Share

'Aku gak bisa terima kamu'

   Semua menoleh ke sumber suara. Terlihatlah seorang wanita yang terduduk di lantai. Dia meringis kesakitan sembari memegang kakinya. Ternyata wanita itu mengalami kecelakaan ringan. Ia tergelincir.

    "Mia," tiba-tiba Dela berteriak memanggil gadis itu, yang ternyata bernama Mia.

    "Aduh sakit. kaki ku sakit banget." kata Mia. "Eh, Dela.. ya ampun. Itu kamu?" tambahnya.

    "Iya Mia, ni aku Dela. Lo apa kabar? kok ada disini? bukannya lo di bandung?" ternyata Dela mengenal gadis itu.

   Mia adalah tetangga Dela dulu. Dan merupakan teman Dela semasa kecil. Namun saat memasuki sekolah menengah, Mia memilih bersekolah di Bandung.

    "Ya ampun Dela please deh! aku lagi kesakitan loh. Kok malah bertanya terus sih." ucap Mia sedikit kesal.

    "Oh iya sorry, sorry. Oke sini aku bantu." 

  Dengan menahan rasa sakit, Mia berusaha untuk berdiri. Namun Dela yang memegang nya sedikit kewalahan.

   "Eh sini gue bantu." kata Bayu tiba-tiba sambil merangkul Mia. Berusaha menahannya agar tidak jatuh lagi.

   "Em.. makasih." jawab Mia dengan senyuman manis.

     Akhirnya setelah kesepakatan bersama, mereka pun mengantarkan Mia pulang.

 "Kok lo gak bilang sih Mia, kalau lo uda ada disini." kata Dela.

  "Iya, gue belom sempet aja. Rencananya sih mau dateng kerumah lo. Eh taunya uda ketemu disini." kata Mia.

  "Jadi lo bakalan kuliah disini? ngambil jurusan apa?" tanya Dela lagi.

  "Belum tahu sih, tapi kayaknya gue bakal ambil jurusan informatika."

   Nana dan lainnya hanya terdiam sembari mendengarkan percakapan antara Dela dan Mia sepanjang perjalanan menuju ke rumah Mia.

***

    Ujian kelulusan sekolah telah dimulai. Seminggu yang menebarkan untuk mereka yang ingin lulus dari sekolah.

Tak terkecuali Nana. Dia sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian yang menentukan kelulusannya.

    Dan ini menjadikan Nana dan Dela setiap hari meluangkan waktu sebentar untuk belajar bersama. Membahas soal-soal ujian yang mungkin akan muncul di kertas ujian.

    Dan hal yang lebih menarik adalah Bayu dan Riky ikut bersama. Bayu adalah murid yang cukup berprestasi di sekolah. Dan dia dengan senang hati mau membantu Nana dan Dela untuk membahas pelajaran-pelajaran itu.

   Setiap hari dilalui mereka begitu. Mereka akan berkumpul dan belajar bersama di rumah Nana atau Dela. Atau mereka akan pergi ke salah satu Taman untuk belajar.

   "Pokoknya lo harus lulus dengan nilai yang baik, Na!" ucap Bayu.

  "Iya, makanya kamu harus nolongin aku dong," jawab Nana.

   "Itu pasti Na," jawab Bayu. Dari matanya terpancar keseriusan.

    "Kalau Nana lulus, ntar lo bisa jadi pacarnya," kata Dela sembari melirik pada Nana.

    "Dela!" Nana menjeling tajam pada Dela.

   Begitulah setiap hari. Mereka berusaha untuk menghadapi ujian dengan persiapan yang matang. Hingga pada akhirnya...

***

   "Aaaa...." teriak seorang wanita seperti kegirangan sekali. Ternyata itu Dela. Mereka telah menerima hasil ujian kelulusan sekolah. Dan Dela serta memperoleh nilai yang lumayan bagus.

   "Ya ampun Dela, niat banget si kamu jeritnya," ucap Nana sembari menutup telinganya.

   "Ups! sorry Na, soalnya gue seneng banget, gak sia-sia perjuangan kita selama ini belajar bersungguh-sungguh," kata Dela memperlihatkan senyumnya yang begitu sumringah.

    "Iya aku tau, tapi kamu juga harus ingat, masih panjang perjalanan kedepan.  Kita masih harus lalui lagi alam perkuliahan,"

   "Iya Na gue tau. Gue pasti lebih baik kedepannya kok," jawab Dela dengan yakin.

      Nana sendiri merasa sangat senang karena akhirnya perjalanan di sekolah menengahnya telah habis. Dia merasa bersyukur karena Bayu telah mau menolong mereka dalam belajar.

    "Hay Na," terdengar suara seseorang menyapa Nana. Dan dia adalah Bayu. Sosok lelaki yang telah menolongnya dalam memberikan motivasi serta saling bertukar pikiran dalam belajar.

    "Hey, Bayu," jawab Nana sedikit malu.

    "Selamat ya, lo telah melewati ujian dengan baik. Lo lulus!" ucap Bayu sembari tersenyum.

    "Makasih Bayu. Ini semua juga berkat pertolongan kamu kok,"

    "Iya tapi semua ini kan hasil dari lo juga. Kalau gak ada niat dari lo, apa yang gue ajarin juga gak bakalan masuk ke pikiran," kata Bayu.

    Dan akhirnya hari itu mereka lalui dengan bahagia. Coret-coret baju menjadi hal yang biasa dilakukan di Ibu kota.

    "Aduh! aku gak mau ah kayak gitu. Sayang bajuku," Ucap Nana saat Dela ingin mencoret seragam putih Abu-abunya.

    "Ya ampun Na, gak papa. Ini tuh uda biasa," ucap Dela sembari memutar kan bola matanya.

    "Tapi aku gak mau. Aku gak ngelakuin kayak gitu di kampung."

    "Udah Na biarin. Jangan paksa dia," kata Bayu tiba-tiba.

    Akhirnya Nana bebas dari aksi coret mencoret seragam SMA yang menurut dia adalah benda yang berharga dan tidak pantas untuk di coret seperti itu.

   Dia hanya menyaksikan teman-temannya yang terlihat sangat bahagia. Bersorak sorai dan saling tertawa. Sementara Nana memilih untuk duduk di sebuah kursi yang jauh dari mereka.

    Seketika Nana melepaskan pandangannya, dia menerawang jauh ke depan. Dia tengah melamun kan sesuatu.

***

    "Hai Adit," Ucap Nana sembari mendekati seseorang yang bernama Adit.

   "Oh kamu Na," ucap Adit.

   "Kamu ngapain duduk disini? kenapa gak ikut seneng kayak temen-temen yang lain?" tanya Nana yang sedari tadi melihat Adit duduk sendirian di depan kelas, sedangkan teman-teman yang lain tengah bersorak sorai melihat hasil ujiaan mereka.

   "Enggak ah Na, males. Aku lebih tenang disini," ucap Adit. Memang Adit adalah orang tidak terlalu suka keramaian.

   "Oh gitu, yauda deh aku temenin kamu disini ya," kata Nana.

   "Eh, emm gak usah deh. Tu disana banyak temen-temen kamu. Nanti mereka nyariin kamu," ucap Adit lagi sembari menunjuk sekumpulan perempuan yaitu teman-teman Nana.

   "Gak papa, aku mau disini aja sama kamu, boleh kan?"

   "Na, please deh! aku gak mau di ganggu. Eh tunggu bentar! aku denger-denger kamu suka ya sama aku?" tanya Adit sembari menatap wajah Nana.

  "Eh itu, emm aku-" jawab Nana terputus-putus. Kemudian dia diam.

   Nana memang menyukai Adit dari dulu. Tapi dia tidak mengungkapkannya. Dia malu sebagai wanita untuk mengungkapkan perasaan duluan. Ditambah lagi mereka masih sekolah menengah bawah. Umur yang sebenarnya belum pantas untu bercerita soal cinta.

Ia hanya curhat pada sahabat-sahabat terdekatnya.

   "Na, aku tanya sama kamu, jawab dong!" seru Adit.

   "Iya Dit. Sebenernya aku suka sama kamu dari dulu," akhirnya Nana mengakui.

   "Maaf ya Na, tapi aku gak suka sama kamu. Aku gak bisa bilang alasannya. Tapi yang jelas aku gak bisa memaksakan hatiku untuk nerima kamu,"

   Hati Nana hancur mendengar perkataan Adit. Ia sadar kalau dia bukan tipe wanita idaman Adit. Apalagi Adit adalah seorang ketua kelas yang berprestasi, memiliki wajah yang tampan. Tapi Nana juga tidak bisa menutupi perasaannya.

   "Kenapa? karena fisikku? aku jelek, gendut, gak menarik?" tanya Nana dengan tatapan sayu.

   "Maaf Na, Tapi aku gak bisa nerima kamu. Aku-"

   "Na, Nana!" ucap seseorang yang berada disampingnya. Ia sedikit menggoyangkan badan Nana.

  "Eh kamu Bayu, emm aduh," ucap Nana sembari mengusap air matanya. Ternyata tanpa disadari, Nana meneteskan air matanya.

   "Lo kenapa? kok nangis?" tanya Bayu sedikit heran.

   "Eh gak papa kok. Mungkin aku terlalu terharu karena lulus," kata Nana sembari tersenyum. Ia menutupi apa yang tadi di lamunkannya. Mengenang seseorang yang mematahkan hatinya suatu ketika dulu. Luka yang membuat dia sulit untuk membuka hati kembali.

   "Ya ampun, kirain ntah kenapa," ucap Bayu. "Oh ya, ntar malam kita dinner yuk!" ajak Bayu.

   "Tapi Yu," ucap Nana ragu.

  "Ayo lah Na, please.." rayu Bayu.

  Akhirnya Nana menyetujui ajakan Bayu. Mungkin ini bisa jadi bentuk ucapan terima kasih Nana terhadap Bayu.

     "Iya uda. Nanti malam ya jemput aku jam 7," kata Nana.

  "Oh oke! jam 7. Gak bakalan telat," ucap Bayu sumringah.

      "yauda kalau gitu aku pulang duluan ya," ucap Nana sembari berdiri dan perlahan mulai berjalan mulai meninggalkan Bayu.

   Bayu tersenyum.

 Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status