Share

Senja itu belum redup
Senja itu belum redup
Penulis: UciHarta

Dia Kirana

    "Na..." terdengar suara seorang perempuan memanggil sebuah nama.

    "Nana, tunggu!" terdengar lagi ia berteriak sambil berlari agar seseorang yang ia panggil Nana itu mendengarnya.

     

    "Apa sih Del? aku lagi buru-buru ni,  udah di tungguin papaku." akhirnya wanita yang bernama Nana itu menjawab.

     "Tapi Na, hampir tiap hari lo di jemput papa lo. Gue kan pengen gitu jalan sama lo. Lo kan uda gede' , masa iya terus-terusan di pantau papa lo," kata wanita itu yang ternyata bernama Dela sembari menghampiri Nana.

    "iya, ntar aku kalau ada waktu pasti aku bilang ke orang tuaku buat ngizinin. Kita jalan, nonton bioskop, makan. oke!" jawab Nana

     

     "Tapi kap..?"

     "Udah ya, aku mau cepet ni. Nanti Papaku marah kalau lama. Bye!" tangkas Nana sembari ia berlari kecil meninggalkan Dela.

    Dela menghentikan langkah nya. Ia hanya memandang sahabat nya yang berlari-lari kecil dan mulai hilang dari pandangan.

   "Anak mami." kata Vina dengan suara yang pelan. dari sudut mata nya terlihat tanda kekecewaan nya.

   Kirana Andini atau yang lebih sering di panggil Nana. Seorang gadis SMA yang memiliki wajah yang manis. Dengan tinggi badan 158 cm dan memiliki tubuh yang sedikit berisi. Rambut nya yang hitam, panjang namun selalu dia ikat atau gulung. Kulitnya sedikit gelap karena memang ia tidak terlalu suka merawat diri.

***

Keesokan harinya.

  

    "Baiklah anak-anak, waktu pelajaran telah berakhir. Tugas kalian akan saya kumpulkan besok." Seru buk ratna. Guru kelas 3b SMA Gemilang Jaya, yang kemudian di sambut oleh anak muridnya.

   "Baik bu." jawab semua murid serentak.

   Sejurus kemudian Buk Ratna meninggalkan kelas tersebut dan satu persatu anak muridnya menyusul keluar.

   Di sebuah meja tepatnya meja paling depan sebelah kanan, terlihat seorang wanita yang sedang merapikan buku bukunya.

   "Na, sore ini kita makan bakso yuk!" kata seorang wanita yang menghampirinya dari belakang. wanita itu adalah temannya Dela.

   "Ya ampun Del, kamu gak denger tadi kata buk Ratna? tugas ini besok harus di kumpulkan, Eh kamu malah mikirin makan bakso." jawab wanita berkaca mata itu yang tak lain adalah Kirana. 

Wajahnya yang berminyak dan berkeringat membuat ia terlihat sesekali menaikkan kaca mata yang menuruni hidungnya yang kurang mancung.

    "Aduh Na, kita kan cuma makan bakso, gak sampai berjam jam. Malam kan bisa di kerjain tuh tugas. Aku bayarin deh!" Kata Dela lagi.

   "Tapi,,," kata Nana dengan nada yang terlihat kurang menyukai ajakan sahabatnya itu.

  "Ayolah Na, Please,,," rayu Dela.

  "Huft,,," Terlihat Nana menarik nafasnya.

  "Oke oke, iya aku mau. Nanti sore kita ketemu di warung pak yono." akhirnya Nana mengiyakan ajakan itu.

   "Yes!" seru Dela girang sambil menggerakkan tangannya untuk merangkul Nana.

   "Lo emang sahabat gue yang pa,,,ling baik."

Sejurus kemudian Dela berjalan ke pintu keluar kelas.

   "Oke sampai jumpa nanti ya," kata Dela sambil melambaikan tangannya.

   Nana hanya tersenyum dan kembali melanjutkan menyusun buku bukunya. Lalu memasukkannya ke dalam ransel.

    Sore itu suasana nya begitu cerah. Nana sudah siap untuk menepati janji Dela. 

     Dengan mengenakan style favoritenya T-shirt dan celana jeans, ia terlihat sedikit lebih berisi. Rambutnya yang panjang ia gulung asal. Dan tak lupa kaca mata yang setia menemaninya selama ini. 

      walau terkadang banyak temannya yang mengatakan ia sedikit cupu dengan kaca mata itu.

     "Huft,,," terdengar Nana menghela nafasnya. Ia tak habis fikir mengapa ada saja temannya yang mengkritik penampilannya.

    "Nana, lo museum kan aja deh kaca mata tu! cupu banget tau!"

    "iya. Gimana mau punya pacar? jaga penampilan aja gak bisa."

    "Mending lo kurusin dikit deh badan lo tu!"

     Perkataan perkataan itu yang sering di lontarkan kepadanya. ada saja yang salah dari dirinya.

     Bahkan ketika ia pernah menyukai seseorang yang satu sekolah dengannya, cinta nya tak bersambut hanya karena pria itu menganggap dia tidak termasuk dalam kriteria wanita idamannya.

     Dari situ Nana merasa bahwa ia tidak ingin mengenal cinta. Ia merasakan begitu sakitnya mencintai seseorang yang pada akhirnya orang itu menolak hanya karena fisik.

     Namun entah mengapa ia tidak berniat untuk mengubah penampilannya. Mungkin belum berniat lebih tepatnya.

     Kirana sosok gadis yang lugu. Mungkin karena semasa kecilnya ia tinggal bersama kakek dan neneknya di Desa. Ia anak satu satunya dari ayahnya yang bernama Pak Wijaya dan Ibunya yang bernama Buk Risty. Namun kedua orang tuanya tak jarang pergi keluar kota karena tuntutan pekerjaan. Sehingga mereka merasa lebih baik jika Kirana tinggal dan bersekolah di Desa.

      Dan ketika Kirana memasuki Sekolah Menengah Atas, barulah ia kembali ke Ibu Kota untuk meneruskan pendidikannya.

Jadi tak heran jika cara penampilannya adalah cara yang memang ia terapkan semasa di Desa.

      Sebenarnya ia merasa berat untuk meninggalkan Desa. Banyak kenangan yang ia dapatkan disana. Dari Suasananya, Budayanya, dan yang lebih penting adalah cara teman teman yang memperlakukannya dengan baik.

      Dan kini ketika ia berada di kota, keadaan nya jauh berbeda. Hujatan telah menjadi seperti aktivitas yang biasa.

     "Huft..." Terdengar Kirana kembali menghela nafasnya. Dan kali ini di iringi dengan setetes air mata yang terjatuh ke pipinya.

Mungkin ia kembali mengingat sosok Adit yang pernah melukai perasaannya.

      "Apa harus semua perempuan itu berpenampilan oke, good looking, supaya bisa di cintai?" teriak Kirana dalam hati.

      "I want you to the bone. Take me home i'm fallin...." terdengar sebuah lagu yang ternyata berasal dari handphone Nana. Itu panggilan nada dering, dan ternyata Dela yang menelfonnya.

     "Halo Na, lo dimana sih? gue uda nungguin lo 15 menit." Tanya Dela.

     "Oh iya iya I'm Coming," jawab Nana dan dengan segera ia mematikan telfonnya. Ternyata lamunannya membuat waktunya berlalu dengan cepat.

       Bergegas dia mengambil tas dan sepatunya, lalu meninggalkan rumah menuju warung tempat dimana Dela sudah menunggu.

***

     Dari kejauhan Nana melihat wajah Dela yang sedikit cemberut. Bahkan saat ia melambaikan tangannya, Dela menjawab dengan senyuman pahit.

     "Kemana aja sih lo? gue udah nungguin lama. Sampai-sampai orang-orang yang makan disini tu ngeliatin gue. Mereka fikir gue cuma mau numpang Wi-Fi pak Yono." kata Dela dengan ketus sambil melirik orang-orang di sekitarnya.

     "Ia sorry, aku tadi ketiduran." jawab Nana sambil tersenyum memperlihatkan giginya.

     "Sorry, sorry. untung gak gue tinggal pulang lo,"

    Akhirnya mereka memesan 2 mangkuk Mie ayam bakso dan 2 gelas jus jeruk. Setelah memesan makanan, mereka kembali berbual.

    "Liat deh, kebanyakan yang makan disini para Couple. Enak banget kan?" bisik Dela sambil matanya melirik lagi ke sekelilingnya.

    "Iya sih. Kalau ceweknya gak habis, Pacarnya bisa ngabisin. Kalau Mie ayamnya banyak tulangnya, Cowoknya aja yang suruh telan tuh tulang." jawab Nana polos.

     "ishh Nana. Gue serius! "

     "iya iya, maaf. Ya mau gimana lagi dong, resiko jomblo,"

     "Emang lo gak pengen pacaran?" tanya Dela.

      "Iya nanti, ada saatnya." jawab Nana.

      Dan Mie ayam bakso yang mereka pesan pun akhirnya datang. Dengan lahap mereka memakannya. 

      Warung pak Yono adalah tempat favorite mereka jika ingin memakan Bakso atau Mie ayam. Rasanya memang Lezat dan Pak Yono memang sudah kenal dengan mereka.

    Disaat tengah menikmati makanannya, Nana melirik seorang pria yang duduk sendirian di meja pojok sebelah kiri. Seketika ia merasa ada yang aneh di hatinya. Ia terpesona pada wajah pria tersebut.

     "Pestt..!" Nana menyenggol tangan Dela dan mengisyaratkan untuk melihat pria itu.

     "Bayu? itu kan Bayu anak 3a. Masa lo gak kenal?"

     "Enggak. Kok bisa ya aku gak kenal dia?" kata Dela.

      "Ya iyalah. Lo kan sibuk belajar, belajar dan belajar,"

      "Ish, gak gitu juga kali Del," jawab Nana. Sedangkan matanya tetap memandang ke arah sosok pria yang bernama Bayu itu.

      Mengetahui hal itu, Dela pun memanggil Bayu untuk bergabung dengan mereka. Bayu pun menghampiri meja dan duduk di sebelah Dela. Ketika Bayu menghulurkan tangannya dan saat mata bertentang mata, Nana menerka-nerka apakah ia sedang merasakan cinta lagi? cinta yang selama ini ia tepis jauh.

Cinta yang ia fikir tidak ingin dirasakan lagi.

     "Bayu,"

     "Nana." jawab Nana.

     "Kok lo sendirian Yu? Cewek lo mana?" tanya Dela yang memang telah mengenal Bayu.

     "Uda putus. 6 bulan yang lalu,"

     "Wah cocok deh kalau gitu. Nana juga lagi jomblo ni," usik Dela sambil mencubit tangan Nana pelan.

      "Ish apaan sih kamu Del." kata Nana. Ia tersipu malu.

     Bayu yang mendengarnya hanya tersenyum kecil. Lalu mereka bertiga pun kembali melahap makanan yang berada dihadapan mereka tanpa berbicara lagi.

     Tak disangka ternyata Bayu membayar makanan Nana dan Dela juga. Awalnya mereka menolak, namun Bayu memaksa dan berkata bahwa mereka bisa mentraktirnya di lain waktu.

Mereka pun setuju.

     Setelah itu Dela bergegas pulang terlebih dahulu. Sementara Nana masih menunggu Grab online yang telah di pesannya. Bayu menemaninya sambil berbual.

     "Kenapa kamu gak pacaran, Na?" tanya Bayu memecah kebisuan.

     "Belum ketemu yang cocok aja. yang bisa menerima aku apa adanya." jawab Nana polos.

"Cowok sekarang kan mau nya yang good looking, penampilannya oke. kalau aku ya begini, gak menarik sama sekali." tambahnya sambil tersenyum sinis.

     "Na, lo bisa kok berpenampilan lebih menarik lagi. Emang gue akui para cowok suka sama cewek yang bisa berpenampilan lebih menarik. Lo pasti bisa merubahnya pelan-pelan. Gak harus berubah drastis. Karena memang kesan pertama yang dilihat ketika orang bertemu untuk pertama kalinya, ya fisiknya. Dan disaat mereka telah saling  tertarik dengan fisiknya, barulah mulai bercerita tentang hati."

    "Tapi, bukankah cinta itu letaknya di hati bukan di mata? fisik gak akan menjamin cinta itu bisa kekal," tanya Nana.

     "Iya gue tau. Tapi gini aja deh! pertama cintai diri lo sendiri. Kalau lo membiarkan orang lain menghina lo, itu artinya lo gak cinta pada diri lo sendiri. Lo harus bisa merubah hinaan itu menjadi pujian. Lo harus bahagiain diri lo sendiri. Setelah lo uda bener-bener bisa mencintai diri lo, disitulah lo siap untuk membagi cinta itu pada pasangan lo. Gak ada orang lain yang bisa membahagiakan lo sebelum lo yakin pada diri lo sendiri,"

     Hening. Nana bergejolak dengan fikirannya. Ia mencerna satu persatu perkataan Bayu.

Tiba-tiba Grab yang di tunggu pun akhirnya datang juga. 

     Dengan cepat Nana membuka pintu mobil. Lalu wajah nya menoleh ke Bayu yang berdiri dengan melemparkan senyuman padanya.

    Cessst. Serasa jantung Nana bergejolak. Ia pun membalas senyuman Bayu. Saat Nana ingin menutup pintu mobil, Bayu memanggilnya.

    "Na.."

Nana pun menoleh kearah Bayu.

    "Sampai jumpa besok di sekolah, ya.." kata Bayu.

     Nana tersenyum. Seketika pintu mobil ditutup dan Grab itu melaju meninggalkan Bayu di balik senja yang mulai redup.

Bersambung...

Apakah perkataan Bayu bisa menyentuh hati Nana agar mau merubah penampilannya? Apakah Nana benar-benar telah jatuh cinta, setelah ia berjanji bahwa ia tidak ingin mengenal cinta lagi?

Baca kelanjutan kisahnya ya. teman-teman semua...

Salam kenal dari saya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status