Home / Romansa / Sentuhan Candu Tuan Benji / 1. Aku Butuh Rahimmu

Share

Sentuhan Candu Tuan Benji
Sentuhan Candu Tuan Benji
Author: LilyLembah03_

1. Aku Butuh Rahimmu

Author: LilyLembah03_
last update Last Updated: 2025-10-12 21:47:46

"Kau benar-benar gila, Abia ...." Dari balik kaca jendela, Lily melihat seorang pria sipit menggeleng tidak habis pikir di samping mobil.

Pria itu tengah berdebat dengan wanita cantik di hadapannya.

"Kau sudah setuju, kan, Kai? Ini satu-satunya cara agar kita mendapat anak yang orangtuamu mau." Perempuan berambut pendek itu terdengar menenangkan sambil mengusap lengan kekar berbalut kemeja putih si pria.

Kedua orang yang tadi membelinya dengan harga lima milyar di pasar pelelangan perawan … adalah pasangan suami istri. Lalu untuk apa mereka membayar mahal demi membawa pulang Lily? Di saat teman-temannya dibeli oleh lelaki hidung belang, dirinya malah dibeli oleh pasangan ini dengan harga yang fantastis.

Lily masih terus memperhatikan sepasang suami istri yang masih berdebat itu dengan waspada. Dia benar-benar tak mengerti apa alasan mereka membelinya.

“Hanya orang gila yang membeli pelacur seharga lima milyar, Abia!" Kali ini, pria sipit itu bahkan melirik sinis pada Lily yang seketika meringkuk takut di kursi belakang mobil.

"Iyaa, aku gila. Istrimu ini gila. Jadi ayo kita pulang sebelum orang-orang tahu kau menikahi orang gila." Bukannya tersinggung, perempuan bernama Abia itu justru menggiring tubuh suaminya sambil membuka pintu mobil.

"Demi Tuhan, Abia! Aku sedang serius!" bentak pria sipit itu semakin emosi begitu sang istri kini mendorongnya hingga duduk di kursi kemudi.

"Aku tidak membutuhkan dia!" Kali ini, pria beralis tebal itu bahkan menunjuk Lily yang duduk terpaku di belakang secara terang-terangan. "Aku tidak butuh anak, apalagi jika harus melakukannya dengan orang lain! Aku juga tidak butuh pendapat Papa! Aku hanya membutuhkanmu! Aku tidak peduli yang lainnya. Kenapa kau tidak mengerti juga?!" sambungnya menggebu-gebu.

Seketika Lily membelalak mendengar ucapan itu. Jadi … mereka membelinya agar bisa dihamili dan melahirkan anak untuk mereka?

Belum sempat Lily pulih dari keterkejutannya, ia sudah dibuat meringis takut begitu perdebatan itu berlanjut ke dalam mobil, tepat di hadapannya. 

Pria itu terus mengebu-ngebu. Padahal, bukankah seharusnya ia yang marah? Tubuh Lily diperjualbelikan secara paksa, bahkan lebih parah lagi, harus mengandung anak yang nantinya akan mereka ambil. 

Bahkan sebelum itu, gadis itu diseret ke atas panggung pelelangan dan dipertontonkan di hadapan banyak pasang mata yang liar dan nakal. Ratusan orang menawar harga tubuhnya seperti barang. Sampai akhirnya dua orang ini lah yang berhasil mendapatkan Lily dengan harga tertinggi.

Lalu kenapa sekarang pria itu seolah begitu jijik saat melihatnya? Lily merasa tersinggung.

"Aku akan mengganti uangmu, jangan marah ...." Abia membujuk sambil menangkup jemari kiri suaminya yang mengepal kesal.

"Kau pikir aku marah karena uang?!" Pria sipit itu lagi-lagi tersulut emosi karena disalahpahami.

"Iyaa, maaf. Aku tahu ... tolong jangan marah. Maafkan aku ...." Abia Felicia---istri dari Benjamin Kaisar itu kembali membujuk, kali ini sambil mengusap rambut sedikit panjang suaminya lembut.

"Hhhh ... aku tidak mungkin marah kalau kau tidak bertingkah aneh." Dan Lily hanya bisa melongo takjub begitu beberapa saat kemudian, nada suara pria galak itu  melembut dan berubah jadi rengekan frustasi.

Hanya karena sebuah usapan di kepala.

"Kau tahu, kan? Aku sudah berjanji tidak akan menyentuh perempuan lain selain dirimu." Benji---pria sipit itu kembali berucap lirih.

"Iyaa, aku tahu ... dan aku mengizinkanmu melanggar janji itu, demi aku." Abia menyahut lembut dengan jemari yang kini menangkup rahang tegas suaminya.

"Demi Tuhan, Abia. Aku tidak butuh anak. Aku tidak akan punya anak selain dari rahimmu. Aku rela menunggumu sampai kapanpun ...." Pria yang sedari tadi terlihat nyaris terbakar amarah itu, bahkan kini hanya bisa tertunduk lesu.

"Kau bisa menunggu, Kai. Tapi Papamu tidak. Dia akan  mencarikanmu istri baru kalau aku tidak bisa memberikannya cucu dalam waktu dekat. Kau tahu itu, kan?" tanya Abia yang kini hanya dijawab Benji dengan anggukan.

"Jadi tolong terima dia," sambung Abia sambil menoleh dan tersenyum sejenak pada Lily. "Dia satu-satunya solusi yang kita punya untuk menyelamatkan pernikahan kita."

Saat sepasang suami istri itu akhirnya mengakhiri perdebatan dan melajukan mobil, gadis bergaun putih tulang di kursi belakang hanya mengerjap linglung. Antara terkejut, kesal, sekaligus bertanya-tanya; 

Kali ini, Lily akan dibawa ke mana lagi? Apakah malam ini dia akan langsung diperawani? Lily benar-benar tidak tahu.

Malam itu, Abia Felicia dan Benjamin Kaisar kembali ke rumah dengan seorang gadis perawan seharga lima milyar. Entah apa yang akan istrinya lakukan pada gadis itu, Benji sudah terlalu lelah untuk peduli.

Seandainya sang ayah tidak menuntut mereka untuk segera memiliki keturunan, istrinya tidak akan sampai melakukan hal segila datang ke pelelangan gadis perawan. Apalagi, gadis perawan itu Abia beli untuk dipakai suaminya sendiri.

*****

"Kamarmu di sini, yaa ...." Abia menjelaskan sambil membuka pintu kamar di lantai dua rumah. Kamar yang berada tepat di samping kamar Abia dan suaminya.

Lily mengangguk sambil tersenyum ramah. "Terima kasih, Bibi," sahut gadis itu sedikit takut.

Abia pun menggiringnya masuk dan duduk di sisi ranjang. "Umurmu berapa, Lily?" tanya perempuan itu lembut sambil mengelus punggung tangan mungil gadis yang berhasil ia beli tadi.

"19 tahun, Bi. Aku baru lulus SMA tahun lalu," jelas gadis itu sambil celingukan memandangi kamarnya yang tampak baru.

Sejenak, Abia tertegun. Gadis ini benar-benar masih belia. Usianya dengan Abia terpaut lebih dari lima tahun. Apalagi dengan suaminya yang jelas hampir mencapai kepala tiga.

"Kenapa kau bisa ada di tempat itu?" tanya Abia akhirnya penasaran.

"Dulu aku tinggal di panti, Bibi. Lalu saat masuk SMP, aku diadopsi. Setelah SMA, orangtua angkatku menyerahkanku pada Tante Binta untuk dijual." Penjelasan polos gadis muda itu membuat Abia sejenak merasa kasihan.

Namun, mengingat tujuan utamanya membeli gadis ini, Abia pun memegangi bahu Lily sambil menatapnya lekat. "Jadi ... kau sudah tahu tugasmu apa, makanya aku membelimu, kan?" tanya Abia memastikan.

Lily menggeleng pelan. "Aku … tidak tahu. Aku tidak pernah melakukannya ...," jelas gadis itu jujur.

"Tidak apa-apa. Justru bagus karena kau belum pernah melakukannya," sahut menantu keluarga Galendra itu sambil mengelus lengan Lily menenangkan.

"Sebenarnya ... aku hanya butuh rahimmu, Lily. Aku membeli gadis perawan agar bisa memastikan bahwa kau memang mengandung anak dari benih suamiku." lanjut Abia lirih, membuat gadis berambut ikal itu mengernyit.

"Berarti aku harus hamil, kan, Bi?" tebak Lily memastikan.

Abia mengangguk pelan. Perempuan berambut sebahu itu bahkan menghela napas berat. "Seperti yang kau bisa lihat, di rumah besar ini hanya ada kami berdua. Aku dan Kai sudah menikah hampir enam tahun, tapi belum dikaruniai anak. Jadi mertuaku meminta cucu bagaimanapun caranya," jelas Abia cemberut.

"Enam tahun kan belum lama. Kenapa harus buru-buru sekali?" gumam Lily heran.

Abia terkekeh hambar. "Andai Ayah mertuaku juga bisa berpikir seperti dirimu. Aku tidak akan sebingung ini sampai mendatangi pelelangan perawan," komentar perempuan dewasa yang masih tampak muda dan cantik itu.

"Jadi istirahat saja, yaa. Jangan takut, kami tidak akan menyakitimu di sini ...." Setelah memberikan elusan lembut di surai hitam legam gadis cantik itu, Abia pun pamit dan menutup pintu kamar Lily.

Meninggalkan gadis itu sendiri yang kini perlahan berbaring sambil memandangi langit-langit kamar. "Kasurnya empuk sekali ...," gumam Lily sambil mendengkur nyaman dalam buaian ranjang yang ia yakini mahal.

"Sepertinya Bibi Abia dan suaminya adalah orang baik. Aku harus patuh pada mereka. Aku hanya harus hamil supaya mereka senang," gumam gadis itu lagi kali ini sambil memeluk guling di sisi ranjang.

"Berarti ... aku harus dipakai oleh suami Bibi Abia dulu."

"Bagaimana rasanya melakukan itu? Aku hanya pernah melihatnya, tapi tidak tahu rasanya ...."

"Siapa nama suami Bibi Abia tadi? Kai? Argh, aku lupa bertanya!"

Malam itu, Lily habiskan waktu untuk bertanya-tanya tentang apa yang akan ia lakukan seterusnya di rumah ini. Rumah sepasang suami istri yang rupanya melakukan hal gila hanya untuk mendapatkan anak yang orangtua mereka minta.

Lily sebenarnya sudah tidak terkejut saat tahu tubuhnya akan dipakai seorang pria. Gadis itu tumbuh sebagai remaja di tempat pel*curan. Ia terbiasa melihat kegiatan yang melanggar batas moral. Lily bahkan diajarkan cara untuk melakukan itu sebagai persiapan jika suatu hari tubuhnya sudah layak dijual.

Tapi, gadis itu sama sekali tidak menyangka. Malam ini ... sepasang suami istri telah membelinya dengan harga luar biasa fantastis.

Hanya untuk hamil. Lily dibayar hanya untuk hamil.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   11. Kau Sudah Basah

    "Apa dia akan benar-benar datang malam ini?" Waktu sudah menunjukkan pukul duabelas malam. Lily yang sudah tidur dan istirahat sejak siang tadi, tentu saja tidak bisa terlelap lagi. Alasan lain mengapa gadis itu terjaga ... adalah janjinya pada Abia."Apa Bibi Abia belum bilang pada Tuan Benji kalau aku sudah siap melakukannya?" gumam gadis itu lagi sambil menatap jam dinding yang entah kenapa semakin membuatnya gelisah.Lily ingin tidur lagi tapi tidak bisa. Bayangan seperti apa rasanya diperawani membuat gadis itu resah. Apakah Benji akan melakukannya dengan kasar meski ini pertama kalinya untuk Lily? Apakah pria itu setidaknya punya belas kasihan dan sisi lembut untuk orang yang bukan istrinya?Rasanya, Lily luar biasa ragu. Mengingat seberapa mengerikan pria itu di ranjang saat Lily tak sengaja memergokinya memadu kasih dengan sang istri, sudah jelas jadi bukti bahwa Benjamin Kaisar bukan tipe orang yang lembut sama sekali.Cklek!"Kau sudah tidur?" Pertanyaan dingin berikut sua

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   10. Aku Siap Melakukannya

    "T-tuan Benji ...."Lily mendongak menatap pria yang kini berdiri di hadapannya. Benjamin Kaisar mendengkus melihat keadaan gadis yang susah payah ia jemput atas permintaan istrinya."Kenapa? Kau mau kabur lagi?" sindir Benji sambil mengetuk kepala Lily sebal.Lily menggeleng cepat dan segera bangkit berdiri. "Tidak! Maaf ... maafkan aku .... Tolong bawa aku pulang!" pinta gadis itu panik.Benji bersedekap dada sambil melirik sekujur tubuh Lily dari atas sampai bawah. "Abia sudah mengurusmu seperti keponakannya sendiri, dan kau memilih kembali ke tempat ini?" decak pria sipit itu takjub."A-aku mau pulang ke panti asuhan. Tapi Tante Binta menemukanku di jalan," sanggah Lily menceritakan bagaimana ia akhirnya berakhir di tempat pelacuran ini lagi."Dasar pelacur bodoh!" maki Benji sebelum kemudian menarik lengan kurus gadis itu kasar. "Ayo pulang! Kau membuat istriku khawatir!" "ARGHH!" Lily mengerang kesakitan begitu tangan besar Benji melingkari pergelangannya. Mendengar itu, sang

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   9. Aku Sudah Kotor

    “Kenapa dia kasar sekali?” Lily berjongkok di bawah guyuran air shower kamar mandi. Waktu baru menunjukkan pukul empat pagi, namun gadis itu memilih mandi dengan air dingin dalam suhu yang bisa dibilang cukup rendah. Mengabaikan tubuhnya yang perlahan menggigil kedinginan, gadis berambut hitam legam yang terurai berantakan itu justru termenung sambil membayangkan kejadian beberapa saat tadi.Bagaimana Benji menatapnya rendah dalam kondisi tanpa busana. Bagaimana pria itu mendorong dan menjambaki Lily kasar. Bagaimana sang tuan membuang habis seluruh harga diri yang Lily punya dengan makian dan tatapan. Serta bagaimana mulutnya dipaksa melahap kesejatian seorang pria untuk pertama kalinya dalam hidup. Membayangkan rasa dan bentuk benda itu dalam mulutnya saja sudah berhasil membuat Lily mual. Maka, meludah berkali-kali ke arah lantai lembab kamar mandi adalah pilihan.“ Aku tidak mau melakukannya lagi ... aku tidak mau .... Itu menjijikkan ....” Lily meracau sambil mengusap-usap

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   8. Masih Perawan

    "Hkkk!"Lily terkesiap begitu tubuhnya terpelanting kasar hingga terlentang di atas kasur. Tanpa diberikan kesempatan untuk melindungi diri, Benjamin Kaisar menarik celana piyamanya hingga tanggal dan teronggok pasrah di kaki ranjang. "T-tuan ...." Lily memanggil gemetaran begitu pria sipit itu kini memegangi betis mulusnya kemudian memaksa kedua kaki Lily mengangkang lebar."Kenapa kau terlihat takut? Bukankah gadis nakal sepertimu suka ditonton oleh orang lain?" tanya Benji sambil terkekeh mengejek."Tol-long lepaskan aku ...." Lily memohon panik sambil memegangi lengan kekar Benji yang mencengkeram betisnya agar terus terbuka."Kenapa aku harus menuruti permintaanmu? Aku majikanmu ...." Benjamin Kaisar bertanya sambil meremas betis putih mulus dalam cengkeramannya."Arghh---" ringis gadis itu begitu kali ini lututnya bahkan ditekuk kemudian ditekan hingga menyentuh dada.Tubuh Lily seolah tengah terlipat dua. Hanya dengan tekanan dari sebelah lengan kekar Benji, Lily merasa kesuli

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   7. Siapkan Dirimu Malam Ini

    "Aku simpankan nomor Kai juga, ya?" "Memangnya boleh, Bibi?""Tentu saja boleh. Kau bisa menghubunginya saat butuh bantuan kalau aku sulit dihubungi."Benji memutar bola mata jengah melihat dua perempuan yang tengah sibuk mengutak-atik benda pipih di genggaman. Itu handphone baru Lily. Dibelikan oleh Abia karena istrinya kasihan gadis itu tidak pernah punya handphone sebagai pegangan."Untuk apa membelikan dia handphone? Dia tidak punya keluarga atau teman untuk dihubungi," komentar Benji menginterupsi kegiatan seru Lily yang tengah belajar memakai handphone pada Abia."Aku punya banyak keluarga, Tuan. Aku punya banyak saudara di panti asuhan," koreksi Lily cepat."Dengar, kan? Kau pikir keluarga hanya tentang hubungan sedarah saja?" ledek Abia malah terdengar bangga karena Lily menyanggah ucapannya."Kenapa membelikan dia handphone semahal itu? Kau bisa membelikan dia yang murah. Kau terlalu banyak menghamburkan uang untuknya," komentar Benji lagi karena tidak terima disahuti."Aku

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   6. Kau Budak di Sini

    "Siapkan istriku sarapan!"Lily terlonjak kaget begitu suara seseorang dari arah belakang mengejutkannya. Begitu menoleh, gadis itu bahkan langsung termundur menyadari pemandangan di hadapan.Di depan lemari pendingin dapur, Benjamin Kaisar berdiri hanya mengenakan celana training hitam. Pria itu bertelanj*ng dada sambil memandang Lily tajam. Beberapa bekas cakaran bahkan tampak terlukis jelas di lengan berototnya yang besar."Kenapa kau terkejut sekali? Bukankah kau terbiasa melihat pria telanj4ng di tempat tinggalmu sebelumnya?" tanya Benji meremehkan sambil berbalik dan mengambil air dingin dari dalam kulkas. Begitu pria itu membelakanginya, Lily bahkan dapat melihat banyak bekas cakaran lain di punggung pria itu.Sudah jelas itu perbuatan siapa. Mengingat seberapa keras mereka bersuara saat bermain semalam.Lily yang merasa malu begitu teringat hal itu sontak buru-buru menghidangkan nasi goreng yang baru selesai dibuatnya. Gadis itu mengambil nampan dan menaruh dua piring nasi gor

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status