar dari berbagai penjuru. Ketakutan merasuki hati prajurit Qing yang sudah kehilangan semangat tempur.

"Munduuuur!" Begitu titah ini terdengar. Semua prajurit Negara Qing mundur dari medan pertempuran.

Jendral besar Qing terpaksa memutuskan mundur, sebelum semua prajurit mereka mati mengenaskan dengan senjata surgawi itu.

Peperangan berlangsung lebih singkat dari yang diprediksi oleh Murong Xuan Yuan. Pasukan Da Liang masih berdiri teguh di medan tempur menyambut kemenangan.

"Hari ini, kita telah memperoleh kemenangan besar. Perang ini demi mempertahankan wilayah kita dari serbuan mereka." Xuan Yuan berkata dengan tenaga dalam sehingga bisa didengar oleh semua prajurit.

"Tidak ada yang diuntungkan di dalam perang. Baik rakyat Qing maupun Da Liang, semua akan merasa menderita jika perang terus berlangsung. Hari ini kita telah menyelesaikannya dengan baik. Di masa damai, rakyat bisa kembali bekerja tanpa rasa takut."

Mengingat kembali bahwa ada begitu banyak nyawa yang melayang di dalam peperangan. Ada berapa banyak istri dan orang tua yang bersedih mendengar berita kematian putra-putra mereka yang gugur di medan perang.

"Mari kita kembali!"

Mereka kembali ke markas militer perbatasan dengan gagah berani. Keberanian dan semangat juang yang tinggi dalam mempertahankan negara dari serangan musuh begitu bergelora di dalam jiwa mereka.

Nama Xin Qian dikenal oleh seluruh prajurit Da Liang. Semua orang membicarakan kehebatan gadis ini.

"Nona Xin Qian dari sekte Emei sungguh sangat hebat."

Xin Qian dan Murong Xuan Yuan menaiki kuda ferghana yang gagah beriringan. Xin Qian menjerit kesenangan karena bisa menaiki kuda legendaris ini.

"Nona Xin Qian, setelah selesai perang ini. Saya akan kembali ke ibukota." Xuan Yuan berkata lembut.

"Sebaiknya Anda tidak lupa dengan janji Anda, Yang Mulia."

"Tidak mungkin lupa, harga diri seorang pria adalah janjinya," sahutnya.

Xin Qian tersenyum. Setidaknya untuk saat ini, dia hanya bisa mengandalkan pria ini. Melarikan diri dari mereka, akan dipikirkan nanti setelah Xin Qian mendapatkan hadiah dari Kaisar. Dia sangat miskin saat ini. Dia harus mempunyai banyak uang untuk bisa bertahan hidup di tempat ini.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status