Home / Romansa / Semalam Bersama Tuan Presdir / PERGI DENGAN SEJUTA LUKA DAN DUKA!

Share

PERGI DENGAN SEJUTA LUKA DAN DUKA!

last update Last Updated: 2023-06-26 21:02:54

PERGI DENGAN SEJUTA LUKA DAN DUKA!

"Aruna," panggil ibunya.

"Kau sedang tak baik- baik saja kan? Kau menghindari Ibu kan?" tebak Nyi Waluyo.

"Bu..."

"Nduk! Dengarkan Ibu ya, sampai kapan kau mau memendam masalahmu sendiri? Apalagi kau anak perempuan dan tinggal di ibukota sendiri. Bukannya apa-apa, Ibu hanya ingin kau cerita jika memang masalahmu berat, Aruna. Ibu takut kau kenapa- kenapa di sana, kau anak kami satu- satunya jauh di sana," ujar Nyi Waluyo di seberang memotong pembicaraan Aruna.

"Bu, beri Aruna waktu menyelesaikan semua ini. Besok Aruna akan mencoba untuk mengajukan cuti ke kantor agar bisa pulang kampung. Aruna rindu Ibu dan Bapak," ujar Aruna

Aruna semalam sudah membulatkan tekad hari ini untuk segera cuti. Entahlah dia akan kembali atau tidak ke Jakarta, semua itu tergantung keputusan orang tuanya nanti. Dia harus menyelesaikan semua tanggungan pekerjaan, agar dia bisa meninggalkan ibukota yang penuh dengan luka, serta mengungkapkan semua kejadian sebenarnya pada orang tua.

"Kau kerja atau di kerjain? Sibuk sekali tanpaknya," ejek Hendi yang melihat Aruna bekerja keras beberapa hari ini sambil mengulurkan segelas kopi susu kesukaan sahabat nya itu.

"Minumlah dulu, lama sekali kita tak minum kopi bersama," perintah hendi sambil duduk di meja kerja Aruna.

"Hendi aku akan mengajukan cuti untuk beberapa hari. Aku sudah menyiapkan semua schedule Pak Dion untuk enam bulan ke depan, aku akan memberikan copy- an untukmu juga. Jadi aku harap kau bisa mengingatkan jadwal meetingnya menggantikan ku sementara waktu," perintah Aruna.

"Mengapa mendadak sekali mengajukan cutinya? Gila kau! Pak Dion tak akan mengizinkanmu," kata Hendi.

"Aku harus pulang ke kampung untuk beberapa urusan. Aku harap kau tak mengatakannya pada Pak Dion dulu, aku sedang mencoba menyelesaikan semua kewajiban dan tanggung jawabku sebelum aku pergi selama enam bulan. Jadi kau memiliki waktu menyeleksi sekertaris baru," pesan Aruna.

"Baiklah kalau begitu! Resiko kau yang tanggung sendiri," sahut Hendi mengambil kopi miliknya, berdiri dan langsung berjalan ke arah ruangan Presdir.

[Mungkin sekitar dua hari lagi, Aruna baru akan bisa pulang, Bu] send. Pesan itu Aruna kirim kepada ibunya. Sesampai di kos, Aruna sudah bersiap untuk packing semua barangnya. Hati kecilnya mengatakan jika dia tak akan kembali lagi. Dia juga berniat meninggalkan selembar surat untuk Presdirnya nanti. Sebuah surat pengunduran diri yang istimewa.

Semalaman dia sudah memikirkan semua ini dengan matang. Awalnya dia hanya berniat untuk mengajukan cuti saja. Tapi semakin dia bertemu dengan Presdirnya itu justru membuat Aruna sakit hati sendiri. Dia juga tak mampu lebih lama lagi menyembunyikan kehamilannya. Apalagi anak ini seakan- akan jijik dengan Presdir.

"Aku akan menyerahkan surat pengunduran diri hari ini," ucap Aruna sudah memikirkan bulat-bulat tekadnya untuk resign saja.

Untuk masalah pakaian dan barang-barangnya akan di paketkan lewat cargo saja, agar mempermudah Aruna pulang kampung. Dia juga sudah berpamitan kepada Ibu kosnya untuk tak memperpanjang sewa kost nya. Aruna beralasan untuk berpindah pekerjaan di kota besarnya saja.

***

Ini adalah hari terakhir Aruna bekerja. Awalnya dia sudah berniat untuk menyisipkan sebuah surat pengunduran diri lengkap surat pribadi yang ditujukan kepada Dion. Namun dia mengurungkan niatnya itu. Aruna hanya menyembunyikannya surat pribadinya di nakas tumpukan berkas milik Dion yang mungkin jarang dibukanya. Tetapi Aruna yakin di situlah tempat teraman entah kapan Dion akan membukanya nanti. Setelah aman, Aruna bekerja seperti biasa sampai sore harinya.

'Tok' Tok' Aruna mencoba mengetuk pintuk ruangan Presdir Dion.

"Masuk!" perintah suara lelaki tegas dan berat, suara khas Dion.

Aruna melangkahkan kakinya perlahan. Merek sekarang saling berhadapan. Jarak mereka mungkin tinggal dua meter lagi. Membuat Aruna dapat menatap dengan jelas sosok lelaki paruh baya yang sangat matang. Usia menginjak hampir kepala empat puluh tiga tahun itu tak lantas membuat pesonanya hilang. Justru membuatnya semakin memancarkan aura yang tak bisa lagi di deskripsikan dengan kata- kata.

"Ada apa?" tanya Dion meletakkan ipad nya.

"Emmm, maaf, Pak! Maaf jika saya mengganggu waktu Bapak. Saya ingin menyerahkan surat pengunduran diri saya, Pak," jawab Aruna dengan sedikit ketakutan sambil mengulurkan surat pengunduran dirinya.

"Apa? Pengunduran diri?" tanya Dion. Aruna menganggukkan kepalanya.

"Hah? Kau gila ya Aruna? Tak bisa! Kau pikir ini perusahaan milik nenek moyangmu! Kau tak bisa berhenti seenaknya!" bentak Dion sambil merobek surat pengunduran diri Aruna.

"Saya ingin resign, Pak!" jawab Aruna tegas sambil menahan mual dengan mata berkaca- kaca.

"TIDAK! SEMUA HARUS SESUAI SOP YANG BERLAKU!" hardik Dion.

"Kau tahu kan Prosedural di sini bagaimana? Jangan berlagak bodoh!" sambungnya.

Aruna hanya diam saja tanpa menjawab sepatah katapun. Dia bersikap seperti itu karena menahan mual yang sudah sampai ubun- ubun. Tak mungkin dia memuntahkannya sekarang.

"Kau tahu pengunduran diri di sini memerlukan pengajuan setidaknya tiga bulan sebelum resign! Kau harusnya tahu itu! Jika kau melanggarnya maka aku akan dengan mudah memblacklist mu dari semua anggota naungan Hadinata dan Wijaya Group di seluruh indonesia!" ancam Dion.

"Saya tetap ingin keluar, Pak!" jawab Aruna terbata- bata.

"Ck! Kepala batu!" tantang Dion.

Dugaan Dion ternyata salah, Aruna tetap pergi. Aruna tak dapat menjawab lagi pertanyaan Dion, dia berlari ke luar ruangan mencari kamar mandi dan muntah sejadinya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun pada Dion. Sedangkan Dion merasa harga dirinya di lecehkan oleh Aruna yang pergi meninggalkannya begitu saja ke kamar mandi dengan muka menahan muntah dan jijik padanya.

"Sialan! Awas saja kau!" kata Dion sambil mengibaskan jasnya.

***

"Selamat tinggal Jakarta! Selamat tinggal Dion Hadinata Wijaya! Mungkin aku akan merindukan kalian suatu saat nanti," kata Aruna melangkahkan kakinya.

Di kantor yang menjulang tinggi itu Aruna pertama kali bekerja setelah menyelesaikan studi sarjana. Di kantor ini juga, Aruna pertama kalih jatuh cinta pada lelaki yang dikenal orang sebagai arogan namun tetap tampan dan mempesona di usia matangnya. Lelaki yang sering di rumorkan dan di gosipkan miring untuk menjatuhkan reputasinya namun selalu bisa menepisnya. Lelaki yang usia nya empat puluh lebih tetapi kharismanya selalu awet muda. Aruna berbalik arah, berjalan gontai ke arah luar gedung tempatnya bekerja.

Mungkin banyak orang bertanya mengapa Aruna memilih diam, pergi membawa sejuta luka. Dia lebih memilih bungkam karena sadar diri, saat mengatakan kepada semua orang di dalam sana, bahwa Dion telah menghamilinya mereka justru akan tertawa dan menganggapnya gila. Ya, mereka akan menertawakan kebodohan Aruna dan tak akan ada yang percaya padanya. Jangan berharap ada women support women di dunia nyata, karena tak akan pernah ada.

Bahkan bisa-bisa semua orang mempermalukan Aruna, menganggapnya sebagai wanita murahan yang memanfaatkan atasan sendiri, apalagi jika Dion ternyata tak pernah mengakui dan tak ingat perbuatannya. Aruna sendiri juga sadar diri bahwa dia sama sekali tak ada bukti. Terlambat juga untuk meminta pertanggung jawaban atas semua yang menimpanya di malam itu. Tiga bulan telah berlalu. Cukup sudah semua drama ini, dia harus segera mengakhiri.

"Selamat tinggal Dion Hadinata Wijaya! Aku akan membawa benih yang kau tanam semalam, semoga suatu saat kita bisa berjumpa dengan kondisi yang berbeda dan aku telah berdamai dengan luka!" batin Aruna dalam hati.

"ARUNA!!!!" panggil seorang pria.

Siapakah Gerangan Pria Tersebut?

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Semalam Bersama Tuan Presdir   KEPUTUSAN ARUNA

    KEPUTUSAN ARUNA"Ibu, ayok kita temui Eyang," pinta Bima."Ayo Aruna kita harus segera menemui Juragan Waluyo, Ayahmu. Kita harus meyakinkannya bahwa kita bisa bersama dan semua akan baik-baik saja," bujuk Dion.Aruna memandangi wajah Dion dan putranya bergantian. Dia menghela nafas panjang, kedua lelaki ini memiliki sifat yang sama ketika sudah menginginkan sesuatu maka mau tak mau harus terpenuhi saat itu juga. Namun Aruna memiliki pemikiran lain, dia harus mempertimbangkan semua baik buruknya sebelum mengambil keputusan itu."Pak Dion, maaf. Bima maafkan Ibu ya, jika keputusan Ibu kali akan mengecewakanmu. Bima, tidak semua keinginanmu harus dipenuhi kan? Ada beberapa hal yang kau tidak bisa memaksakan kehendakm karena ada kehendak lain yang Ibu inginkan," kata Aruna."Kau tak boleh egois menginginkan semuanya harus sesuai dengan maumu," sambungnya.Dion pun langsung menoleh menatap ke arah Aruna. Dia menggeleng tak percaya jika Aruna akan menolak ajakannya. Dion menatap Aruna de

  • Semalam Bersama Tuan Presdir   MEYAKINKAN ARUNA MEMBUKA LEMBARAN BARU

    MEYAKINKAN ARUNA MEMBUKA LEMBARAN BARU "Aku tak ingin kau kenapa-kenapa, kemarin badanmu sangat demam sekali," kata Dion. "Tenanglah Pak Dion, aku Lebih tahu bagaimana dengan badanku. Apalagi semenjak aku menjadi seorang ibu maka aku harus bisa menghindari semuanya serta harus mengerjakan semua hal secara sendiri dalam kondisi apapun. Hebat bukan? Dan lagi, aku tak terbiasa tidur terlalu lama," kata Elena. "Apakah yakin sudah benar-benar baik?" tanya Dion mencoba memastikan karena khawatir bibir Aruna masih sangat pucat pasi. "Tentu," sahut Aruna. "Aruna aku ingin bicara serius dengaanmu," ucap Dion lagi. "Apakah benar kau dari rumah bapakku, PakDion?" tanya Aruna. Dion pun menganggukkan kepalanya. "Ya aku dari sana," jawab Dion memangku Bima dan duduk di lantai menghadap ke arah Aruna. Aruna tersenyum kecut, dia benar-benar tak mengira jika Dion akan berbuat senekat ini. Bukan tak senang dirinya diperjuangkan hanya saja dia takut Dion menghadapi kerasnya sifar Juragan Waluyo

  • Semalam Bersama Tuan Presdir   NEGOSIASI DENGAN BIMA!

    NEGOSIASI DENGAN BIMA!Dia ingin segera memberikan kabar gembira itu pada Aruna dan tak mau menunda lagi. Takut jika kedua orang tua Aruna berubah pemikiran. Dia harus sesegera mungkin mengajak Aruna ke sana lagi.Dion pun segera melajukan mobilnya menuju ke apartemen milik Aruna. Dia segera menuju ke kamar milik Aruna yang memang sedang tertidur karena badannya belum sembuh benar. Untung saja Aruna sudah memberikan kode akses masuk ke dalam rumahnya. 'Ting' pintu pun terbuka, dia melihat sekelilingnya mencari anaknya."Bima! Bima!" teriak Dion memanggil Sang putra."Ya Ayah Baik," sahut Bima dari dalam kamarnya. Dion pun segera masuk ke dalam kamar. Da melihat putranya sedang asyik bermain Lego sendiri.Dia tak melihat Aruna di sana."Dimana ibumu, Sayang?" tanya Dion. Bima menole dan tersenyum ke arah Ayah Baiknya."Em, Ibu ya? Dia sedang tidur Ayah Baik. Katanya badannya masih tidak enak, tapi aku sudah menjaganya dengan baik. Aku sudah memastikan ibu untuk meminum obatnya sama

  • Semalam Bersama Tuan Presdir   MERESTUI DENGAN SYARAT?

    MERESTUI DENGAN SYARAT?"Semua saya lakukan demi Aruna dan demi Bima semuanya. Seperti yang Bapak tahu sendiri, sampai saat ini pun Aruna juga belum memiliki sosok lelaki lain. Apakah Bapak berpikir jika Aruna tidak lak? Tentu dengan tegas dan jawabannya bisa kita ketahui semua tidak itu alasannya. Aruna sangat cantik dengan segala potensi yang dia miliki. Bukankah masih menjadi tanda tanya mengapa dia tak pernah menikah atau menjalankan hubungan baru dengan lelaki lain kan, Pak? Mengapa Aruna melakukan ini semua dan sebagai seorang laki-laki tentu Bapak tahu apa jawabannya kan?" jelas Dion.Juragan Waluyo terdiam mendnegar semua penjelasan Dion panjang lebar itu. Pun dengan Nyi Waluyo, ya mereka semua tidak bisa memunafikkan semua yang dikatakan oleh Dion benar. Selama ini Aruna bukannya tak laku tetapi dia memang menutup diri dan dia tahu alasan anaknya itu apa, yaitu Aruna susah sekali jatuh cinta dan mungkin cintanya telah habis bersama Dion. Apalagi sekarang dia memili

  • Semalam Bersama Tuan Presdir   PERJUANGAN DION DI MULAI! PART 1

    PERJUANGAN DION DI MULAI! PART 1 "Sudahlah Pak apalagi yang mau ditutupi? Toh ini kenyataan semalam aku yakin juga Aruna juga sakit. Tapi pertanyaannya apakah ada yang merawat atau tidak. Apakah kau merawatnya, Nak?" tanya Nyi Waluyo. Dion menganggukkan kepalanya. "Ya, Bu. Saya merawatnya dengan baik dan memang benar semalam Aruna sakit. Tenang saja, saya sudah memberinya pereda panas dan membuat bubur," jelas Dion. "Syukurlah kalau kau memang memiliki sedikit perhatian kepada Aruna. Sebenarnya bapaknya dari semalam juga sangat khawatir padanya, namun kau paham kan kadang seorang lelaki tidak bisa mengungkapkan rasa sayangnya. Tapi dia tak mau menunjukkan kekhawatirannya itu pada Aruna," ucap Nyi Waluyo. "Kau tahu sendirilah kadang lelaki itu memang memiliki titik egois dan rasa cemburu kepada anak perempuannya yang sedikit berlebihan" ujarnya. Baru setelah mendengar pernyataan dari Nyi Waluyo itu sekarang dia mengerti ke mana arah

  • Semalam Bersama Tuan Presdir   MEMBUKA TABIR MASA LALU DI HADAPAN ORANG TUA ARUNA

    MEMBUKA TABIR MASA LALU DI HADAPAN ORANG TUA ARUNA"Berani juga kau ke sini!" kata juragan Waluyo dari arah samping. Dion pun menoleh, dia melihat juragan Waluyo datang dengan menggunakan tongkatnya dan memakai pakaian hitam-hitam nampak sangat elegan dan wibawanya sangat keluar. Beda dengan tadi malam yang mungkin karena diliputi amarah yang besar sehingga tak menampakkan wibawa juragan Waluyo. Seketika jantung Dion berdetak kers, dia segera menyalami Juragan Waluyo meskipun merasa sedikit ngeri juga dengan penampilan juragan Waluya yang terkesan seperti dukun bagi Dion. Juragan Waluyo hanya menanggapi sekilas lalu duduk."Duduklah!" perintah juragan Waluyo. Dion pun duduk di berhadapan dengan juragan Waluyo."Ti! Narti! Buatkan minuman untuk tamu, Ti!" perintah Juragan Waluyo lagi."Nggeh Juragan!" sahut suara seorang wanita dari belakang."Sialan sepertinya memang Aruna bukan berasal dari keluarga sembarangan. Ini mungkin yang disebut dengan orang kaya tetapi hidup di desa, sungg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status