Berita tentang kepulangan dua puluh ribu pasukan Da Liang dari perbatasan selatan sudah sampai di telinga Kaisar. Meskipun pasukan besar itu baru akan sampai di Hangzhou satu pekan lagi, Kaisar telah menyiapkan sambutan yang luar biasa.Kemenangan besar yang telah diraih oleh pasukan Da Liang, membawa nama harum pasukan yang dipimpin oleh Murong Xuan Yuan.Di sepanjang jalan Ibukota, dipasangi lampion yang dihias indah. Hiasan dari kain sutera berwarna merah sepanjang beberapa kilo meter terlihat begitu mewah. Entah berapa tael emas yang dihabiskan Kaisar untuk memberi sambutan ini."Di sebelah sini ditambah lagi lampionnya!" Seorang pria berpakaian prajurit militer Da Liang berdiri di sana mengawasi orang-orang yang sedang menghias jalanan sesuai perintah Kaisar."Baik, Komandan.""Pasukan besar satu pekan lagi akan tiba, Pangeran Ketiga adalah putra kebanggan Kaisar. Jangan sampai ada kesalahan sama sekali!" titahnya pada prajurit yang bekerja di sepanjang jalan.Pangeran Ketiga ada
Di Istana Xi Wei, Istana Pangeran Ketiga, Selir Hui Yuan Shi---ibunda Murong Xuan Yuan sibuk menyiapkan upacara penyambutan kedatangan putranya dengan menyelenggarakan seleksi pemilihan selir.Satu pekan yang akan datang, ketika Murong Xuan Yuan sampai di Hangzhou, pemilihan selir akan dilakukan oleh putranya sendiri dari kandidat yang telah lulus seleksi."Fu Jing, sudah sejauh apa seleksi calon selir?" tanya Selir Hui pada pelayan pribadinya."Melapor, Yang Mulia Selir. Sampai saat ini, masih ada empat puluh wanita yang berhasil lulus ujian seleksi," sahut Fu Jing gembira."Bagus, pastikan ujian selesai dalam tiga hari lagi. Sisanya, akan dipilih oleh Yuan'er sendiri di hari pemilihan selir." Selir Hui tersenyum lebar.Sudah terlalu lama Istana Xi Wei berada dalam kesunyian. Murong Xuan Yuan selalu menolak untuk memiliki selir. Dalam istana sebesar ini, tidak ada penghuni lain selain para pelayan dan pengawal. Xuan Yuan lebih sering menghabiskan waktunya di markas militer, daripada
Dua puluh ribu pasukan Da Liang yang telah berjalan selama dua belas hari dari perbatasan selatan semakin bersemangat. Pasalnya, hari ini mereka akan sampai di Ibukota. Akhir peperangan yang baik, mereka sama sekali tidak menyesal menjadi bagian dari pasukan Dewa Perang Da Liang.Pasukan besar ini sangat panjang. Kepala pasukan sudah berada di depan gerbang kota Hangzhou, sedangkan ekornya masih berada dua puluh kilo meter ke belakang.Berada di barisan paling depan, Murong Xuan Yuan, mengenakan seragam resminya sebagai panglima tertinggi Da Liang. Kaisar memerintahkan semua orang berdiri di sepanjang jalan untuk menyambut kedatangan pasukan besar Da Liang yang baru saja memenangkan peperangan.Sorak sorai penduduk Hangzhou yang memberi sambutan sungguh menarik perhatian. Xin Qian menghela napas, saat ini dia telah menjadi bagian dari pasukan Da Liang.Pangeran Ketiga duduk di atas kuda ferghana hitam tampak gagah penuh keagungan. Tubuhnya yang terbungkus dengan seragam militer membua
Tak menjawab para wanita yang sedang membungkukkan badannya sembilan puluh derajat di hadapan Murong Xuan Yuan, pria tampan itu hanya melirik sekilas. Wajah dingin dengan bibir yang terkatup rapat tak tergoyahkan meski dihadapkan dengan puluhan wanita cantik. Xin Qian yang mengintip dari kereta mengeluh, "pria ini benar-benar berhati kejam."Alih-alih membalas hormat mereka, Xuan Yuan malah melangkahkan kakinya menuju kereta yang dinaiki Xin Qian."Nona Xin Qian, kita sudah sampai di Istana Xi Wei." Meski tanpa senyuman, tapi suara Xuan Yuan terdengar sangat lembut.Xin Qian, "..."Di dalam kereta, Xin Qian kesulitan bernapas. Pria ini mengabaikan begitu banyak wanita cantik, malah membantunya turun dari kereta. Bukankah ini akan menyulitkan Xin Qian? Bagaimana jika para wanita itu akan membalas dendam kepadanya? Huh....Baru saja datang di Istana, Xuan Yuan sudah membuatnya mempunyai musuh sebanyak ini. Xin Qian merasa begitu tidak berdaya.Xuan Yuan mengulurkan tangannya untuk mem
Seorang wanita dengan pakaian brukat dengan warna perpaduan biru muda dan biru tua duduk tampak begitu megah di aula utama paviliun Lien Hua. Dia adalah Selir Hui Yuan Shi. Xin Qian menatap wanita itu dari kejauhan dengan takjub.Di usianya yang masih paruh baya, wajahnya masih terlihat begitu cantik memikat. Perhiasan tusuk rambut berbahan emas bertahtakan batu zamrud berwarna biru safir menghias rambutnya, membuat wanita ini semakin terlihat memesona. Tidak berlebihan. Lagipula, dia hanyalah seorang selir. Mana boleh berdandan melebihi Permaisuri.Begitu melihat Xuan Yuan masuk aula, wajah Selir Hui berbinar-binar. Mereka sudah berpisah lebih dari dua musim. Medan perang sudah begitu kejam memisahkan seorang Ibu dengan putranya."Yuan'er, kamu sudah datang?" Selir Hui tidak bisa menahan diri untuk berdiri menyambut putranya."Ibunda, anak kurang berbaktimu ini datang memberi hormat," ucapnya dengan rasa bersalah.Telah lama sekali dia meninggalkan istananya ini. Ibundanya ini hanya
Selir Hui menelisik detail setiap inchi tubuh Xin Qian yang terbalut jubah hitam bermotif Qilin milik putranya. Dipandangi seperti itu, Xin Qian merasa tidak nyaman. Sayangnya, meski merasa tidak puas, dia tidak bisa berbuat apa-apa."Nona Xin Qian, maafkan aku yang sudah tua ini. Mataku sudah mulai rabun. Anda memakai pakaian pria, Selir ini sampai tidak bisa melihat," ucap Selir Hui ramah.Selir Hui masih memindai wajah Xin Qian. Sebentuk wajah cantik dengan postur yang lebih tinggi dari wanita pada umumnya."Anda tidak terlihat tua sama sekali, Selir Agung. Anda masih terlihat sangat muda, siapa yang mengira Anda adalah ibunda Dewa Perang Da Liang," balas Xin Qian memuji."Nona Xin Qian terlalu memuji. Jadi Anda bermarga Xin?""Benar. Saya bermarga Xin. Saya berasal dari Sekte Emei." Lagi-lagi dia harus menggunakan identitas Sekte Emei untuk memperkenalkan diri. Bagaimana lagi, Xin Qian bingung bagaimana cara mengungkap latar belakangnya.Orang-orang tidak akan bertanya lebih jauh
Menuju aula utama paviliun Xing He, ada danau yang begitu besar. Bunga teratai tumbuh begitu indah di danau besar itu. Xin Qian menatap takjub pemandangan ini. Istana Pangeran Ketiga semegah ini, jika di dunia modern, pria tampan ini benar-benar seorang triliuner.Tak heran ada begitu banyak wanita yang rela berbagi suami dengan para wanita lainnya di Paviliun Mei Hua. Mengingat rombongan Lin Wei dan Wang Yue, Xin Qian mendengus tak berdaya. Kenapa para wanita datang berbondong-bondong mengikuti ujian seleksi demi menjadi selir pria ini? Apakah dirinya yang terlalu idealis, ataukah dunia di zaman kuno ini yang sudah sangat gila dan tidak normal? Xin Qian sungguh tidak paham."A Yuan, kamu sangat populer di Hangzhou. Dari dua puluh calon selir tadi, bukankah Nona Lin Wei dan Wang Yue yang paling cantik?" tanyanya ketika mereka berjalan di pinggir danau.Sebagai sesama wanita saja, Xin Qian bisa dengan jelas melihat betapa dua gadis itu memiliki fisik yang sangat menonjol. Mana mungki
Otak dari penyergapan itu masih bersembunyi di dalam kegelapan. Sedikit rumit untuk mengungkap apa motifnya. "Seharusnya mereka adalah suruhan Qing Feng, Yang Mulia." Ming Ye memberi pendapat.Pandangan mata Xuan Yuan menjadi rumit. Qing Feng memang musuh mereka. Beberapa bulan mereka bertempur di Medan perang.Namun, dia tidak bisa menyimpulkan bahwa pelaku penyergapan itu adalah Qing Feng. Apakah sesederhana itu? Masih ada banyak variabel. Musuh yang terlihat nyata, tidak lebih berbahaya dibanding musuh yang bersembunyi di dalam kegelapan.Dia bahkan harus memahami trik busuk semacam ini sejak kecil. Mana mungkin akan semudah itu mengecohnya. Xuan Yuan tidak berkata apapun."Bisa jadi, bukan," tukas Xue."Lalu siapa?" tanya Ming Ye tampak berpikir."Selidiki dengan akurat! Jangan ada celah sama sekali!" titah Xuan Yuan dingin. Ada beberapa tebakan di dalam benaknya, tapi dia tidak bisa sembarangan mengatakannya jika belum ada bukti.Ada enam negara di daratan ini. Selain Negara Qi