Share

Menjadi Orang Ketiga

last update Last Updated: 2025-04-07 20:03:36

"Han… Hany… Hany…” Suara itu terdengar lagi, membuat Lady betul-betul menghentikan langkahnya.

Dengan hati-hati perempuan itu berjalan mendekat, kembali menghampiri ranjang. Duduk di pinggirnya, Lady bisa mendengar dengan lebih jelas ucapan Rain yang kini sampai ke gendang telinganya.

“Han… Hany… aku kangen, kamu kapan pulang?” Ucapan itu begitu nyata dan kentara yang membuat Lady jadi tahu sekarang betapa Rain betul-betul merindukan kekasihnya.

”Kamu kangen dia ya? Emang dia ke mana?” Lady memberanikan diri bertanya.

Tidak ada sahutan apa-apa. Lady tidak pernah tahu apa jawabannya karena Rain kembali tertidur.

Tangan Lady sudah bergerak untuk membelai kepala Rain. Namun urung terjadi dan hanya menggantung di udara. Ia tarik kembali tangannya, khawatir jika tiba-tiba saja Rain terbangun dan berpikiran macam-macam padanya.

Setelah berpikir cukup lama, Lady memutuskan untuk meninggalkan kamar Rain dan membiarkan lelaki itu tidur sendiri. Biarlah. Paling kalau dia bangun dan butuh apa-ap
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Floya
sebenarnya yang ngeselin itu Kanaya ko bisa-bisanya numbalin anak orang demi anaknya yang kek bajingan gitu sih. udah tau anaknya berengsek dan pasti main sama ceweknya, ini malah maksa Lady nikahin anaknya yang bobrok abis, ga punya otak kayaknya ibu ma anak
goodnovel comment avatar
Tari Emawan
digeprek aja thor, si Rain..!
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Susahnya Menjadi Orang Tua

    Lantaran kasihan akhirnya Agha terpaksa mempertemukan Giandra dengan anaknya. Walau bagaimanapun Giandra adalah bapaknya. Giandra berhak atas anak itu.Agha membawa Giandra ke ruangan bayi. Mereka masuk ke sana dan berhenti tepat di dekat box seorang bayi perempuan. Bayi itu masih belum memiliki nama. Hanya ada nama Celine sebagai ibunya serta hari dan tanggal lahir anak itu beserta panjang dan beratnya saat dilahirkan.Giandra terpaku di tempatnya berdiri dengan mata menatap sendu pada bayi itu. Bayi berumur empat hari tersebut baru saja terlelap setelah seharian ini terus menangis. Kulit wajahnya putih kemerahan serupa dengan warna bibirnya. Matanya tertutup rapat sehingga Giandra tidak tahu apa warna iris matanya.“Dia baru saja tidur. Sejak lahir dia nggak berhenti menangis. Paling hanya saat tidur kayak gini. Mungkin dia tahu apa yang saat ini sedang dialami ibunya,” kata Agha memberitahu. Agha berdiri di sebelah Giandra, ikut mengamati anak itu.Giandra membisu, masih tidak sang

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Rainy Day

    Agha yang duduk di sebelah Celine dari tadi memerhatikan Celine yang tidak melepaskan pandangannya dari arah panggung. Agha tahu persis siapa sosok yang mengambil atensi perempuan itu. “Bagus ya suaranya, main gitarnya juga oke.” Celine refleks menolehkan kepala ke sebelahnya. Ia terlambat menyadari bahwa Agha memerhatikannya. Entah sejak kapan.Dilengkungkannya bibir membentuk senyuman. “Gian memang multitalenta. Dari kecil dia udah suka musik, jago main gitar, bahkan udah bercita-cita mau jadi anak band.” Celine menceritakannya dengan berbinar-binar.Agha ikut tersenyum menimpali perempuan itu. Ia mengerti bahwa Celine masih menyimpan perasaan pada Giandra. Jika tidak, mana mungkin ada binar di matanya.Senyum di bibir Celine tiba-tiba memudar yang kemudian berganti dengan ringisan.”Kenapa, Lin?” tanya Agha kala melihat perubahan di wajah Celine.”Gha, aku mules banget.” “Braxton hicks lagi?””Kayaknya sih. Tapi ini mulesnya nggak kayak biasa, Gha.””Kita pulang aja ya?”Celine

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Rasa Yang Tak Bertepi

    “Mbak, obat yang ini ada?” Raia menunjukkan secarik kertas pada penjaga apotik.Penjaga apotik menerima kertas berisi resep tersebut kemudian menekurinya selama beberapa detik. Ia kemudian kembali berbicara dengan Raia.“Mbak, karena ini obat racikan Mbak bersedia menunggu sebentar? Kebetulan apotekernya sedang ke luar.”“Duh, kira-kira lama nggak ya? Soalnya saya lagi buru-buru, Mbak.””Mungkin sebentar lagi, Mbak.”Raia memandang ke arah Giandra yang sedang duduk di kursi tunggu pembeli. Meminta pendapat laki-laki itu.”Gimana, Gi?””Ya udah, tunggu aja, kan obatnya ada.”“Tapi kalau lama gimana?”“Nggak apa-apa, daripada muter-muter nyari ke apotik lain ternyata zonk.”“Ya udah deh.” Raia terpaksa sepakat dengan Giandra lalu ikut duduk di sebelahnya.Penjaga apotik memberi mereka dua gelas air mineral sembari menunggu, lalu melayani pembeli yang lain.“Pinjam bahunya ya, Gi, ngantuk banget.” Raia menutup mulut yang menguap dengan telapak tangan lalu sebelum Giandra menjawab ia suda

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Setelah Bercerai

    Celine tidak tahu apa Giandra mengerti apa itu talak tiga beserta konsekuensinya. Yang Celine tahu Giandra sedang emosi saat mengatakannya. Ketika Celine memutar tubuh untuk masuk kembali ke dalam rumah, ia menemukan Agha sudah berdiri di belakangnya. Entah sejak kapan. Bisa jadi laki-laki itu sudah lama di sana mendengar dan menyaksikan pertengkarannya dengan Giandra tadi.”Jadi dia bukan sepupu kamu?” Belum sempat Celine bicara Agha sudah berkata.Tidak ada lagi jalan bagi Celine untuk mengelak apalagi lari. Satu-satunya pilihan baginya adalah mengaku dan berterus terang saat ini juga, terlebih ketika mendengar kelanjutan ucapan laki-laki itu.”Aku udah dengar semuanya, Lin, tapi aku nggak ngerti gimana keadaan sesungguhnya. Kalau kamu nggak keberatan aku siap mendengarkan.”Celine mengangguk, lalu masuk ke dalam rumah. Agha mengikuti dari belakang. Laki-laki itu siap mendengarkan apa yang akan Celine sampaikan padanya meskipun tadi ia merasa syok menyaksikan pertengkaran Celine da

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Aku Ceraikan Kamu

    “Nggak usah dijawab sekarang, pikirin aja dulu.” Lalu Qey berdiri, pergi dari kamar Giandra.Giandra termangu memikirkan kata-kata Qey. Semestinya tadi ia bisa menjawab tanpa perlu memikirkan apa-apa. Nyatanya kini ia meragukan perasaannya sendiri pada Celine. Tapi kalau Giandra tidak memiliki rasa apa pun pada perempuan itu ia tidak perlu marah kan saat melihat atau tahu Celine pergi dengan Agha?Suara pintu yang dibuka serta derap langkah yang mendekatinya membuat Giandra tersentak. Lamunannya memudar dan kemudian buyar seketika.“Bau parfum cewek.” Max mengendus-endus membaui seisi kamar. “Tadi Qey ke sini ya?” sambungnya sambil menatap ke arah Giandra. Max langsung bisa menebak kalau itu Qey karena ia sudah hafal aroma gadis itu saking mencintainya dengan sepenuh hati.“Kok lo tahu?”Max tersenyum jumawa. “Apa sih yang nggak gue tahu tentang Qey? Kalo lo nanya ukuran branya juga gue bakal jawab sekarang.””Jangan macam-macam lo, Max!” Giandra tidak suka pada gurauan Max. Max boleh

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Kehilangan

    Satu hari berlalu sejak pertengkaran dengan Celine.Sudah sejak tadi Giandra melihat bolak-balik ke layar gawai hanya demi meyakinkan diri bahwa Celine memang tidak menghubunginya. Tidak ada pesan apalagi panggilan telepon di deret notifikasinya. Yang tidak berhenti dari tadi adalah notifikasi dari grup Anonim. Raia sibuk mengoceh tentang persiapan keberangkatan mereka besok. Berkali-kali gadis itu me-mention memanggil Giandra, namun Giandra tidak peduli. Ada yang lebih penting saat ini melebihi keberangkatan tur mereka. Apa lagi kalau bukan Celine.Alih-alih akan menelepon, mengirim pesan singkat pun tidak.‘Harusnya aku yang marah sama kamu, Lin, bukan kamu.’Semalaman Giandra memikirkan lagi perdebatannya dengan Celine. Merunut kembali kronologi kejadian tersebut beserta kata-kata yang ia ucapkan pada perempuan itu. Giandra mengernyitkan dahi saat mengingat ucapannya pada kalimat terakhir, tepat sesaat sebelum ia pergi meninggalkan apartemen itu. Apartemen yang ia beli untuk Celin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status