Beranda / Romansa / Senja itu belum redup / Apa mungkin lagi ?

Share

Apa mungkin lagi ?

Penulis: UciHarta
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-15 14:24:04

   'brukkk' terdengar suara tas yang terhempas di kasur.

    Kini giliran sebuah badan yang terhempaskan ke kasur juga. Sepasang mata yang terpejam dan bibir yang bungkam. Hanya sesekali terdengar desisan nafas yang terlihat berat.

    Kirana. Ya, gadis itu terlihat sedang memikirkan sesuatu yang berat. Ternyata ia tengah memikirkan perkataan Bayu. Dia tidak tahu apa sebenarnya yang sedang ia rasakan. Tapi setelah pertemuan tadi, ia yakin bahwa ada sesuatu yang beda dalam hatinya.

     Namun ia juga bingung dengan perkataan Bayu tadi. Satu demi satu ia mulai mencerna kembali perkataan lelaki yang bisa menarik perhatiannya tersebut.

     'Seharusnya kalau dia cinta, dia harus menerima aku apa adanya dong," pikirnya.

    'Kalau lo biarkan orang lain menghina lo, itu artinya lo gak cinta pada diri lo sendiri. Lo harus merubah hinaan itu menjadi pujian.'

Kembali terngiang perkataan Bayu tadi sore.

    Malam itu Kirana tak mampu terlena dalam tidurnya. Sesekali ia terbangun dan pada akhirnya ia mengambil sebuah keputusan untuk dirinya.

***

     'kriiing... kriingg...'

terdengar suara alarm memecah kesunyian pagi.

     "Hoam.. ya ampun. Aku masih ngantuk banget." kata Nana. sembari menguap.

Ternyata dia tidak menikmati tidurnya tadi malam.

      Pagi itu Nana mengerjakan rutinitasnya sebelum berangkat kesekolah seperti biasa. Mandi, memakai baju, dan menyisir rambutnya.

      Namun saat ia mulai menyisir perlahan lahan, ia kembali teringat perkataan Bayu. Ia memegang rambutnya untuk beberapa saat. Dipandanginya rambut tersebut, kemudian ia menyisirnya ke arah depan bahunya. Ia tidak menggulungnya seperti biasa. Di biarkan rambut tersebut tergerai.

     Lalu ia melihat ke arah cermin tepatnya pada bagian bibirnya. Seketika ia mengambil sebuah lipstik hadiah dari Dela saat ulang tahunnya, dan mengoleskannya pada bibirnya.

     Ia terlihat lebih menarik. Setelah beberapa saat ia memandang sosok dirinya di cermin, terukir sebuah senyuman di bibirnya.

   Lalu tangannya mulai menggapai kaca mata yang telah menjadi sahabat baiknya selama ini. Namun saat ia ingin mulai mengenakannya, tiba-tiba ia terhenti. Fikiran dan hatinya bertarung. Lalu entah apa persetujuan dari jiwanya, ia meletakkan kembali kaca mata tersebut.

     'ok! i will try it.' batinnya.

***

Di sekolah.

     "Good morning,"

     "Good morning, ka" 

Itu adalah Dela dan Cika. Mereka adalah sepupu. Dan Cika juga merupakan teman Nana. Hanya saja mereka berlainan kelas.

     "Semalam ngapain, lo ? gue liat lo di warung pak Yono," tanya Cika.

      "Mancing ikan." jawabnya.

     "Mancing ikan? gilak lo!"

     "Iya uda tau warung pak Yono, ada makanan bakso, mie ayam sama aneka jus. masa iya tanya lagi disana ngapain." jawab Dela ketus.

      "Iya siapa tau mau nemuin pacar lo. kan gue gak tau. Cika berkata.

      

    "Iya, enggak ah. Gue orangnya pemilih. Banyak cowok yang harus gue seleksi dulu sebelum jadi pacar gue," kata Dela dengan wajah sumringah.

     "Sok kecakepan lo, ah!" kata Cika.

   Tiba-tiba langkah mereka terhenti. Mata mereka terbelalak melihat sesuatu yang ada di depan mereka.

     Terlihat seorang gadis yang berjalan pelan menghampiri mereka. Senyumnya terlihat begitu manis.

     "Hey, apaan sih kalian. Kok ngeliatnya gitu banget?" sapa gadis itu yang tak lain ada Nana, Kirana.

    "Ini elo Na, serius demi apa? kok gak ada angin gak ada badai lo jadi begini? tanya Dela yang masih sedikit heran.

    "Biasa aja dong, ngeliatnya. iya aku hanya mencoba. Aku mau keluar dari titik nyamanku." jawab Nana.

      "Apa lo sedang di mabuk cinta? sama siapa?" usik Cika sambil menyenggol lengan Nana.

     "ish, apaan sih! enggak kok, aku gak lagi jatuh cinta." jawabnya tegas.

***

    Pelajaran di kelas hari ini terasa sangat lama dan membosankan bagi Nana. Bukan karena mata pelajarannya, tapi karena seisi kelas meliriknya terus sehingga membuatnya merasa risih.

     Sebenarnya Nana terlihat begitu berbeda hari itu. Ia terlihat cantik tanpa kaca matanya, rambutnya yang terurai, dan olesan lipstik tipis yang menjadikannya lebih terlihat menarik.

   Waktu istirahat bermulai. Semua anak murid mulai menuju kantin, tempat mereka melepaskan rasa lapar, dahaga dan yang pastinya beban fikiran.

     "Gue boleh gabung?" sapa seseorang. Itu adalah Bayu. Ternyata dia datang menghampiri meja dimana Nana dan Cika sedang menikmati makanannya.

    "Oh, silahkan." jawab Nana.

    Bayu pun duduk, dan tersenyum kepada Nana. Tanpa berbicara, mereka menghabiskan makanannya masing-masing.

***

    "Del, pulang bareng yuk! kebetulan papaku hari ini gak jemput. Ada meeting." kata Nana menghampiri mejanya Dela.

    

     Jam sekolah telah usai. Dan hari ini adalah hari jum'at. Sedikit awal jadwal pulangnya.

     "Alah sorry Na, gue gak bisa. Gue harus buru-buru ni. Nyokap gue ngajak shopping. Ya katanya mau beli kado buat salah satu temannya." jawab Dela.

    "Ya elah. Yauda deh. Aku pulang sendiri."

     "Gak papa kan?"

     "It's oke." jawab Nana dengan senyuman.

     Mereka keluar dari gerbang sekolah dan terpisah disana. Dela langsung memasuki mobil Senia berwarna hitam yan merupakan mobil ibunya. Ternyata ibunya sudah menunggu.

    "Bye Na," ucap Dela sembari melambaikan tangannya.

    Kirana membalasnya dengan senyuman dan lambaian tangan. Lalu ia meneruskan perjalanannya menuju halte Bus.

    Tiba-tiba terdengar suara motor menghampirinya. Ternyata itu Bayu dengan motor Vixion nya.

    "Hai, Na. Pulang bareng yuk! gue anter." sapa Bayu.

    "Eh gak usah deh. Gak mau merepotkan." jawab Nana malu-malu.

    "Gak papa kok. Ayo!"

    Akhirnya Kirana mau dan ia pun menaiki motornya Bayu. Seketika mereka melaju menyusuri jalanan Ibu kota.

***

    Motor terhenti. Terlihat pemandangan di depan mata. Ternyata Bayu menghentikan Motornya di sebuah Danau.

    "Wow indahnya. Kok aku gak tau tempat ini ya," kata Nana. Ia masih sedikit terpukau dengan pemandangan di depan matanya.

   "Ia. Gue biasa datang kesini." jawab Bayu.

    "Ngapain?" tanya Nana.

    "Sekedar menghilangkan beban fikiran. Dengan melihat air danau, burung-burung yang sesekali muncul, gue merasa nyaman disini." 

   Akhirnya mereka duduk di atas rumput di tepi Danau.

    "Lo cantik hari ini, Na," ucap Bayu memecah keheningan.

    "Oh, iya. Terima kasih." jawab Nana tersipu malu.

    "Itu artinya lo dengerin apa kata gue kemarin." kata Bayu sembari menatap wajah Nana.

   "Iya, mungkin aku harus lakuin apa yang kamu bilang kemarin. Aku harus bisa mencintai diriku sendiri. Aku gak ingin terus-terusan di bully."

    "Iya gue ngerti kok. Gak enak rasanya di bully. Lo uda ngelakuin hal yang bener." kata Bayu sembari menggapai tangan Nana.

    Jantung Nana berdegup cepat. Ia merasakan sesuatu di hatinya. 

    Bayu mulai mendekati wajah Nana. Dan beberapa saat kemudian, ia mulai untuk melabuhkan bibirnya ke pipi Nana. Namun Nana dengan segera menepisnya.

     "Em Bayu, kayaknya kita harus pulang sekarang" kata Nana.

     "Oh oke, sorry." jawab Bayu sembari melepaskan tangan Nana.

    'Gak. gak mungkin. Aku gak mau lagi. Uda cukup.' pikir Nana.

Mengapa dengan Nana? apa yang tidak mungkin? Apakah dia tidak ingin jatuh cinta lagi?

Tunggu bab selanjutnya yaa..

Terima kasih ..🥰

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Senja itu belum redup   Luka sisa semalam

    "Ayo masuk!" ajak Diko pada Nana. "Lo yakin ngajak gue masuk? kenapa ngajak gue kesini?" tanya Nana yang mulai merasa tidak enak. Darahnya seakan membeku. "Na, lo tenang aja ya... ada gue. Gue akan tetap disamping lo kok," ucap Diko dengan senyuman tipis. Ia menggenggam tangan Nana seakan tidak ingin melepaskannya. "T...tapi," ucap Nana yang masih bingung harus bagaimana. Namun akhirnya ia luluh juga. Nana merasa Diko pasti tidak akan membiarkannya sendiri. Mereka pun melangkahkan kaki untuk masuk ke Club tersebut. Suara musik yang memekakkan telinga terpaksa Nana telan.Club itu terlalu ramai. Banyak perempuan perempuan yang memakai dress mini. Berjoget ria mengikuti irama. Tak sedikit pula pria yang asyik dengan alkohol di tangannya.Nana merasa ngeri. Namun saat ia melihat wajah lembut Diko, entah mengapa ia merasa luluh hatinya. Kini keduanya mulai

  • Senja itu belum redup   Bahagia yang kejam

    "Nana," pekik Pak Wijaya saat melihat apa yang ada di atas meja. Yaitu kue ulang tahun yang sengaja di bawa Nana untuk di berikan kepada Ayahnya. Pak Wijaya berlari kecil menuju ke arah keluar. Saat berada di depan kantor dan melihat seorang Resepsionis, ia bertanya. "Fika, apakah tadi ada orang yang ingin menemui saya?" tanya Pak Wijaya. "Iya Pak. Dan dia bilang dia adalah anak bapak," jawab Resepsionis itu yang ternyata bernama Fika. "Ah, sial..!!" ujarnya pelan dan langsung keluar untuk mencari anaknya tersebut. Matanya memandang ke kanan dan ke kiri berharap kalau Nana masih ada di sekitaran kantor. Namun sayangnya tidak ada terlihat batang hidungnya. Sementara Nana yang telah menaiki Taxi meluncur menuju tempat dimana dia rasa tempat yang pas. Ia berusaha menahan tangisnya agar tidak di curigai sang supir Taxi tersebut. Namun ia tidak mampu. Air matanya t

  • Senja itu belum redup   Rahasia yang manis

    "Aaaa..." Nana mendengar suara yang berasal dari ruang tamu. Ia segera keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. "Mama,, mama,,, pa...," panggil Nana sembari melihat ke arah suara berasal. "Maa... paa... ada apa sih?" tanya Nana yang kian penasaran. "Eh Nana, gak papa kok sayang. Gak ada apa-apa," jawab Buk Risty dari ruang tamu. "Suara apa tadi itu? Apa yang udah terjadi?" tanya nya lagi. Dan kali ini dia telah berada di dekat Mama dan Papanya. "Oh itu. Mama tadi gak sengaja nyenggol gelas di atas meja, jadi pecah deh," kata Pak Wijaya. Namun wajah gugupnya tidak dapat di sembunyikan. "Mama papa jangan bohong deh. Ini pasti ada apa-apa kan? lihat tuh wajah Mama dan Papa, seperti menyimpan sesuatu," kata Nana yang menyadari raut wajah kedua orang tuanya tersebut.&nbs

  • Senja itu belum redup   Ada yang mulai terjadi

    "Hai Na, mau pulang bareng?" ajak Diko yang tiba-tiba menghampiri Nana dan Dela. "Oh em iyaa," jawab Nana yang mulai mengajak Diko untuk berjalan. Namun Diko masih tetap berdiri di tempatnya. "Halo, gue Diko. Ardiko fikri," sapa Diko kepada Dela sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Nana yang melihatnya hanya bisa memperhatikan dengan tatapan tajam. Dia sebenarnya tidak ingin kalau Diko mengenal Dela atau teman temannya dulu. "Oh i...iya gue Dela. Temennya Nana," ucap Dela sembari memalingkan wajah ke arah Nana lalu membalas salaman tangan Diko. "Uda lah yuk, pulang!" ajak Nana sembari menarik tangan Diko. Dela hanya bisa terdiam dan melihat Nana berlalu dengan tatapan hampa. Siang itu Nana dan Diko makan siang di sebuah warung makan yang menyediakan Ayam geprek serta makanan lainnya. Dan kebetulan Aya

  • Senja itu belum redup   Mulai nyaman

    "Iya," jawab Nana penuh antusias untuk mendengar. "Dulu, gue pernah mengenal seorang wanita. Dia orangnya baik, pendiam namun suka tersenyum. Gue mengenalnya saat di bangku sekolah dan kebetulan dia adalah murid baru pada saat itu," kata Diko dengan tatapan yang menerawang jauh ke depan. Sepertinya ia mengingat masa-masa itu kembali. "Dan semakin lama gue mengenalnya, semakin gue menyukainya. Singkat cerita gue pun mengungkapkan perasaan gue ke dia dan diterima. Lo pasti tau dong gimana bahagianya gue pada saat itu?" ucap Diko dan langsung menatap wajah Nana kembali. "Oh ya of course! kamu pasti seneng banget waktu itu," jawab Nana yang mulai mendalami ceritanya. "Lalu bagaimana kisah percintaan kalian selanjutnya?" tambahnya. "Hufft..! gue menjadikan dia sosok yang paling istimewa dalam hidup gue, namun dia menjadikan gue sampah dalam hidupnya," ucap Diko dengan nada

  • Senja itu belum redup   Kisah yang sama

    Walau Nana terus memanggil pemuda itu, namun ia tetap pergi meninggalkan Nana dengan seribu tanda tanya. 'Kenapa dengan lelaki itu?' batin Nana yang terus memikirkannya. Namun tiba-tiba dia melihat jam dan.. 'Ah sial! aku gak mungkin ngejar dia. Ah sudah lah' tambahnya. Sesampainya di rumah, Nana melangkahkan kaki masuk dengan sangat perlahan. Entah kenapa dia menjadi sangat malas untuk berhadapan dengan ibunya. Ia berjalan dengan berjinjit. Lalu membuka pintu kamarnya dengan sangat hati-hati dan menutupnya kembali dengan pelan. Dan ternyata tidak seorangpun yang melihat kehadirannya termasuk pembantu rumah tangganya. "Uh, untunglah," ucapnya dengan nafas lega. Ia membanting tas nya ke kasur kemudian dirinya. Ia mulai memejamkan matanya, namun tiba-tiba ia teringat ucapan dari pelayan rumah makan tadi. "Apa maksud dia ya? kenapa dengan Diko? aku r

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status