Share

Jelmaan Cleopatra

last update Last Updated: 2025-03-27 17:58:24

Rain menunggu di depan fitting room, sedangkan Lady masih berada di dalam ruangan itu.

"Ngapain aja sih dia di dalam sampai selama itu?" gerutu Rain sendiri.

Kehabisan rasa sabar, Rain mengetuk pintu fitting room.

"Hei, lo ngapain aja?"

Tidak ada sahutan dari Lady yang membuat Rain bertambah kesal. Ia mengetuk pintu sekali lagi. Sebelum tangannya sempat beradu dengan daun pintu, pintu berwarna putih itu dibuka dari dalam. Sosok Lady kini berdiri tegak di hadapannya.

"Saya nggak cocok ya pakai baju ini?" tanya perempuan itu pada Rain. Terlihat jelas kalau dia tidak percaya diri.

Rain terkesima hingga untuk detik-detik yang lama kehilangan kemampuan mengerjapkan mata.

"Gimana menurut anda?"

"Cantik banget, Dy." Suara itu berasal dari seseorang di belakang Rain. Kanayya. "Iya kan, Rain?"

"B aja," sahut Rain datar. "Ya udah, Nda, aku tunggu di mobil. Sumpek di sini." Lelaki itu lalu pergi meninggalkan keduanya.

"Dia memang begitu orangnya. Kamu nggak usah ambil hati." Kanayya tersenyum tipis menghibur Lady.

"Iya, Dok," sahut Lady mafhum.

***

"Bunda langsung pulang aja ya, Rain. Lady ikut sama kamu biar nanti kalian bisa langsung pergi," kata Kanayya setelah mereka berada di mobil.

"Iya, Nda."

Rain mengantar Kanayya ke rumahnya sesuai dengan permintaan perempuan itu.

"Kamu nggak mampir dulu?"

"Lain kali aja, Nda. Salam sama Tante, Mama dan Papa."

"Nanti Bunda sampein. Kamu pindah duduk ke depan, Dy, temenin Rain."

Patuh, Lady melaksanakan perintah Kanayya. Baru saja akan menjatuhkan diri di jok ia disambut dengan helaan napas berat laki-laki itu.

"Anda nggak suka kalau saya duduk di sini?" tanya Lady yang mengerti keresahan Rain.

"Anda saya, anda saya, lo pikir ini di kantor?"

Lady tersenyum samar. Apa pun yang dilakukannya tidak pernah benar di mata Rain. "Kamu nggak suka aku duduk di sini?" ulangnya.

"Udah tau pake nanya."

"Kamu kok gitu banget sama aku? Aku tahu diri kok kalau emang nggak pantes buat kamu, tapi aku manusia lho. Aku juga punya perasaan."

Perkataan Lady berhasil membuat Rain menoleh pada perempuan itu. "Maksud lo apa? Lo tertekan dengan perjodohan ini?"

Lady tidak menjawab. Ia lebih memilih memandang keramaian lalu lintas di luar sana.

"Kalau orang lagi ngomong tuh didengerin, bukannya malah ngeliat ke mana-mana." Ada nada kesal dalam nada suara Rain yang tertangkap oleh telinga Lady.

Lady memutar kepalanya ke arah Rain. Seulas senyum tipis terbit dari bibirnya. "Sakit ya rasanya kalau nggak dihargai? Itu juga yang aku rasakan selama ini. Kamu menganggap aku seperti sampah. Kamu nggak pernah menghargai aku. Kalau kamu bilang aku bukan tipemu, kamu juga harus tahu kalau kamu juga bukan tipeku. Aku nggak pernah bermimpi berjodoh dengan laki-laki arogan, sombong, suka menghina orang. Tapi keadaanku bikin aku harus menerima perjodohan ini."

Kali ini Rain benar-benar tidak berkutik mendengar pengakuan lugas Lady. Ia tidak menyangka kalau perempuan tersebut akan sejujur itu padanya.

Kemudian, di sepanjang sisa perjalanan mereka keduanya sama-sama menyimpan suara.

***

"Kalau lo mau istirahat jangan di ranjang gue, tapi di sana." Rain menunjuk sofa setelah mereka tiba di apartemen.

"Siapa juga yang mau tidur di ranjang kamu," balas Lady.

"Bagus kalau lo paham." Rain tersenyum asimetris dan meninggalkan Lady sendiri.

Membunuh waktu, Lady tidak tahu apa yang dilakukannya. Alhasil ia memainkan ponsel.

"Tolong handuk gue dong!" Suara itu berasal dari dalam kamar mandi.

"Kamu ngomong sama aku?" Lady balas berseru.

"Emangnya kalau bukan sama lo siapa lagi? Sama kuntilanak? Ambilin handuk gue di dalam lemari!"

Bergerak dari tempat duduknya, Lady membuka lemari. Ia mencari handuk yang dimaksud. Baru saja ia akan menarik dari lipatan pakaian, mata bundarnya melebar ketika melihat susunan baju perempuan di sana.

Ada perempuan tinggal di sini?

"Ngapain aja sih lo? Gue udah kedinginan nih!" Suara kesal Rain terdengar lagi yang memaksa Lady untuk bergerak.

"Ini handuknya." Lady memberikan handuk putih tersebut setelah Rain membuka setengah pintu kamar mandi.

Ia kembali ke tempat duduknya dan membiarkan Rain berpakaian.

"Ngapain lo kayak gitu? Lagi menilai apartemen gue? Pengen tau gue punya apa aja?" tanya Rain melihat Lady mengedarkan mata ke setiap penjuru ruangan.

"Di sini kamu tinggal sama siapa?"

Pertanyaan itu sama sekali tidak pernah diprediksi Rain sebelumnya.

"Ya sendirilah, emang lo pikir sama siapa lagi?"

"Aku ngeliat ada baju cewek di lemari."

"Lancang lo ya, berani-beraninya periksa barang-barang gue."

"Kan tadi kamu sendiri yang minta buat ngambilin handuk. Jadi aku nggak sengaja ngeliatnya. Emang itu baju siapa? Kamu bukan cowok setengah mateng kan yang pake baju-baju cewek?" Lady membalikkan kata-kata Rain waktu itu.

"Bukan urusan lo juga buat tahu itu baju siapa. Kita memang dijodohkan, tapi sedikit pun lo nggak berhak ikut campur dalam hidup gue."

"Iya," sahut Lady singkat. Kemarin bra, sekarang baju. Membuatnya tidak mampu untuk tetap berpikir positif.

"Daripada lo kepo nggak jelas kayak gitu mending sekarang pake baju lo tadi, kita pergi. Gantinya di sana." Rain menunjuk kamar mandi.

Lady membawa paper bag berisi gaun yang dibeli tadi, lalu masuk ke kamar mandi. Ia tidak langsung mengganti bajunya, namun menyandarkan punggung ke belakang pintu sembari mengatur napas. Lady membayangkan, jika saja suatu saat nanti ia benar-benar menjadi istri Rain mungkin lelaki itu akan membuatnya makan hati setiap hari.

"Lalad, lo ngapain lagi di dalam? Nggak bisa apa cepet sedikit?"

Kalau saja suara Rain tidak memanggilnya mungkin Lady masih akan terpaku di belakang pintu.

"Iya sebentar, ini lagi ganti baju."

Cepat, dibukanya paper bag dan mengeluarkan gaun premium itu dari sana. Lady mengusap dengan tangannya serta memandang penuh kekaguman. Ini adalah baju termahal pertamanya. Rasanya bagai bermimpi. Sedikit pun Lady tidak berani mengimpikan memakai gaun mahal yang kini ada di tangannya.

Gaun malam berwarna biru itu melekat begitu pas di tubuhnya yang ideal yang membuat kepercayaan dirinya ikut meningkat.

"Lalad, ngapain aja sih lo sampe selama itu?" Suara Rain terdengar lagi. "Masih hidup kan lo?"

Rain yang tidak sabar membuat Lady bergerak cepat. Dengan terburu-buru ia memakai bedak, memulas blush on tipis-tipis di pipinya serta mewarnai bibirnya dengan lipstick.

Lady lalu keluar dari kamar mandi setelah dandan kilat tersebut.

"Aku sudah siap," ucapnya pada Rain yang sedang membelakanginya.

Mendengar suara Lady, Rain menoleh. Lelaki itu kembali kehilangan kemampuan mengerjapkan mata saat melihat jelmaan cleopatra di hadapannya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   She's Not My Tipe

    “Rain, akhirnya kamu datang juga. Tadi Bunda kamu bilang ke Tante kalau nggak bisa datang. Jadinya kamu yang mewakili.”“Iya, Tante, Bunda yang minta aku datang ke sini,” jawab Rain pada Tiwi, teman sang bunda. Keduanya kemudian saling mendekap hangat.Tiwi kemudian mengamati perempuan yang berdiri di sebelah Rain. “Ini pacar baru kamu, Rain?”“Bukan, Tante, ini temenku.”“Temennya cantik banget,” komentar Tiwi saat melihat Lady yang berdiri kaku di sebelah Rain. Lady tersenyum tipis merespon sanjungan yang ditujukan padanya. Masa sih dirinya secantik itu? Ia merasa biasa-biasa saja. Dan selama ini belum pernah ada yang menyanjungnya dengan berlebihan.“Pembalap kita akhirnya datang juga. Tumben nih, lagi nggak sibuk?” River datang ke tengah-tengah mereka.”Nggak, Om, jadwalku kebetulan lagi kosong, makanya bisa ke sini.” Rain beralasan.River kemudian menepuk pelan pundak Rain. “Om bangga sama kamu, Rain. Nggak nyangka di umur semuda ini tapi prestasi kamu udah nggak kehitung lagi.

    Last Updated : 2025-03-27
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Rumor

    Rain dan Lady pulang sebelum acara pesta berakhir. Nyaris di sepanjang acara Rain tidak memedulikan dan membiarkan Lady sendirian. Sementara ia sibuk dengan teman-teman yang ditemuinya di tempat itu."Biar aku naik taksi aja," putus Lady saat Rain berniat mengantarnya pulang."Nggak, gue anter lo sampe rumah." Rain menolak ide Lady. Ia tidak mungkin membiarkan perempuan itu pulang sendirian malam-malam begini."Nggak usah kalau nggak ikhlas. Aku lebih baik naik taksi aja.""Lo tuh nggak tau terima kasih banget. Tinggal duduk diam apa salahnya? Masuk!" perintah Rain setelah membuka pintu mobil.Terpaksa Lady mengikuti kemauan laki-laki itu setelah tidak punya alasan lagi untuk menolak. Dengan cepat Rain beralih ke bangku pengemudi dan menyalakan mesin. Dalam diam, Lady mencuri pandang ke arah Rain. Lelaki itu gagah, juga terlihat angkuh di saat bersamaan. Hidungnya yang tinggi semakin menambah kesan arogan apalagi jika dilihat dari samping begini."Lo kenapa ngeliat gue kayak gitu?"

    Last Updated : 2025-03-28
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Curiga

    “Rain, kamu kan nggak lagi ngapa-ngapain. Jemput aku nanti siang di bandara. Aku sama Zee balik duluan. Mami sama Papi masih di Sydney.”Rain menghela napas setelah membaca pesan singkat dari Sydney. Sudah seminggu ini Sydney dan keluarganya berlibur ke Sydney. Sesuai dengan namanya, perempuan itu memang lahir di Sydney saat dulu orang tuanya bermukim di sana."Oke, Han, nanti aku jemput kamu." Rain membalas pesan tersebut.Meletakkan ponsel, Rain cepat-cepat mandi. Selama tidak ada kegiatan, hidupnya memang tidak teratur. Tidak ada yang dilakukannya selain tidur-tiduran, ngerokok, minum dan main ponsel.***Wajah cemberut Sydney adalah hal pertama yang dilihat Rain ketika ia sampai di bandara."Kangen banget sama kamu, hidup aku sepi nggak ada kamu," bisik Rain di telinga Sydney ketika ia memeluk erat perempuan itu."Bohong," tuding Sydney mengurai pelukan Rain dari tubuhnya."Bohong gimana?" Kerutan kecil tercipta di dahi Rain.Sydney mengambil ponsel dari dalam tas dan menunjukkan

    Last Updated : 2025-03-28
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Let's Make Love

    “Jawab aku, Rain, ini punya siapa?”Rain bangkit dari ranjang, berjalan ke arah sofa mendekati Sydney. “Oh itu. Kemarin aku nemenin Bunda ke butik, terus Bunda mampir ke sini." Rain memamerkan senyum maut yang biasanya selalu berhasil membuat Sydney luluh."Tumben banget Bunda kamu belanja baju. Udah gitu kamu juga mau nemenin." Sydney masih tak percaya pada alasan yang disampaikan Rain."Nggak ada yang aneh kok, Han. Kadang-kadang Bunda emang suka belanja baju. Karena aku lagi nggak ada kegiatan makanya Bunda minta aku buat nemenin. Udah ah, masa kayak gitu aja ngebahasnya sampe satu jam. Aku kangen nih. Ke sana yuk!" Rain mengedipkan sebelah mata menggoda Sydney seraya melirik ranjang."Aku juga mau ditemenin beli baju." Sydney merengek manja."Iya... nanti aku temenin tapi sekarang sayang-sayangan dulu dong, udah penuh nih," janji Rain sembari menarik pelan tangan Sydney menuju ranjang.Desahan halus mencuri keluar dari bibir Sydney kala Rain mengecup leher jenjangnya."Jangan kasi

    Last Updated : 2025-03-28
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Diam-Diam Perhatian

    Rain melangkah cepat mengejar Lady. Begitu satu langkah berada di belakang perempuan itu ia berhasil mencekal lengannya.Lady tersentak dan sontak menoleh ke belakang. "Sakit, lepasin tanganku!""Ikut gue sekarang!" Rain menyeret paksa Lady agar mengikutinya. Laki-laki itu membawa ke arah toilet. "Duh, sakit... lepasin!" Lady tidak bohong. Cekalan Rain di tangannya terlalu kuat dan membuatnya kesakitan.Rain tidak peduli. Ia menyandarkan perempuan itu di dinding lorong toilet. "Gue kan udah bilang jangan kerja di sini lagi, kenapa lo masih ngeyel?"Lady mengernyit. Tatapan mata Rain yang menusuk terasa begitu mengintimidasinya."Bukan urusanmu aku mau kerja di mana. Kok jadi kamu yang ngatur?" Lady menarik tangannya yang dicekal Rain sejak tadi."Jelas jadi urusan gue karena--""Karena apa?"Rain terdiam, kehilangan kata-kata untuk bicara."Pokoknya gue nggak mau lo kerja di sini lagi. Gue nggak suka."Lady tersenyum awkward menyaksikan lelaki di hadapannya. Tidak mengerti pada sik

    Last Updated : 2025-03-29
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Hangover

    'Rasanya kok aneh gini?' Lady berhenti menyesap ketika minuman tersebut terasa tidak bersahabat di lidahnya."Kenapa?" tanya Rain yang terlihat santai mengepulkan asap rokok."Aku nggak suka, nggak enak. Sudah ya, aku ke belakang dulu, nanti bos marah." Lady mengangkat tubuh dari kursi dan bersiap-siap untuk pergi, namun tangan Rain lebih sigap menahannya agar tetap berada di tempat itu."Di sini dulu temenin gue.""Sorry, aku nggak bisa.""Lima menit lagi nggak bisa juga?" tatap Rain tajam.Lady melihat jam di pergelangan tangannya dengan resah. "Nggak bisa.""Lo pulangnya jam berapa?""Tiga puluh menit lagi.""Ya sudah, sana! Gue tungguin." Rain mengibaskan tangannya seolah sedang mengusir seekor anak ayam."Menunggu? Kamu mau menungguku?""Iya, lo budek apa?"Ekspresi wajah Lady seketika berubah mendengar kalimat Rain yang kasar. "Justru karena aku mendengar kata-kata kamu dengan jelas makanya aku tanya lagi."Rain menghela napas sedikit keras, kesal pada Lady yang menurutnya lemot

    Last Updated : 2025-03-29
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Seranjang Berdua, Satu Selimut Bersama

    Setelah memutuskan turun dari motor, Rain masih berpikir akan membawa Lady ke mana. Meskipun perempuan itu bilang tidak apa-apa dan baik-baik saja, tapi Rain tetap tidak tega meninggalkannya. "Kamu pulang aja, mungkin ini karena tekanan darahku agak rendah," kata Lady mengira-ngira.Rain melihat Lady sekilas kemudian merogoh saku, mengeluarkan ponsel dari sana. Ia terlihat menghubungi seseorang.Tak lama kemudian, sebuah taksi datang dan berhenti tepat di depan rumah itu."Ayo, Lad!" Rain menarik tangan Lady agar mengikutinya. "Kita mau ke mana?" "Pergi.""Tapi pergi ke mana?" Lady masih kebingungan."Lo jangan banyak tanya dulu, kalau gue bilang ikut ya ikut!"Lady akhirnya hanya bisa pasrah ketika Rain menyeretnya masuk ke dalam taksi."Hotel One Season, Pak." Rain menyebutkan tujuannya pada supir taksi."Hotel?" Lady memandang pada laki-laki di sebelahnya dengan sorot mata meminta penjelasan."Ya.""Tapi kita ngapain di sana?""Ya nginep dong, Lad, nggak mungkin juga buat shopp

    Last Updated : 2025-03-29
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Semua Gara-Gara Lady

    Tengah malam Sydney terbangun. Tangannya menggapai-gapai saat tidak merasakan dekapan hangat di tubuhnya. Namun ia hanya menemukan permukaan kasur yang dingin dan kosong yang membuat perempuan itu segera membuka mata."Bae...," panggilnya parau.Matanya yang tadi redup kini terbuka sempurna saat tidak menemukan Rain. "Bae!" Kali ini Sydney berseru lebih keras agar suaranya bisa didengar. Namun sama saja. Tetap tidak ada sahutan. Mungkin Rain sedang di kamar mandi, pikirnya.Sydney menunggu beberapa saat. Namun ketika selang beberapa menit kemudian Rain masih belum menampakkan diri, Sydney mulai khawatir.Perempuan itu turun dari ranjang, lalu berjalan mengitari kamar yang berakhir dengan kamar mandi."Bae, kamu ada di dalam?" Sydney memutar knop pintu kamar mandi. Ia hanya mendapati ruang kosong."Bae? Kamu ke mana?" Sydney semakin khawatir ketika ia tidak menemukan Rain tidak hanya di kamar namun juga di ruangan lain di apartemen itu.Bergegas diambilnya ponsel dan menghubungi sang

    Last Updated : 2025-03-30

Latest chapter

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Aksi Nekat Sydney

    Dentingan notifikasi handphone Rain menginterupsi Rain dan Lady yang sedang bermesraan. Mereka baru saja tiba di rumah sekitar beberapa menit yang lalu dan menghabiskan waktu di kamar.“Siapa lagi sih?” gumam Rain kesal.Lady membantu Rain menjangkau ponsel dan memberikan pada sang suami.Mendapati pesan dari Sydney, Rain berdecih jengkel. “Mau apa lagi sih dia?”Rain kemudian menekuri ponselnya selama beberapa saat. Membaca pesan yang dikirimkan Sydney padanya. Sempat terdiam namun kemudian tertawa ringan. “Ada-ada aja,” gumamnya pelan.“Ada apa, Rain? Siapa yang chat?” tanya Lady di sebelahnya. Rain memberikan gawainya pada Lady agar sang istri bisa membacanya sendiri.Menerima ponsel yang disodorkan Rain, Lady terdiam cukup lama. Sebagai sesama wanita hatinya jelas tergugah. Ia sangat mengerti apa yang dirasakan Sydney. Kasihan, pikirnya.Apa yang Lady pikirkan lantas ia sampaikan pada sang suami. “Rain, kasihan dia.”“Lad, itu hanya modus, aku harap kamu jangan sampai luluh. Dia

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Mempermalukan Sydney

    “Kamu mau ke mana?” tanya Kanayya pagi itu pada Rain yang sudah rapi.“Mau ikut Lalad ke toko, Nda.”“Tumben?” “Sekali-sekali aku pikir nggak ada salahnya. Lagian aku juga nggak ada kegiatan di rumah.”Kanayya tidak bertanya lagi. Rain juga tidak mengatakan jika sesungguhnya ia akan bertemu dengan Sydney. Nanti saja. Rain pikir Kanayya tidak perlu tahu urusannya dengan perempuan itu.“Rain, kamu nggak mau ambil job iklan atau apa?” tanya Alana sebelum Rain dan Lady keluar meninggalkan rumah. “Kapan-kapan kali ya, Na, biar masalah ini kelar dulu.”“Bunda setuju. Nanti kamu nggak usah cari manajer baru, biar Lady yang manajerin kamu.” Kanayya menyarankan.Rain memandang pada Lady dan tersenyum lebar. "Boleh juga,” ucapnya. Lalu ia beralih pada Lady, meminta pendapat sang istri. “Kamu mau kan, Lad?”Lady kelihatan bingung. Perempuan itu menggigit bibirnya. “Caranya gimana? Aku nggak punya pengalaman sama sekali.”“Nggak perlu punya pengalaman apa-apa kok, Lad. Kerjaan kamu cuma arrange

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Malam Ini Kamu Yang Di Atas

    “Rain, dibales,” beritahu Lady pada Rain yang sudah naik duluan ke ranjang sedangkan Lady baru saja memakai krim malamnya.“Dia bilang apa?” tanya Rain tanpa membuka mata.“Okay, Bae, besok aku ke sana. I love you.” Lady menyampaikan balasan chat dari Sydney yang baru saja ia baca di handphone Rain.Rain detik itu membuka mata. “Jangan main-main, Lad.” Rain sangka Lady sedang meledeknya dengan kata I love you yang diucapkan Sydney.“Main-main gimana? Nggak percaya nih baca sendiri.” Lady memberikan ponsel di tangannya pada Rain.Lady ternyata tidak bohong. Rain melihat sendiri di gawainya balasan dari Sydney sama persis dengan yang diucapkan Lady.Rain berdecih, lalu setelahnya mematikan ponsel dan meletakkan di nakas.”Nggak kamu bales?” tanya Lady yang kini ikut berbaring di samping Rain di kasur.”Nggak ada yang perlu dibales. Infonya sudah jelas.”“Nggak mau bilang I love you too?” Perempuan itu menggodanya.”Jangan nakal ya, Lad, atau nanti aku–”“Aku apa?” potong Lady kilat.Ra

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Sesuatu Yang Akan Menjatuhkan Sydney

    Malam itu juga Rain meluncur ke apartemen Ale berdua dengan laki-laki itu. Ketika Ale bertanya untuk apa laptop lama tersebut dan apa yang akan mereka cari, Rain masih merahasiakannya. Membuat Ale penasaran setengah mati.“Ayolah, Rain, untuk apa laptop itu?” Ale yang menyetir terus mendesak agar Rain memberitahu.“Nanti lo juga bakal tahu sendiri.” Rain masih bersikukuh merahasiakannya.”Apa bedanya sih nanti sama sekarang?”“Ya bedalah, Nyet. Tapi lo yakin kan kalo laptop itu masih ada?” Sudah sejauh ini akan sia-sia kalau ternyata hasilnya zonk.”Ada kalo nggak dimakan kecoa,” ucap Ale asal.“Garing.”Dengan tidak sabar Rain menarik langkah cepat setelah mereka tiba di Heaven Residence. Gerak-gerik Rain membuat Ale benar-benar penasaran apa sebenarnya yang ingin dicari Rain di laptopnya."Kalo misal nggak ada, gimana?" Ale menyampaikan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi."Jangan macem-macem lo ya!" ujar Rain cemas."Gue nggak macem-macem. Itu kan misalnya.""Pokoknya harus

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Jalan Ninja Yang Ditempuh Rain

    Rumah besar itu semakin sepi karena semua penghuninya sibuk di kamar masing-masing.Kanayya tidak habis pikir pada ide gila yang disampaikan Jacob tadi siang. Entah dari mana pria itu bisa mendapatkannya. Kanayya tidak bisa membayangkan apa tanggapan Jasmine jika mengetahui ide tidak waras suaminya.Kanayya menjangkau ponselnya ketika dentingan notifikasi terdengar. Ada sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Kanayya membacanya pelan-pelan.“Gimana, dokter Kanayya? Apa tawaran saya tadi siang sudah dipikirkan?”-JacobOh, ternyata dia. Kanayya tidak tahu dari mana pria itu mendapatkan nomor ponselnya. Tapi tentu saja bukan hal yang sulit bagi orang semacam Jacob untuk mencari tahu nomor selulernya. Pria itu punya kaki tangan di mana-mana.“Maaf, Pak Jacob, saya tidak bisa.” Kanayya menolak tegas keinginan laki-laki itu.“Anda yakin? Apa Anda sudah pikirkan baik-baik? Saya tahu anda sangat menyayangi Rain dan menantu anda. Tentu anda tidak akan membuat mereka menderita kan?”“Iya,

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Solusi Mengejutkan Yang Ditawarkan Jacob

    Jacob tidak serta merta menjawab permintaan Rain. Pria itu tampak berpikir untuk sesaat. Menimbang-nimbang apa yang diinginkan oleh Rain. Bagaimana baik dan buruknya maupun dampak serta resikonya."Papi, aku pikir nggak ada salahnya Papi kasih Rain kesempatan. Masalahnya ini bukanlah segampang yang kita pikir." Zee yang sejak tadi diam saja membaca situasi kini menyampaikan pendapatnya."Mami nggak setuju, jangan terlalu mudah percaya, Pi, Mami khawatir dia akan kabur. Sedikit pun jangan kasih dia kesempatan untuk lolos, jangan kasih dia celah, kasihan anak kita, nanti Sydney yang akan jadi korbannya." Jasmine bersikeras mempertahankan pendapatnya dan terus memengaruhi suaminya."Rain orangnya nggak kayak gitu, Mi, Pi. Dia nggak akan kabur atau lari. Aku udah lama kenal Rain," ujar Zee lagi."Kenal bukan berarti kamu tahu semua tentang dia, Zee!" Jasmine menyergah dengan keras putri bungsunya."Bener, Mi, tapi Rain–""Sudah! Sudah! Mami nggak minta pendapat kamu. Mending kamu diam aja

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Mencari Solusi

    Rain masih duduk di lantai dengan tubuh lemas. Di sisi kiri dan kanannya ada Lady dan Alana yang mendampingi. Ketiganya sama-sama membisu merenungi takdir hidup sendiri-sendiri.Rain yang baru saja menemukan cinta sejatinya harus diuji lagi dengan cobaan hidup bertubi-tubi. Pun dengan Lady. Ia baru saja akan berbahagia setelah bertahun-tahun hidup menderita. Sedangkan Alana lain lagi ceritanya. Ia mencintai laki-laki yang mungkin tidak pernah menganggapnya ada.Apa pun itu, masalah terbesar mereka saat ini adalah Sydney yang terbukti mengandung anak Rain."Rain, ikut Bunda ke ruangan." Tiba-tiba Kanayya melintas di depan mereka.Rain menengadah dan mendapati raut perempuan itu masih sama seperti tadi. Sedih dan kecewa.Rain cepat berdiri dan mendesak Kanayya dengan pertanyaan yang sama yang berulang-ulang ia cetuskan."Nda, itu semua nggak bener kan? Semua salah kan, Nda? Jujur sama aku, Om Jacob kasih uang berapa ratus juta untuk rumah sakit ini? Berapa miliar, Nda?""Hati-hati kalau

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Hasil Tes DNA

    Keluarga Rain dan keluarga Sydney sudah tiba di rumah sakit sejak lima belas menit yang lalu. Mereka diminta menunggu untuk beberapa saat. Rain dan Lady duduk berdampingan dengan tangan saling menggenggam seakan sedang berbagi kekuatan satu sama lain. Alana yang semula ragu akhirnya memutuskan untuk ikut ke rumah sakit. Sedangkan keluarga Sydney menunggu di sudut lain.Sydney tak henti-hentinya mencuri pandang ke arah Rain. Tatapannya begitu mendamba. Meski Rain tidak sedetik pun ingin menoleh padanya tapi perempuan itu tak peduli. Rain boleh saja bersikap seperti itu sekarang. Rain boleh benci padanya. Yang diyakini perempuan itu Rain pasti akan kembali ke pelukannya cepat atau pun lambat. Ya.Kanayya menghilang dari sisi mereka untuk mengurus segala sesuatunya. Sedangkan Rain sudah semakin tidak sabar. Satu-satunya yang terlihat paling rileks di antara mereka adalah Sydney. Sekarang sang selebgram begitu asyik memeriksa notifikasi sosial media miliknya dan membalas satu demi satu

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Detik-Detik Menegangkan

    Setelah menanti beberapa hari yang benar-benar menguji kesabaran dan ketahanan jantung, maka saat itu pun tiba. Saat di mana mereka akan mengetahui hasil tes DNA yang dilakukan tempo hari. Semua diliputi perasaan harap-harap cemas dan mengencangkan doa di hati masing-masing. Semoga hasil tes DNA yang mereka terima nanti adalah hasil yang paling jujur. Hanya dalam hitungan jam maka mereka semua akan mengetahui bagaimana hasilnya. Tiga hari ini adalah hari terpanjang yang pernah mereka lalui. Selama tiga malam ini pula mereka kesulitan untuk memejamkan mata.”Nggak mungkin! Nggak mungkin! Dia bukan anak aku!” Rain berteriak sekuat yang ia bisa. Ia memandang ketakutan pada Sydney yang berdiri di hadapannya sambil menggendong seorang bayi dan tak henti menyodorkan pada Rain. Perempuan itu menyeringai lebar dan tampak mengerikan.”Rain, ini anak kamu, gendong dia, Rain, ini darah daging kamu.”“Bukan! Dia bukan anakku! Pergi kalian!” Rain kembali berteriak ketakutan. Ia berlari sekencang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status