Beranda / Romansa / Semalam Dengan Komandan / Kita Buktikan Siapa Yang Mandul

Share

Kita Buktikan Siapa Yang Mandul

Penulis: Brata Yudha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-21 17:21:58

“Kok malah bengong? Dari mana aja kamu, Sa? Malam-malam kayak gini kok keluyuran.”

Khansa mengepalkan telapak tangannya. Ia terpicu dengan ucapan Bima. Masalahnya, Bima sendiri sudah mengatakan bahwa pernikahan mereka sudah tidak ada masa depan, alias ujung-ujungnya akan cerai juga. Sudah lelah Khansa menangis dan merasa bersalah karena keadaan ini, padahal kalau dipikir-pikir, bukan salahnya juga mereka belum punya anak. Tidak pernah ada vonis bahwa dirinya mandul dari dokter. Mereka hanya belum diberi rezeki saja dari Tuhan.

“Bukan urusan kamu!” balas Khansa ketus.

Bima jelas tidak terima dilawan seperti itu. Ia terbiasa dengan Khansa yang penurut serta memperlakukan Bima di atas dirinya sendiri. Ketika Khansa menunjukkan perlawanan, bahkan meski hanya sedikit, harga diri Bima seketika tercederai.

“Bukan urusanku gimana sih? Aku itu suami kamu. Lagian kok kamu bicaranya kurang ajar gitu sih ke suami?”

Khansa terkekeh mendengar ucapan Bima. “Suami ya… Bukannya kita bakal cerai? Jadi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
wkwk dikira Khansa takut gitu..mam possss kamu Bima.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Semalam Dengan Komandan   Hari Pertama Kerja

    Khansa senang sekali. Suasana hatinya benar-benar bagus setelah Bu Danton menawarkan pekerjaan kepadanya. Semalam, Khansa tidak mau menyia-nyiakan waktu, ia segera melengkapi persyaratan yang diminta oleh Bu Danton untuk dibawa ke tempat kerjanya hari ini. Khansa berkali-kali memeriksa semuanya, takut jika nanti saat berangkat ada yang ketinggalan. Berhubung Khansa juga belum tahu harus memakai pakaian apa hari ini sementara Bu Danton mengatakan bahwa Khansa bebas saja pakai apapun asalkan rapi dan sopan, jadi Khansa memutuskan untuk memakai pakaian hitam putih saja sesuai dengan kostum standar ketika melamar kerja. Pagi itu, Khansa sudah siap untuk berangkat. Masih ada waktu sekitar setengah jam lagi sebelum Khansa berangkat. Ia dipanggil oleh budenya untuk sarapan bersama dulu. Di ruang makan, sudah ada bude, pakde, dan juga Hesti.“Maaf Bude, hari ini Khansa nggak bantuin masak,” ucap Khansa. Bude menggeleng seraya tersenyum. “Nggak apa-apa, ‘kan kamu emang lagi siap-siap.”“Pakd

  • Semalam Dengan Komandan   Lowongan Pekerjaan

    “Hah? Itu ‘kan Kapten Rama,” batin Khansa. Tentu saja Khansa terkejut. Rama tiba-tiba datang menginterupsi keributan. Pria itu juga memakai atribut tentara.Sialnya, meskipun Rama memakai atribut tentara, dua security dan ibu muda yang menuduh Khansa hendak menculik anaknya malah langsung tambah menuduh Rama juga. “Kamu komplotannya ya?!” seru si ibu muda. Wajahnya kelihatan menunjukkan ekspresi yang sangat waspada. Rama mendekat. “Tolong jangan mengambil kesimpulan secara sepihak.”Si ibu muda tetap keras kepala. “Terus kamu siapa? Kamu bilang si penculik ini calon istrimu, ‘kan? kalau bukan komplotan terus apa? ah, kalian pasti komplotan yang suka nyamar jadi pasangan buat merayu anak kecil kemudian menculik anak-anak, ‘kan?! Ngaku!”Rama mengeluarkan kartu namanya kemudian menyodorkan benda itu kepada si ibu muda. “Saya dinas di battalion sini, dan ini kartu identitas saya, silakan anda simpulkan sendiri apakah saya komplotan penculik anak atau bukan.”Si ibu muda tidak mau melih

  • Semalam Dengan Komandan   Lepaskan Calon Istri Saya

    Malam itu, Khansa yang sedang merenung sendirian di rumah paman dan budenya mendapatkan panggilan dari Bu Danton. Khansa langsung menghapus air matanya dan merespon panggilan dari beliau. “Halo, selamat malam Bu Danton.”“Malam, Bu Bima. Maaf banget saya telepon malam-malam begini. Kamu belum tidur ‘kan tadi?”Khansa tersenyum tipis mendengar nada khawatir dari suara Bu Danton. Ia senang masih ada orang-orang yang peduli padanya di saat-saat terpuruk seperti ini. “Belum, Bu.”“Bu Bima, ya Allah… Saya baru aja denger kabar nggak enak soal kamu sama suami dari tetangga. Katanya kamu sama Om Bima bertengkar jadinya kamu pergi?” tanya Bu Danton.Khansa hanya bisa menghela napas panjang. Pertengkarannya dengan Bima yang seheboh itu sudah pasti diketahui tetangga. “Iya, Bu. Saya memang pergi dari rumah.”Sebenarnya, Khansa merasa tidak nyaman Bu Danton memanggilnya masih dengan nama Bima. Namun, Khansa memang belum resmi bercerai dengan Bima, jadi ia harus menguatkan dirinya sendiri seti

  • Semalam Dengan Komandan   Kebencian Hesti

    Khansa menangis di sepanjang jalan sambil menenteng tas besarnya. Ia mungkin tampak kuat dan menggebu-gebu ketika berhadapan dengan Bima tadi, tetapi tidak bisa dipungkiri, hatinya sakit luar biasa. Ketika sampai di depan pintu jaga, Khansa ditatap oleh tentara yang sedang berjaga di sana. Tentara itu melihat Khansa menenteng tas besar, apalagi wajahnya memerah dan kelihatan sedang menangis. “Bu… Bima? Bener, ‘kan? ada masalah, Bu? Ibu mau ke mana?” tanya tentara itu.Khansa langsung buru-buru menghapus sisa air mata di wajahnya. Ia tidak menjawab pertanyaan tentara itu dan langsung keluar dari battalion. Khansa berhenti di pinggir jalan. Ada warung yang sedang tutup tak jauh dari sana. Khansa duduk di emperan warung itu dan memesan taksi online melalui ponselnya. Selama menunggu taksi, Khansa benar-benar kesulitan menahan tangisnya. Hatinya sudah terlalu terluka sampai ketika ia hanya diam sambil melamun, tiba-tiba pikirannya memproyeksikan kejadian-kejadian buruk yang ia alami den

  • Semalam Dengan Komandan   Kita Buktikan Siapa Yang Mandul

    “Kok malah bengong? Dari mana aja kamu, Sa? Malam-malam kayak gini kok keluyuran.”Khansa mengepalkan telapak tangannya. Ia terpicu dengan ucapan Bima. Masalahnya, Bima sendiri sudah mengatakan bahwa pernikahan mereka sudah tidak ada masa depan, alias ujung-ujungnya akan cerai juga. Sudah lelah Khansa menangis dan merasa bersalah karena keadaan ini, padahal kalau dipikir-pikir, bukan salahnya juga mereka belum punya anak. Tidak pernah ada vonis bahwa dirinya mandul dari dokter. Mereka hanya belum diberi rezeki saja dari Tuhan.“Bukan urusan kamu!” balas Khansa ketus. Bima jelas tidak terima dilawan seperti itu. Ia terbiasa dengan Khansa yang penurut serta memperlakukan Bima di atas dirinya sendiri. Ketika Khansa menunjukkan perlawanan, bahkan meski hanya sedikit, harga diri Bima seketika tercederai.“Bukan urusanku gimana sih? Aku itu suami kamu. Lagian kok kamu bicaranya kurang ajar gitu sih ke suami?”Khansa terkekeh mendengar ucapan Bima. “Suami ya… Bukannya kita bakal cerai? Jadi

  • Semalam Dengan Komandan   Kamu Harus Tanggung Jawab

    “K-Kapten Rama?!”Khansa seketika gelagapan begitu tahu siapa yang memergokinya berjongkok di kegelapan sambil menangis sendirian. Refleks, Khansa langsung menghapus sisa air mata yang masih membasahi kedua pipi dan sudut matanya. Rama menatap Khansa tajam. Sorot matanya begitu lurus sampai rasanya Khansa tidak sanggup untuk bertatapan dengan pria itu. Khansa sudah merasakan ini sejak awal pertama kali bertemu pandang dengan pria itu di rumah Bu Danton. “Kamu… menangis?” tanya Rama.Khansa buru-buru menunduk. Sebenarnya, Khansa tahu sendiri bahwa hal itu juga tidak ada gunanya. Mau ia menunduk atau bahkan menutupi mukanya sekalian, Rama sudah melihat wajah Khansa yang penuh air mata tadi gara-gara ia menoleh. “M-Maaf, Kapten Rama. Saya permisi dulu.” Khansa melewati Rama, tetapi baru saja selangkah ia bergerak, Rama langsung menahan lengan wanita itu. Seluruh tubuh Khansa terasa menegang akibat sentuhan tersebut. Bahkan detak jantungnya pun naik drastis. “Tunggu dulu,” kata Rama.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status