Ririn sedang berada di ruang kerja milik Ares, yang terdapat dirumah milik Ares ini. Tatapan matanya menatap ke arah pria tampan tersebut.
"Apa maksudnya Ares?" tanya Ririn.
"Seperti yang kakek katakan," sahut Ares seraya duduk di kursi kerjanya.
"'Gue tak mau."
"Kamu harus mau, karena bayi yang kamu kandung adalah penerusku."
"Gue tak peduli mau penerus atau apapun itu. Gue tetap tidak mau tinggal bersama elu!!!" bentak Ririn yang menolak keras ide gila tersebut.
Ares menampilkan raut wajah tak senang, saat wanita keras kepala ini tak menuruti apa yang dirinya inginkan. "Katakan alasannya, Ririn?"
Ririn berdecak kesal saat ditanya alasannya, seharusnya pria itu tahu alasan dibalik dirinya tak ingin tinggal dirumah ini.
"Katakan alasannya?"
"Gue tinggal di rumah mewah ini sebagai apa? apa hanya se
Ririn kembali dari rumah Ares, dengan mengunakan bus. Dirinya tak peduli dengan orang-orang yang menatapnya karena masih mengunakan baju tidur.Ririn benar-benar sudah tak peduli tatapan orang-orang itu, dirinya sudah pusing dengan hidupnya sendiri, yang banyak sekali masalah yang terjadi.Ririn turun dari bus dengan raut wajah tak bergairah, bahkan berjalan menuju ke rumahnya saja Ririn tak mempunyai semangat sama sekali.Dirinya tertawa sumbang disaat mengingat pertengkaran tadi dirumah mewah milik Ares, Ririn sangat kesal dengan tingkah menyebalkan pria itu."Aggggrr!!!" teriak Ririn."Kenapa kamu teriak-teriak!!"Ririn menatap orang yang membentak dirinya dan melihat kalau Mamahnya yang memarahi dirinya."Mamah mau kemana?" tanya Ririn yang melihat Mamahnya berpakaian rapih, berdiri didepan pintu."Mamah sam
Ares mengejar wanita hamil itu yang pasti sedang marah-marah akibat perintah yang dikatakan oleh kakeknya tersebut.Saat dirinya sedang mengambil mobil untuk membawa Ririn kembali kerumahnya, tapi wanita hamil tersebut malah sudah melarikan diri dan membuatnya merasa khawatir sekali.Hingga membuat Ares menjalankan mobilnya menuju rumah Ririn, saat dirinya sudah sampai dirumah ibu dari anaknya tersebut.Ares melihat rumah sederhana tersebut, seperti tak ada lagi tanda-tanda ada orang didalamnya, hingga disaat dirinya berada didepan pintu rumah Ririn.Kakak perempuannya Ririn membukakan pintu rumah dengan raut wajah yang marah dan juga tamgan terkepal erat.Ares hanya diam dengan mata melihat kakaknya Ririn yang keluar dari rumah, tanpa bicara sama sekali dengan dirinnya.Hingga Ares menyadari 1 hal tentang Ririn. Ares bergegas cepat mencari ibu dari anaknya t
Kehidupan Ririn harus kembali berjalan, walaupun banyak masalah yang terjadi didalam hidupnya.Hidup terus berlanjut dan yang paling utama adalah Ririn membutuhkan uang untuk dirinya sendiri.Jika dirinya membutuhkan uang, hal yang harus dirinya lakukan adalah mencari pekerjaan lagi.Ririn menghela nafasnya gusar. Perasaannya ini sangat campur aduk sekali. Ririn bimbang apakah dirinya harus menerima atau tidak.Terakhir kali Ririn melakukan pekerjaanya yang mana terdapat Miko yang mewawancari dirinya. Ririn berhasil dan diterima disalah satu hotel ternama ini.Tapi yang jadi masalahnya adalah apakah dirinya harus menerima pekerjaan ini atau tidak. Disisi lain dirinya harus menerima pekerjaan ini, karena dirinya membutuhkan uang untuk keberlangsungkan hidupnya.Apalagi Ririn mempunyai seorang anak yang harus dirinya hidupi, walaupun Ares berjanji akan be
Pandangan mata Ririn menatap ke arah jam yang menempel di dinding kamarnya, yang mana menunjukan pukul 10 malam.Ririn menghela nafasnya, dirinya merasakan perasaan yang gusar. Entahlah kenapa Ririn merasakan hal tersebut.Hal itu membuat Ririn tidak bisa tertidur, padahal jam yang sudah menunjukan pukul 10 malam dan Ririn harus segera tidur, karena esok hari dirinya akan bekerja di tempat yang baru.Pandangan mata Ririn berahli ke arah perutnya dan mengusapnya dengan lembut sekali. "Baby, apa kamu merasakan hal yang sama dengan Mamah?" tanya Ririn kepada calon anaknya ini.Walaupun tak ada jawaban, tapi Ririn merasa senang karena dirinya tak sendiri lagi disaat dirinya sedang dalam keadaan galau seperti sekarang ini."Ada apa denganku?" Ririn yang benar-benar dalam keadaan yang tak nyaman.Ririn rasanya ingin membangunkan kedua orang tuanya, hanya untuk memb
Pukul 08.00 pagi hari, tepatnya di dapur Hotel mewah bintang lima. Ririn sudah mulai bekerja, satu hal yang masih terus berputar dikepalnya adalah dirinya masih belum menyangka akan diterima bekerja ditempat ini yang kata semua, orang sangat sulit sekali untuk bekerja ditempat ini. Tapi ada satu hal yang membuat Ririn menjadi penasaran adalah tatapan orang-orang yang sepertinya tak suka, jika dirinya bekerja di tempat ini. Ririn mengira kalau itu semua adalah perasaan dirinya saja, tapi kenyataan memang orang-orang yang bekerja di dapur ini tak menyukai dirinya. Terlihat jelas saat mereka memperlakukan dirinya disaat datang dan membuat hidangan. Ririn tak mengetahui alasan dibalik orang-orang yang baru dirinya temui tak suka kepadanya. Sebiasa mungkin Ririn mengacuhkan orang-orang yang menatapnya itu, dirinya lebih memilih melanjutkan membuat hidangan penutup, seperti yang diperintahkan oleh
Langit sudah berubah menjadi gelap dan menampilkan bintang-bintang yang berkelap-kelip di langit.Seorang pria dengan tubuh gagah dengan kedua lengan yang berotot. Tak lupa juga tatapan matanya begitu inteins, seperti tatapan mata seekor elang.Pria itu adalah Ares yang berdiri didepan pintu lobi, tanpa memperdulikan orang-orang yang terkejut dengan kedatangan dirinnya.Ares mengacuhkan orang-orang yang penasaran, dengan dirinya yan tak juga kunjung pulang. Satu alasan kenapa dirinya tak pulang adalah menunggu wanita hamil itu yang juga belum menampakan batang hidung.Ares sudah mengchek jadwal pulang Ririn, yang mana pukul 8 malam. Tapi wanita hamil itu belum juga muncul.Padahal Ares sudah menunggu selama 10 menit. Entah apa yang dilakukan oleh Ririn didalam sana.Jika dalam
Pandangan mata Ririn berahli melihat ke arah Ares. Walaupun Ares tak menampilkan raut wajah yang terkejut, tapi Ririn bisa melihat dari mata Ares kalau pria itu juga terkejut. "Ares," ucap pelan Ririn seraya menarik lembut tangan Ares. "Roy!!" panggil Ares. "Iya," jawab Roy yang datang dari belakang tubuh Ares. "Antarkan Ririn pulang," perintah Ares tanpa meantap wajah yang ada disamping dirinya ini. "Iya." Roy menarik pergelangan tangan Ririn, agar membawa wanita ini untuk keluar dari mansion megah ini. Ririn menepis kasar tangan Roy, dirinya berahli kembali menuju ke arah Ares. Entah kenapa Ririn merasakan kalau dirinya harus membawa Ares pergi, sebelum adanya peperangan yang terjadi. "Ares, seharusnya kamu yang bertanggung jawab antarkan aku pulang. Ayo pergi dari rumah ini." Ririn sambil mengenggam tangan Ares kembali.
"Ada dimana dia?"Pertanyaan itu selalu saja terlintas didalam pikiran Ririn. Semenjak hari dimana keributan itu terjadi karena ulah Miko.Sudah 10 hari berlalu, dirinya juga belum melihat keberadaan Ares. Hal itu selalu saja menganggu dirinya, seperti sekarang ini.Ririn sedang membuat adonan kue, selalu saja disertai lamunan yang mana membuat dirinya berkali-kali ditegur oleh kepala chef.Hal itu juga semakin membuat Ririn dibenci oleh rekan kerjanya yang lain. Ririn juga tak ingin seperti ini, tapi isi kepalanya ini selalu saja bertanya-tanya tentang keberadaan dan keadaan Ares."Cih, liat anak baru itu. Simpanan atasan, jadi enak-enak kerjanya," celetuk salah satu staff.Ririn mendengar jelas ucapan orang itu, tapi Ririn hanya diam saja dan terus melakukan pekerjaannya dengan mengacuhkan segala ucapan yang menjelek-jelekan dirinnya.T