"Aaaa..."
Nana mendengar suara yang berasal dari ruang tamu. Ia segera keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi.
"Mama,, mama,,, pa...," panggil Nana sembari melihat ke arah suara berasal.
"Maa... paa... ada apa sih?" tanya Nana yang kian penasaran.
"Eh Nana, gak papa kok sayang. Gak ada apa-apa," jawab Buk Risty dari ruang tamu.
"Suara apa tadi itu? Apa yang udah terjadi?" tanya nya lagi. Dan kali ini dia telah berada di dekat Mama dan Papanya.
"Oh itu. Mama tadi gak sengaja nyenggol gelas di atas meja, jadi pecah deh," kata Pak Wijaya. Namun wajah gugupnya tidak dapat di sembunyikan.
"Mama papa jangan bohong deh. Ini pasti ada apa-apa kan? lihat tuh wajah Mama dan Papa, seperti menyimpan sesuatu," kata Nana yang menyadari raut wajah kedua orang tuanya tersebut.
&nbs
"Nana," pekik Pak Wijaya saat melihat apa yang ada di atas meja. Yaitu kue ulang tahun yang sengaja di bawa Nana untuk di berikan kepada Ayahnya. Pak Wijaya berlari kecil menuju ke arah keluar. Saat berada di depan kantor dan melihat seorang Resepsionis, ia bertanya. "Fika, apakah tadi ada orang yang ingin menemui saya?" tanya Pak Wijaya. "Iya Pak. Dan dia bilang dia adalah anak bapak," jawab Resepsionis itu yang ternyata bernama Fika. "Ah, sial..!!" ujarnya pelan dan langsung keluar untuk mencari anaknya tersebut. Matanya memandang ke kanan dan ke kiri berharap kalau Nana masih ada di sekitaran kantor. Namun sayangnya tidak ada terlihat batang hidungnya. Sementara Nana yang telah menaiki Taxi meluncur menuju tempat dimana dia rasa tempat yang pas. Ia berusaha menahan tangisnya agar tidak di curigai sang supir Taxi tersebut. Namun ia tidak mampu. Air matanya t
"Ayo masuk!" ajak Diko pada Nana. "Lo yakin ngajak gue masuk? kenapa ngajak gue kesini?" tanya Nana yang mulai merasa tidak enak. Darahnya seakan membeku. "Na, lo tenang aja ya... ada gue. Gue akan tetap disamping lo kok," ucap Diko dengan senyuman tipis. Ia menggenggam tangan Nana seakan tidak ingin melepaskannya. "T...tapi," ucap Nana yang masih bingung harus bagaimana. Namun akhirnya ia luluh juga. Nana merasa Diko pasti tidak akan membiarkannya sendiri. Mereka pun melangkahkan kaki untuk masuk ke Club tersebut. Suara musik yang memekakkan telinga terpaksa Nana telan.Club itu terlalu ramai. Banyak perempuan perempuan yang memakai dress mini. Berjoget ria mengikuti irama. Tak sedikit pula pria yang asyik dengan alkohol di tangannya.Nana merasa ngeri. Namun saat ia melihat wajah lembut Diko, entah mengapa ia merasa luluh hatinya. Kini keduanya mulai
"Na..." terdengar suara seorang perempuan memanggil sebuah nama. "Nana, tunggu!" terdengar lagi ia berteriak sambil berlari agar seseorang yang ia panggil Nana itu mendengarnya. "Apa sih Del? aku lagi buru-buru ni, udah di tungguin papaku." akhirnya wanita yang bernama Nana itu menjawab. "Tapi Na, hampir tiap hari lo di jemput papa lo. Gue kan pengen gitu jalan sama lo. Lo kan uda gede' , masa iya terus-terusan di pantau papa lo," kata wanita itu yang ternyata bernama Dela sembari menghampiri Nana. "iya, ntar aku kalau ada waktu pasti aku bilang ke orang tuaku buat ngizinin. Kita jalan, nonton bioskop, makan. oke!" jawab Nana "Tapi kap..?" "Udah ya, aku mau cepet ni. Nanti Papaku marah kalau lama. Bye!" tangkas Nana sembari ia berlari kecil meninggalkan Dela. &
'brukkk' terdengar suara tas yang terhempas di kasur. Kini giliran sebuah badan yang terhempaskan ke kasur juga. Sepasang mata yang terpejam dan bibir yang bungkam. Hanya sesekali terdengar desisan nafas yang terlihat berat. Kirana. Ya, gadis itu terlihat sedang memikirkan sesuatu yang berat. Ternyata ia tengah memikirkan perkataan Bayu. Dia tidak tahu apa sebenarnya yang sedang ia rasakan. Tapi setelah pertemuan tadi, ia yakin bahwa ada sesuatu yang beda dalam hatinya. Namun ia juga bingung dengan perkataan Bayu tadi. Satu demi satu ia mulai mencerna kembali perkataan lelaki yang bisa menarik perhatiannya tersebut. 'Seharusnya kalau dia cinta, dia harus menerima aku apa adanya dong," pikirnya. 'Kalau lo biarkan orang lain menghina lo, itu artinya lo gak cinta pada diri lo sendiri. Lo harus merubah hinaan itu menjadi pujian.'Kembali terngiang perkat
Pagi itu cuaca sedikit agak mendung. Dibalik selimut yang tebal, ada seseorang yang masih berusaha keras untuk tetap memejamkan matanya. Ya kirana! gadis itu masih ingin memaksakan dirinya untuk tertidur, sedangkan matanya tidak mengantuk. "Na, kok belum bangun sih! tuh Dela uda ada di depan. katanya mau lagi pagi," terdengar suara Buk Risty, mamanya Kirana memasuki kamarnya. "Males ah, ma. Ngantuk!" "Eh, gak boleh gitu Na. Kan uda janjian mau jalan-jalan sama Dela. Gak baik loh ingkar janji," jawab mama Nana. "Haduh mama..! iya deh iya. suruh Dela nunggu ya ma. Mau mandi dulu," jawab Nana dengan muka melas. Hari itu Nana telah janjian untuk pergi shopping dengan Dela. Sebenarnya Nana mau saja pada awalnya. Tapi setelah tahu kalau Bayu sebenarnya yang mengajak, ia jadi sedikit ragu. Bukan ia merasa ilfeel pada Bayu, tapi dia ma
Semua menoleh ke sumber suara. Terlihatlah seorang wanita yang terduduk di lantai. Dia meringis kesakitan sembari memegang kakinya. Ternyata wanita itu mengalami kecelakaan ringan. Ia tergelincir. "Mia," tiba-tiba Dela berteriak memanggil gadis itu, yang ternyata bernama Mia. "Aduh sakit. kaki ku sakit banget." kata Mia. "Eh, Dela.. ya ampun. Itu kamu?" tambahnya. "Iya Mia, ni aku Dela. Lo apa kabar? kok ada disini? bukannya lo di bandung?" ternyata Dela mengenal gadis itu. Mia adalah tetangga Dela dulu. Dan merupakan teman Dela semasa kecil. Namun saat memasuki sekolah menengah, Mia memilih bersekolah di Bandung. "Ya ampun Dela please deh! aku lagi kesakitan loh. Kok malah bertanya terus sih." ucap Mia sedikit kesal. "Oh iya sorry, sorry. Oke sini aku bantu." Dengan menahan rasa sakit, Mia berusaha untuk berdiri. Namun
Malam itu suasana begitu cerah. Dan itu adalah malam dimana Nana akan dinner bersama Bayu. Nana mengenakan dress yang di pilihkan Dela pada waktu itu. Rambutnya dibiarkan terurai. Dengan sedikit polesan Make-Up di wajahnya, menjadikan ia terlihat lebih cantik. Dan ketika Bayu datang, mereka pun langsung bergerak menuju ke tempat tujuan. Sebuah restoran yang bertemakan Westernfood. Sesampainya di sana dan setelah pesanan mereka datang, tak banyak bicara, mereka menikmati makanan yang ada di hadapan mereka. Sesekali Bayu melirik ke Nana. Ia merasa Nana begitu cantik malam ini. "Na, setelah ini kita pergi ke Danau ya," ajak Bayu. "Em.. gimana ya," ucap Nana sedikit ragu. "Please.." rayu Bayu. "Yauda deh," kata Nana akhirnya. Setelah
"Na, lo kenapa,? tanya Bayu yang merasa heran dengan raut wajah Nana. "Jangan pura-pura bego'! aku lihat semua apa yang uda kamu perbuat sama Mia sela malam," ucap Nana sedikit gelagapan. Dia tidak dapan menahan air matanya lagi. Tangisnya tumpah. "Ja...jadi lo ngikutin gue semalam sama Mia?" tanya Bayu dengan perasaan bersalah. Jujur diakunya, dia kalah pada saat itu. "Iya. Aku lihat semuanya. Melihat penghianatan yang kalian lakukan terhadap aku," ucap Nana. Dia ingin berlari, namun Bayu menahannya.Dela yang berada di samping mereka hanya bisa keheranana karena dia juga tidak tau sama sekali permasalahannya. "Na, please izinin gue buat jelasin semuanya. Ini gak seperti yang kamu sangka. Gue semalam emang pergi dengan Mia dan gue akui gue kalah pada saat itu. Tapi Na,,, Mia lah yang menggoda gue dan gue gak kuat untuk menahannya. Gue mengaku salah Na. Maafin gue," ucap Bayu yang