Share

Chapter 6: Mami Mucikari

Keesokan harinya Grace memutuskan untuk melihat terlebih dahulu tempat yang ditawarkan Stevani, dia berdiri cukup lama menatap tempat yang kini ada di depannya. Tatapannya tak beralih ketika membaca papan nama yang tertera di sana, sama persis dengan alamat yang diberikan wanita itu.

Berulang kali Grace menghirup udara dan mengembuskannya, menepis rasa ragu yang sempat datang. "Ah, sial! Jika saja ada pekerjaan lain, aku tidak akan datang ke tempat seperti ini," gumam Grace pelan.

Kakinya perlahan mulai melangkah hendak masuk ke dalam tempat itu. Namun, dalam sekejap dia kembali berputar arah. "Tidak! Tidak! Tidak! Aku tidak boleh melakukan itu." Sesuatu dalam dirinya seakan menolak pekerjaan tersebut. Namun, bayangan putri kecilnya kembali melintas dalam benaknya. Susu dan popok di rumah sudah mulai habis, jika dia tidak bekerja bagaimana caranya membeli semua itu.

"Tapi aku butuh pekerjaan untuk membeli susu Pumpum." Sejenak Grace menghela napas panjang, lantas melangkah masuk, tetapi kembali enggan dan keluar dengan mengibaskan tangan ketika membayangkan harus memijat kejantanan pria dalam genggamannya. "Tidak! Aku tidak mau memegang cacing menggelikan itu. Jijik!" 

Berulang kali Grace mondar-mandir di sekitar tempat tersebut, hingga aktivitasnya ditangkap oleh mata Stevani yang baru saja tiba dan langsung menyambut kedatangannya sebelum wanita tersebut kembali mengundurkan niat dan hendak melangkah pergi. "Grace, kau datang! Kebetulan sekali, pagi tadi Mami bilang kami kekurangan staf karena salah satu terapis mengundurkan diri dan memilih menjadi simpanan Om-om. Ayo masuk!" 

"Ta–tapi—" Tanpa memedulikan  Grace yang masih ragu, Stevani langsung menyeret tangan wanita tersebut dan membawanya ke lantai atas. Tempat di mana seorang pengelola atau yang biasa di panggil 'Mami' menerima tamu. 

Diketuknya pintu ruangan tersebut oleh Stevani dengan lembut. Hingga terdengar sahutan dari dalam. "Masuk!"

"Tapi, aku belum siap, Stev." Gracia berusaha untuk menolak masuk, tetapi wanita di depannya malah membuka pintu dan langsung menariknya. 

"Aku jamin kau tidak akan menyesal! Gaji di sini sangat tinggi." Stevani memegang kuat tangan Grace, hingga ketika melangkah ke dalam mata wanita tersebut menangkap seorang perempuan dengan pakaian cukup seksi tengah duduk di kursi bersama dua orang pria yang sepertinya adalah tamunya. Hal tersebut seketika membuat Grace menundukkan kepala. 'Sial! Rasanya seperti melamar sebagai pelacur!' umpatnya dalam hati.

 "Mami, ini Grace. Dia ingin melamar pekerjaan di sini," ujar Stevani to the point memperkenalkan wanita di sampingnya.

Wanita yang dipanggil Mami lantas berdiri dari posisinya dan memindai setiap tubuh Grace sambil memutarinya. Jika dinilai secara fisik,  Grace tidak memiliki kekurangan, bentuk tubuh langsing padat berisi membuat siapa pun iri akan body goals yang dimiliki, meskipun dia hanya menggunakan pakaian biasa serta jauh dari kata seksi. "Siapa namamu tadi?" 

Grace yang awalnya menunduk seketika mengangkat kepala di kala mendengar suara Mami. 'Aku kira dia akan seperti mami mucikari, ternyata manusia jadi-jadian,' batin Grace ketika matanya malah fokus menyaksikan jakun mancung naik turun tersebut.

"Hei, apa kau bisu?" bentak Mami dengan suara serak pria karena tak mendapatkan jawaban. 

Bukannya takut, Gracia malah tertawa lebar karena perpaduan suara serak khas pita suara rusak Mami sangat lucu baginya ketika mendengarnya secara langsung. Cukup lama dia tergelak hingga wanita tersebut mengusap sudut matanya yang berair. "Maaf, maaf, Mami. Namaku Grace." 

"Nah, gitu dong. Nama yang cantik. Ngomong-ngomong berani sekali kau menertawakanku di hari pertamamu." Mami menghela napas sejenak sambil mencebikkan bibir menatap Grace. "Sangat memalukan. Tapi, aku suka kejujuranmu. Kau diterima, bawa dia ke tempat pelatihan!" ujarnya pada Stevani. 

Tanpa mereka sadari sedari tadi ada dua orang pria menyaksikan obrolan sejak tadi. Seorang lelaki berparas tampan tiba-tiba saja menyunggingkan senyuman dikala merasakan ada yang bergerak dengan sesak di dalam celananya akibat melihat dua wanita tersebut. 

"Maaf, Tuan. Tadi ada karyawan baru. Jadi bagaimana? Terapis seperti apa yang Anda inginkan, Tuan?" Mami kembali menjamu tamunya dengan ramah memerlihatkan buku layaknya sebuah menu berisikan foto-foto terapis wanita. 

Bagaimana dia tidak ramah, calon tamu VVIP dengan biaya tak sedikit bersedia membayar harga mahal demi kepuasan dan juga rahasianya. 

"Aku menginginkan yang baru itu." Sebuah seringai miring tergambar di wajahnya hingga membuat pria tersebut tampak mempesona juga mengerikan di waktu yang bersamaan.

"Tapi, Tuan. Dia masih belum bisa apa-apa." Mami merasa heran dengan tamunya kali ini. Biasanya para tamu VIP akan mencari terapis terbaik dengan kemampuan mumpuni sehingga mereka puas akan servis yang diberikan. Namun, pria di depannya malah bertindak sebaliknya dan menampakkan ketertarikan pada wanita baru. 'Apa dia mencari perawan?' batin Mami.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status