Share

6. Bersama Bima (2)

Author: dtyas
last update Last Updated: 2024-09-08 21:32:31

Dalam perjalanan Anya terus bicara menolak ide Rama yang lagi-lagi menitipkan dirinya pada Bima. Sebelumnya mereka malah berakhir di ranjang dengan adegan dewasa meskipun terjadi karena tidak sadar. Kali ini entah apalagi, yang jelas Anya masih enggan berdua saja dengan pria itu.

“Kamu bisa diam tidak? Aku sedang mengemudi,” sentak Rama dan sukses membuat Anya diam.

Kali ini gantian ponsel Rama yang tidak bisa diam karena terus berdering, sempat melirik sekilas dan Anya melihat nama Selly di layar. Siapa lagi kalau bukan perempuan itu yang berani menghubungi suaminya tidak tahu waktu.

Hampir lima belas menit perjalanan, mobil Rama berbelok dan parkir di area café. Anya berdecak pelan, saat melihat mobil Bima terparkir di samping mobil Rama dan pemiliknya keluar memperhatikan sekeliling.

“Mas--"

“Cepat keluar, Selly sudah menungguku.”

“Tapi aku istrimu, Mas. Kamu tega meninggalkan aku di sini dengan pria lain.” Anya berharap Rama akan berubah pikiran, meski harapannya kecil karena pria itu mungkin tidak peduli atau tidak punya pikiran yang sama dengannya.

“Di sini banyak orang dan Bima itu masih kerabat denganku, kamu tidak usah khawatir. Sejak kapan kamu jadi pengecut begini,” ejek Rama kemudian keluar dari mobil.

Sejak semalam, jawab Anya dalam hati.

Dengan gerakan pelan Anya melepas seatbelt dan keluar dari mobil, melihat Rama bicara pada Bima entah apa yang disampaikan lalu sang suami menatap ke arahnya sambil menggerakan tangan seakan memintanya mendekat.

“Ck, padahal bisa aku tunggu di apartemen saja,” gumam Anya lirih.

“Sebelum jam sebelas aku jemput lagi. Pesan makan dan tunggu aku, jangan kemana-mana. Kalau mama dan papa menghubungi kamu abaikan saja dulu.”

Terserah, batin Anya lagi saat Rama bicara untuk mengamankan situasinya.

“Aku titip dia,” kata Rama menunjuk Anya dengan dagunya.

“Oke,” sahut Bima. “Have fun,” ujarnya lalu terkekeh.

Rama tidak menjawab karena terdenar dering ponselnya lagi membuatnya bergegas menuju mobil dan tidak lama bergerak menjauh meninggalkan café.

“Ayo, masuk,” ajak Bima.

“Tidak, aku tunggu di sini saja.”

Bima menghela pelan lalu mengusap kasar wajahnya, Anya enggan menatap wajah pria itu dan mengalihkan pandangan ke arah lain.

“Kita masuk, kamu pesan makan dan tunggu Rama di dalam. Jangan takut aku ganggu, karena ada yang harus aku kerjakan di sini,” tutur Bima dan Anya bergeming. “kamu yakin mau di sini menunggu Rama dengan perut lapar, diganggu nyamuk dan berisik. Sangat tidak nyaman, sedangkan suamimu sedang--"

“Cukup! Tidak usah diperjelas,” ungkap Anya. Ia melangkah menuju café meninggalkan Bima yang tersenyum melihat tingkahnya.

Meja agak sudut sengaja dipilih Anya, agar dia bisa leluasa menatap sekitar dan posisinya tidak terlalu menjadi pusat perhatian dari pengunjung café di meja lain. Khawatir ada yang mengenali dirinya di sana.

Aneh memang kisah hubungan pernikahannya dengan Rama. Bagaimana bisa ia menyanggupi menunggu sang suami menemui madunya. Anya tersadar dari lamunan ketika pelayan memberikan buku menu dan menanyakan pesanan.

Ia harus makan, daripada menyiksa diri sendiri. Setelah menyebutkan pesanan, fokusnya tertuju pada ponsel. sempat melihat Bima berdiri di meja kasir bersisian dengan petugas. Sepertinya mengecek pendapatan atau pembayaran, entahlah Anya tidak peduli.

Ketika pesanan diantar, Anya sempat melihat Bima sudah berpindah ke bagian lain. tatapan mereka bertemu karena Bima menoleh ke arahnya. Gegas Anya menunduk menekuni hidangan di hadapannya. Hampir tersedak saat Bima menarik kursi di hadapannya lalu duduk di sana.

“Pelan-pelan dong,” ucap Bima mendorong gelas minum Anya.

Setelah meneguk air minumnya, Anya kembali fokus dengan makan malam.

“Mau pesan lagi, dessert atau kopi? Sepertinya Rama akan lama.”

Kali ini Anya mengangkat wajahnya menatap Bima yang tersenyum dengan wajahnya yang menyebalkan dan tampan.

“Kalau Rama lama, aku pulang sendiri.”

“Jangn takut, aku pasti antar. Mana tega aku biarkan kamu sendirian di luar, aku bukan suami kamu yang super tega.”

“Nah itu paham, kamu bukan suami aku jadi jangan sok mau peduli.”

“Jadi, kalau aku jadi suami kamu baru boleh peduli?” kali ini Bima duduk bersandar sambil bersedekap, wajahnya masih mengulas senyum.

Anya menghela nafas pelan kemudian meletakan alat makannya, rasa laparnya menguap entah kemana. Mendadak ia teringat kejadian semalam.

“Kamu--"

“Kamu--"

Entah mengapa mereka mengatakan kata yang sama berbarengan, membuatnya kembali menatap wajah Bima.

“Ladies first,” sahut Bima. “Kayaknya kita beneran jodoh ya.” Bima kemudian tergelak.

“Tadi aku mau bilang … Kamu, bisakah tinggalkan aku dan biarkan aku menunggu Rama disini tanpa gangguan.”

Kali ini Bima manggut-manggut.

“Jawabannya, tidak bisa. karena café ini milikku dan aku berhak duduk dan berada di mana saja. Lagi pula,” ujar Bima menjeda kalimatnya lalu tubuhnya mendekat ke arah meja seakan ucapannya hanya ingin dengar oleh Anya saja.

“Kita harus bicara tentang kejadian … semalam.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Semalam Dengan Sepupumu   145. Season 2 - Happy Ending

    Meski dengan perdebatan panjang, akhirnya diputuskan kalau Selly hanya akan mengakhiri kontrak kerjanya sampai akhir tahun. Setelah itu ia akan fokus menjadi ibu rumah tangga saja.Rama masih tinggal di Bali, dalam beberapa bulan ke depan akan bolak-balik Jakarta Bali masalah pekerjaan. Resepsi pernikahan akan mereka laksanakan di Bali. Bahkan Rama setuju usulan Selly untuk menetap di sana.Mulai tahun depan Bima akan memimpin kantor cabang yang ada di Bali, Umar yang akan menggantikan posisi Rama. Bahkan rumah untuk tempat tinggal, sudah mereka dapatkan.“Aku suka tinggal di sini, banyak tempat indah.”“Tapi biaya hidup di sini mahal.”“Kamu ‘kan yang kerja, aku diminta di rumah saja. Aku tidak boros kok,” jelas Selly dan Rama sudah meyakini itu. Kehidupan Selly berubah dari sebelumnya, jarang menggunakan barang branded kecuali di acara tertentu.Bahkan tidak jarang ia tidur menggunakan daster yang dibeli secara online dua ratus ribu dapat tiga pcs.“Ayo tidur,” ucap Selly menjauhkan

  • Semalam Dengan Sepupumu   144. Season 2 - Aku CInta Kamu

    “Rama, kamu yakin?” Selly menarik tangan Rama yang akan membuka pintu.“Tentu saja aku yakin, memang kamu mau sembunyi di mana. Mama pasti tinggal di sini untuk beberapa hari. Semenjak papa tiada, dia posesif padaku. Hari ini aku akan berikan apa yang dituntut selama ini?”“Apa?” tanya Selly masih berbisik sedangkan ketukan pintu dan suara bel bagai bersahutan.“Calon istri,” jawab Rama lalu membuka pintu.“Lama sekali, kamu ngapain sih. Makanya jangan begadang, mama mulai diabaikan. Pasti … ini siapa? Kenapa kalian berdua ada di … kamu bukannya … Selly.” Malika mencecar setelah melihat Selly dari balik tubuh putranya.Sambil bersedekap, Malika menarik nafasnya memandang Rama dan Selly duduk berdampingan berseberangan dengannya di sofa. Dari penampilan mereka bisa dipastikan aktivitas dewasa. Kemeja Rama berantakan, apalagi rambutnya. Sama halnya dengan Selly dengan rambut berantakan dan dress dilapisi blazer.“Hah, jadi ini yang kamu lakukan di sini?”“Mah, dengar penjelasanku dulu.

  • Semalam Dengan Sepupumu   143. Season 2 - Tanggung jawab

    Seharusnya pagi itu Selly mandi dulu, bukan terlihat berantakan. Meski Rama terlihat tidak masalah, tapi ia sesali. Sarapannya berakhir di warung tenda samping gedung apartemen, tidak mungkin Selly makan di resto bersama penghuni lain.Saat perbaikan unit tempat Rama, Selly memastikan sendiri semua sudah oke. Bahkan ia mencuri pandangan melihat sekeliling kamar dan tidak menemukan barang milik perempuan.“Seharusnya aku tidak boleh begini, tapi penasaran.”Berkali-kali menghubungi unit Rama saat malam dan pagi, nyatanya tidak dijawab. Kontaknya Selly tidak punya, hanya sekedar menyampaikan kalau semua sudah beres. Berharap bisa lanjut komunikasi.“Hah.” Selly tertelungkup di meja resepsionis pojok. Harapannya pupus, menduga Rama kecewa dan ilfil dengannya saat pertemuan terakhir dan itu sudah berlalu seminggu yang lalu.Sudah mendapatkan kontak Rama dari data penyewa, tapi urung menghubungi karena tidak ada alasan untuk sekedar basa basi. Hari ini Selly kembali shift dua dan tidak lam

  • Semalam Dengan Sepupumu   143. Season 2 - Drama Pemanas Air.

    “Lantai tujuh?” tanya Rama saat Selly menekan angka lantai yang mereka tuju.“Unitku di lantai tujuh,” jawab Selly.Rama terkekeh lalu menyugar rambutnya, membuat Selly bingung. Ia merasa semesta memang mendukung pertemuannya. Dari sekian banyak apartemen rumah kosan, kantor memilihkan apartemen itu untuk dirinya dan dari banyaknya lantai dan kamar nyatanya mereka malah sangat dekat.“Kenapa?”“Tujuh satu dua,” jawab Rama.“Hah, kamu di … aku tujuh kosong delapan.”Sudah kuduga, perempuan yang aku lihat malam itu memang Selly. Astaga, aku harus bagaimana Tuhan. Kenapa sedekat ini, bagaimana kalau … statusnya. Aku harus cari tahu statusnya, batin Rama.Masih dengan kecanggungan akhirnya hening, Selly mengulum senyum menyadari mereka berada dalam satu lantai. Mungkinkah mereka akan sering bertemu. Pekerjaannya hanya mengecek mana unit yang habis waktu sewa dan sewa baru, tidak berurusan dengan database penyewa atau pemilik. Kecuali sedang ada masalah seperti di unit delapan satu lima.R

  • Semalam Dengan Sepupumu   141. Season 2 - Ke Kamarmu

    Hampir subuh, Rama masih berada di balkon. Setelah menikmati makan malam di pagi buta, tidak mungkin langsung tidur. Berada di balkon kamarnya sambil fokus pada ponsel.Hari ini rencananya ia akan langsung menuju lokasi proyek. Kendaraan dan supir yang akan mengantar selama ia berada di Bali sudah dihubungi dan standy setiap jam setengah delapan pagi.Rama mengusap kasar wajahnya, antara ngantuk dan pusing. Tidur pun tidak mungkin, dia akan kesiangan.“Sepertinya mandi air hangat saja,” gumam Rama lalu menutup pintu balkon dan menuju toilet.Berada di bawah guyuran shower, air hangat mengalir menyiram tubuhnya. Benar saja ia merasa lebih segar. Saat akan membilas busa dari sabun, mendadak air yang mengguyur tubuhnya terasa dingin. Memutar kran pengatur air hangat, nyatanya yang keluar tetap dingin.“Rusak atau ….”Berkali-kali memutar kran pengatur suhu, nyatanya tidak berfungsi. Rama mengakhiri mandinya. Kecewa karena berakhir dengan kedinginan. Baru saja memakai kemeja dan celana pa

  • Semalam Dengan Sepupumu   140. Season 2 - Hanya Kebetulan

    “Selamat sore, mbak. Saya mau ambil kunci kamar, booking atas nama Rama. Rama Hardana.”Resepsionis yang sedang bertugas menatap Rama tanpa berkedip, beberapa saat masih saja diam mematung. Tidak menjawab salam dan permintaan pria di hadapannya.Rama sampai berdeham.“Mbak, saya mau ambil kunci,” ujar Rama lagi.“Eh, iya, maaf mas.” Resepsionis itu terlihat canggung. “Namanya … siapa?”“Rama Hardana,” jawab Rama kembali tersenyum.“Ah. Iya, sebentar.” Mengambil kunci access kamar sekaligus id card dan form yang harus diparaf oleh Rama. “Ini tolong ditanda tangani, boleh dibaca dulu. Kami isi berdasarkan data yang dikirim saat booking ya.”Rama membaca sekilas isian biodatanya tentang perjanjian sewa, tidak ada yang aneh dan semua terlihat aturan biasa yang berlaku untuk sewa menyewa apartemen atau gedung. Ia membubuhkan tanda tangan lalu menyerahkan kembali formulir tersebut.“Ini kartu aksesnya, selamat datang semoga nyaman tinggal di sini. Kalau ada saran atau membutuhkan sesuatu si

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status