Share

5. Bersama Bima (1)

Author: dtyas
last update Last Updated: 2024-08-30 23:05:38

Anya duduk di samping suaminya, tepat berhadapan dengan Bima. Menikmati makan siang dengan wajah menunduk, enggan menatap pria itu. sesekali ia mengalihkan pandangan saat bicara atau menjawab pertanyaan orang tua Rama.

“Jadi, mulai sekarang Bima akan tinggal di sini dan bergabung di perusahaan,” ungkap Denis.

Rama hanya menganggukan kepala pelan, meski tidak tahu alasan dibalik datangnya Bima. Namun, Rama tidak merasa hal itu sebagai sebuah ancaman. Berbeda dengan Bima yang berniat mencari tahu apa maksud Denis -- Papa Rama -- memaksanya datang dan memberikan pekerjaan yang layak. Kemana saja keluarga itu selama ini, kemana saja mereka saat ayahnya menderita dan akhirnya meninggal dunia.

“Pram sudah menjelaskan padamu bukan?” tanya Denis.

“Hm,” sahut Denis.

“Aku dengar kamu memiliki usaha café, teruskan saja selama tidak mengganggu pekerjaan baru kamu. Anya, kamu bantu Bima karena kalian berdua akan berada dalam divisi yang sama.”

Sebenarnya Anya ingin menolak, tapi tidak berani. Tidak ada alasan untuknya menghindar dari perintah itu.

“Iya Pah,” sahut Anya, sempat melirik sekilas ke arah Bima yang tersenyum.

“Papa harap kalian bisa akur.”

Bima menatap Rama yang juga menatapnya, belum ada alasan bagi mereka untuk menyimpan dendam apalagi saling membenci. Entah nanti setelah Bima tahu alasan dibalik kehadirannya di sana.

“Oh ya, Anya. Apa sudah ada tanda-tanda?” tanya Malika. Pertanyaan mama mertuanya bukan hanya membuat Anya bingung, begitu juga dengan yang lain.

“Tanda-tanda?” tanya Anya balik.

“Tanda kehamilan. Pernikahan kalian sudah beberapa bulan, siapa tahu sudah ada hasilnya,” ungkap Malika dan sukses membuat Anya dan Rama saling tatap.

“I-tu, ehm, belum Mah,” jawab Anya terbata.

“Mungkin kalian harus liburan, anggap saja honeymoon yang kedua atau program kehamilan. BEtul, program kehamilan saja. Bagaimana, Pah?”

“Mah, sudahlah. Biarkan saja dulu, mungkin mereka masih ingin berdua. Bayi itu akan hadir di waktu yang tepat. Jangan buat mereka tertekan,” tutur Denis.

Bima rasanya ingin terbahak mendengar pembicaraan tersebut. Bagaimana bisa ada bayi hadir diantara Anya dan Rama kalau mereka tidak pernah melakukan apapun dan ia lah yang sudah melakukan hal itu pada Anya.

Dasar Rama, bodoh, batin Bima.

“Kamu jangan capek-capek, sayang. Selama tinggal di sini, mama akan pastikan makanan kamu sehat dan nyaman. Mama yakin, kalian bisa segera kasih mama cucu.”

“Mah, please! Belum ada setahun kamu menikah, seperti sudah tahunan saja.” Rama pun akhirnya bersuara.

Kalian akan dapatkan cucu, tapi dari Selly bukan Anya, ujar Rama dalam hati.

Obrolan masih berlanjut, kali ini lebih didominasi oleh para pria. Anya lebih banyak diam dan menjawab seperlunya saja. apalagi ia merasa terintimidasi oleh Bima yang sesekali menatapnya.

***

“Anya,” panggil Rama karena Anya masih mengabaikannya.

Anya menoleh malas dan kembali fokus dengan layar ponselnya. Tadi sore Rama mengatakan ia hendak menemui Selly dan tidak mungkin keluar sendirian, tentu saja harus dengan Anya agar orangtuanya tidak curiga.

“Pergi saja sendiri, Mas.”

“Ck, mereka pasti curiga. Apa alasanku pergi sendirian?” Anya mengedikkan bahunya menjawab pertanyaan Rama.

“Cepat ganti baju dan kita pergi bersama. Kita makan malam di luar ada pertemuan dengan teman atau apalah. Cepat!” Rama begitu memaksa karena Selly sudah terus mengirimkan pesan dan ponselnya kembali berdering panggilan dari wanita itu.

“Tidak mas, aku enggan menjadi bagian dari sandiwara dan kebohongan kamu. Pergi sendiri, aku di rumah saja.”

Tidak hilang akal, Rama mengeluarkan ponselnya hendak menghubungi seseorang.

“Ayahmu, apa kabar ya. Sepertinya aku harus menghubungi beliau dan sampaikan kalau putrinya yang bodoh ini selalu membangkang.”

“Mas, hentikan.” Ancaman Rama berhasil mendapatkan fokus Anya yang langsung menghampirinya. Anya enggan berurusan dengan Ayahnya, pernikahan dengan Rama adalah perjodohan dan sang Ayah begitu bersemangat. Bahkan memaksa dengan sedikit ancaman agar Anya mau menerima pernikahannya dengan Rama.

“Oke.” Rama urung menghubungi Ayah mertuanya. “Cepat ganti bajumu.”

Anya mengekor langkah Rama keluar dari rumah. Pandangan Anya tertuju pada seseorang yang berdiri bersandar di pintu mobil sambil merokok, orang itu Bima.

“Kalian mau pergi?” tanya Bima.

“Hm. Kau sendiri?” tanya Rama masih berdiri di samping pintu mobilnya bersisian dengan mobil Bima.

“Café. Sudah beberapa hari aku tidak ke sana. Pekerjaan dari  Om Denis memang menjanjikan, tapi aku tidak bisa mengabaikan usaha yng selama ini menghidupiku.”

“Ah, kebetulan sekali,” ujar Rama. “Aku ada janji dengan teman dan Anya enggan ikut. Dia ingin makan di luar, bagaimana kalau Anya ke cafemu saja. Aku akan jemput setelah urusanku selesai.”

“Mas,” tegur Anya. Tidak habis pikir kalau ia malah dititipkan lagi pada Bima.

Bima menatap anya yang masih menunggu penjelasan Rama, menolak ide tersebut. Dalam hati Bima bersorak, ia ada waktu untuk bicara dengan wanita itu.

“Di mana cafemu?”

Bima membuang puntung rokok dan menginjaknya. “Ikuti saja mobilku,” sahut Bima lalu membuka pintu mobil setelah melirik pada Anya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Semalam Dengan Sepupumu   145. Season 2 - Happy Ending

    Meski dengan perdebatan panjang, akhirnya diputuskan kalau Selly hanya akan mengakhiri kontrak kerjanya sampai akhir tahun. Setelah itu ia akan fokus menjadi ibu rumah tangga saja.Rama masih tinggal di Bali, dalam beberapa bulan ke depan akan bolak-balik Jakarta Bali masalah pekerjaan. Resepsi pernikahan akan mereka laksanakan di Bali. Bahkan Rama setuju usulan Selly untuk menetap di sana.Mulai tahun depan Bima akan memimpin kantor cabang yang ada di Bali, Umar yang akan menggantikan posisi Rama. Bahkan rumah untuk tempat tinggal, sudah mereka dapatkan.“Aku suka tinggal di sini, banyak tempat indah.”“Tapi biaya hidup di sini mahal.”“Kamu ‘kan yang kerja, aku diminta di rumah saja. Aku tidak boros kok,” jelas Selly dan Rama sudah meyakini itu. Kehidupan Selly berubah dari sebelumnya, jarang menggunakan barang branded kecuali di acara tertentu.Bahkan tidak jarang ia tidur menggunakan daster yang dibeli secara online dua ratus ribu dapat tiga pcs.“Ayo tidur,” ucap Selly menjauhkan

  • Semalam Dengan Sepupumu   144. Season 2 - Aku CInta Kamu

    “Rama, kamu yakin?” Selly menarik tangan Rama yang akan membuka pintu.“Tentu saja aku yakin, memang kamu mau sembunyi di mana. Mama pasti tinggal di sini untuk beberapa hari. Semenjak papa tiada, dia posesif padaku. Hari ini aku akan berikan apa yang dituntut selama ini?”“Apa?” tanya Selly masih berbisik sedangkan ketukan pintu dan suara bel bagai bersahutan.“Calon istri,” jawab Rama lalu membuka pintu.“Lama sekali, kamu ngapain sih. Makanya jangan begadang, mama mulai diabaikan. Pasti … ini siapa? Kenapa kalian berdua ada di … kamu bukannya … Selly.” Malika mencecar setelah melihat Selly dari balik tubuh putranya.Sambil bersedekap, Malika menarik nafasnya memandang Rama dan Selly duduk berdampingan berseberangan dengannya di sofa. Dari penampilan mereka bisa dipastikan aktivitas dewasa. Kemeja Rama berantakan, apalagi rambutnya. Sama halnya dengan Selly dengan rambut berantakan dan dress dilapisi blazer.“Hah, jadi ini yang kamu lakukan di sini?”“Mah, dengar penjelasanku dulu.

  • Semalam Dengan Sepupumu   143. Season 2 - Tanggung jawab

    Seharusnya pagi itu Selly mandi dulu, bukan terlihat berantakan. Meski Rama terlihat tidak masalah, tapi ia sesali. Sarapannya berakhir di warung tenda samping gedung apartemen, tidak mungkin Selly makan di resto bersama penghuni lain.Saat perbaikan unit tempat Rama, Selly memastikan sendiri semua sudah oke. Bahkan ia mencuri pandangan melihat sekeliling kamar dan tidak menemukan barang milik perempuan.“Seharusnya aku tidak boleh begini, tapi penasaran.”Berkali-kali menghubungi unit Rama saat malam dan pagi, nyatanya tidak dijawab. Kontaknya Selly tidak punya, hanya sekedar menyampaikan kalau semua sudah beres. Berharap bisa lanjut komunikasi.“Hah.” Selly tertelungkup di meja resepsionis pojok. Harapannya pupus, menduga Rama kecewa dan ilfil dengannya saat pertemuan terakhir dan itu sudah berlalu seminggu yang lalu.Sudah mendapatkan kontak Rama dari data penyewa, tapi urung menghubungi karena tidak ada alasan untuk sekedar basa basi. Hari ini Selly kembali shift dua dan tidak lam

  • Semalam Dengan Sepupumu   143. Season 2 - Drama Pemanas Air.

    “Lantai tujuh?” tanya Rama saat Selly menekan angka lantai yang mereka tuju.“Unitku di lantai tujuh,” jawab Selly.Rama terkekeh lalu menyugar rambutnya, membuat Selly bingung. Ia merasa semesta memang mendukung pertemuannya. Dari sekian banyak apartemen rumah kosan, kantor memilihkan apartemen itu untuk dirinya dan dari banyaknya lantai dan kamar nyatanya mereka malah sangat dekat.“Kenapa?”“Tujuh satu dua,” jawab Rama.“Hah, kamu di … aku tujuh kosong delapan.”Sudah kuduga, perempuan yang aku lihat malam itu memang Selly. Astaga, aku harus bagaimana Tuhan. Kenapa sedekat ini, bagaimana kalau … statusnya. Aku harus cari tahu statusnya, batin Rama.Masih dengan kecanggungan akhirnya hening, Selly mengulum senyum menyadari mereka berada dalam satu lantai. Mungkinkah mereka akan sering bertemu. Pekerjaannya hanya mengecek mana unit yang habis waktu sewa dan sewa baru, tidak berurusan dengan database penyewa atau pemilik. Kecuali sedang ada masalah seperti di unit delapan satu lima.R

  • Semalam Dengan Sepupumu   141. Season 2 - Ke Kamarmu

    Hampir subuh, Rama masih berada di balkon. Setelah menikmati makan malam di pagi buta, tidak mungkin langsung tidur. Berada di balkon kamarnya sambil fokus pada ponsel.Hari ini rencananya ia akan langsung menuju lokasi proyek. Kendaraan dan supir yang akan mengantar selama ia berada di Bali sudah dihubungi dan standy setiap jam setengah delapan pagi.Rama mengusap kasar wajahnya, antara ngantuk dan pusing. Tidur pun tidak mungkin, dia akan kesiangan.“Sepertinya mandi air hangat saja,” gumam Rama lalu menutup pintu balkon dan menuju toilet.Berada di bawah guyuran shower, air hangat mengalir menyiram tubuhnya. Benar saja ia merasa lebih segar. Saat akan membilas busa dari sabun, mendadak air yang mengguyur tubuhnya terasa dingin. Memutar kran pengatur air hangat, nyatanya yang keluar tetap dingin.“Rusak atau ….”Berkali-kali memutar kran pengatur suhu, nyatanya tidak berfungsi. Rama mengakhiri mandinya. Kecewa karena berakhir dengan kedinginan. Baru saja memakai kemeja dan celana pa

  • Semalam Dengan Sepupumu   140. Season 2 - Hanya Kebetulan

    “Selamat sore, mbak. Saya mau ambil kunci kamar, booking atas nama Rama. Rama Hardana.”Resepsionis yang sedang bertugas menatap Rama tanpa berkedip, beberapa saat masih saja diam mematung. Tidak menjawab salam dan permintaan pria di hadapannya.Rama sampai berdeham.“Mbak, saya mau ambil kunci,” ujar Rama lagi.“Eh, iya, maaf mas.” Resepsionis itu terlihat canggung. “Namanya … siapa?”“Rama Hardana,” jawab Rama kembali tersenyum.“Ah. Iya, sebentar.” Mengambil kunci access kamar sekaligus id card dan form yang harus diparaf oleh Rama. “Ini tolong ditanda tangani, boleh dibaca dulu. Kami isi berdasarkan data yang dikirim saat booking ya.”Rama membaca sekilas isian biodatanya tentang perjanjian sewa, tidak ada yang aneh dan semua terlihat aturan biasa yang berlaku untuk sewa menyewa apartemen atau gedung. Ia membubuhkan tanda tangan lalu menyerahkan kembali formulir tersebut.“Ini kartu aksesnya, selamat datang semoga nyaman tinggal di sini. Kalau ada saran atau membutuhkan sesuatu si

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status