Share

Bab 2

Penulis: Sorami
Meski terhalang rok, aku tetap bisa merasakan panas tubuhnya. Tubuhnya begitu kekar. Gundukan besarnya penuh dan menggembung, di dalamnya pasti menyembunyikan sesuatu yang begitu besar...

Aku membungkuk, mengerucutkan bibirku kuat-kuat agar tidak bersuara.

Pada saat itu, tubuhnya yang tinggi dan perkasa sudah sepenuhnya membungkusku di sudut dekat jendela, membuat orang-orang di sekitar sama sekali tidak menyadari ada yang aneh.

Di bawah pelukannya, aku hanya bisa menundukkan kepala dengan wajah memerah, merentangkan kedua kakiku lebar-lebar dan menahan tubuhku dengan kedua tangan yang bertumpu pada jendela untuk menjaga keseimbangan.

"Cepat... cepat lepaskan aku..."

Kukira dia akan menjauh dariku. Tak disangka, dia malah menempel makin rapat. Tangannya yang besar dan terlihat jelas sendi-sendinya itu bergerak menjelajahi tubuhku.

"Hmm, uhh..." Aku tak kuasa menahan desahan yang keluar secara naluriah.

Usapan tangan besarnya begitu berirama, terkadang ringan, terkadang berat. Hatiku menolak, tetapi tubuhku justru bereaksi jujur. Seluruh tubuhku terasa panas dan bergairah. Dalam sekejap, aku pun sudah terangsang.

Namun, bagaimanapun, di depanku ini adalah orang asing. Bagaimana mungkin aku melakukan hal seperti ini di belakang suamiku...

"Bu, sopir bus ini nggak terlalu terampil. Akan lebih aman kalau aku memegangimu."

Saat kami berbicara, tiba-tiba dia mulai menggosok pantatku yang montok, mencengkeramnya sedikit demi sedikit, seperti menguleni adonan. Rasa malu yang menggairahkan itu membuatku terus gemetar.

Tangan kirinya terasa panas membara, membuat pantatku gemetar lebih hebat.

Aku menoleh untuk mengintip tubuhnya yang kekar. Garis otot tubuhnya sempurna, membuat sisi nakal di dalam tubuhku mulai berteriak-teriak.

Pria ini benar-benar tampan dan begitu maskulin.

Dia menggosok pantatku yang montok, membuka lebar kedua pipi pantatku, memainkan daging pantatku yang lembut dan membentuknya menjadi berbagai macam bentuk.

Aku menggertakkan gigi kuat-kuat, menegakkan dada yang sudah basah oleh keringat, berusaha melawan rasa kesemutan dan getir yang menyerang hingga ke dalam jiwa.

Namun, semua itu sia-sia saja. Mungkin karena sudah terlalu lama menginginkannya, tubuhku bereaksi begitu cepat dan hebat. Saat tiba-tiba ada aliran panas memancar dari dalam tubuhku, pipiku langsung terasa panas membara.

Astaga, aku benar-benar terlalu menginginkannya. Tak disangka bisa secepat ini...

Tak lama kemudian, pria itu pun merasakannya lewat telapak tangannya. Dia terkekeh pelan. Kemudian, dengan satu tangan dia mengangkat rok miniku sampai ke pinggang, memperlihatkan kulitku yang putih dan mulus. Sementara, tangannya yang lain langsung menyusup di antara kedua kakiku.

"Ahh..."

Rangsangan dahsyat yang datang tiba-tiba itu membuatku tak kuasa menahan desahan.

Aku menyukai perasaan dikuasai oleh pria tampan ini. Kenikmatan yang tak terlukiskan membuatku memutar bola mata dan air liur yang bening menetes dari sudut bibirku.

Suara menggoda pria itu bergema di telingaku, "Kakak, kamu begitu cantik. Kamu menginginkanku, 'kan?"

Aku berusaha melepaskan diri dari pelukannya, tetapi dia justru memelukku makin erat.

Pria itu menunduk, menggesekkan wajahnya di telingaku, lalu menjilat liang telingaku dengan lidahnya yang tebal. "Mau, 'kan?"

Sejujurnya, dorongan keinginan itu begitu kuat, seakan ada ratusan anak kucing yang sedang mencakar-cakar di antara kedua pahaku.

Pria di depanku ini muda, tampan dan kuat. Siapa yang bisa menahan diri?

Aku merasa malu dan gugup. Namun, api nafsu yang membara di perut bagian bawahku benar-benar membakar akal sehatku. Aku hampir tak bisa menahannya...

Seandainya suamiku tidak impoten...

"Sepertinya kamu sudah lama nggak terpuaskan, ya?"

Tanpa sadar, aku merasakan pantatku yang montok itu tiba-tiba menabrak sesuatu.

Seharusnya aku mendorongnya agar menjauh. Namun, tanpa kusadari, kakiku yang rapat justru terbuka. Darah di tubuhku bergejolak dan hasrat membara sulit ditahan. Akan tetapi, aku tetap berusaha menjauhkan pantatku dari tempat yang penuh dosa itu.

Makin aku ingin pergi, pria itu makin berani.

Dia mengulurkan jari-jarinya, menarik celana dalamku yang basah hingga ke bawah, memperlihatkan bagian paling pribadiku tanpa halangan apa pun.

Kemudian, dengan kedua tangannya, dia dengan paksa membuka pantatku dan mendorong bagian tubuhnya yang panas juga keras ke arahku...
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sentuhan Nakal di Perjalanan   Bab 9

    Pikiran itu membanjiri kepalaku, memenuhi setiap sudut benakku hingga membuatku hampir gila. Tidak, tidak boleh, akal sehatku jelas mengatakan jika ini sama sekali tidak boleh.Aku berusaha mendorong Farrel menjauh, tetapi semuanya sia-sia."Fifi, kamu benar-benar nggak mau? Sisa videonya tinggal dipotong saja. Suamimu nggak akan pernah melihatnya..." Farrel menggodaku dengan santai.Kata-kata itu dipenuhi godaan yang tidak ada habisnya, membuatku benar-benar tidak mampu bertahan lagi.Aku pun mendekat untuk menciumnya. Kemudian, Farrel memperlakukan tubuhku dengan kasar. Rasa malu pun sirna, yang tersisa hanya kegilaan.Tiba-tiba, terdengar langkah kaki yang tergesa-gesa di telingaku. Aku ketakutan hingga seluruh tubuhku menegang. Saat aku mendongak, ternyata suamiku datang.Di tangannya, dia memegang ponsel yang sudah merekam semua adegan memalukan antara aku dan Farrel."Fifi, dasar wanita murahan. Berani-beraninya selingkuh di belakangku. Akhirnya aku memergokimu. Kita cerai, harus

  • Sentuhan Nakal di Perjalanan   Bab 8

    Bahu suamiku bergetar. Berdasarkan pemahamanku tentang dirinya, itu tandanya suamiku sedang marah.Mungkin karena mengira Farrel itu tamu, dia pun menahan amarahnya.Suamiku adalah pria yang sangat posesif. Dia tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh apa pun yang menjadi miliknya, apalagi disentuh oleh pria lain.Aku pergi ke dapur untuk memasak, meninggalkan Farrel duduk di sofa dan mengobrol dengan suamiku, sambil sesekali mengintip untuk mengamati apa yang sedang terjadi.Kukira, Farrel akan mengucapkan kata-kata yang sudah kusampaikan padanya sebelumnya, lalu bertengkar hebat dengan suamiku dan membuat suamiku cemburu. Namun, ternyata Farrel tidak mengatakan apa pun.Aneh sekali. Suamiku yang biasanya sangat posesif, apa sekarang sudah berubah sifat?Di meja makan, keduanya sama sekali tidak menunjukkan hal yang aneh. Farrel hanya makan beberapa suap lalu pamit pergi.Suamiku bahkan tidak menanyakan hal itu padaku. Aku sendiri juga tidak berani mengangkat topik itu.Entah kenapa

  • Sentuhan Nakal di Perjalanan   Bab 7

    Tiba-tiba, di benakku terlintas kembali adegan demi adegan di bus. Pria yang dipenuhi aroma hormon itu dan kartu nama kusut yang dia berikan...Sepertinya dia seorang dokter. Jika aku meminta bantuannya, sepertinya kami bisa bekerja sama dengan baik.Makin kupikirkan, aku makin merasa jika ini adalah ide yang bagus. Aku pun mengeluarkan kartu nama itu, mengetik nomor ponselnya, menambahkannya di WhatsApp dan menunggu dengan cemas.Padahal sekarang sudah larut malam. Kemungkinan besar dia sudah tidur. Jadi, sebenarnya penantianku ini sia-sia.Namun, aku tidak bisa tidur. Jadi, apa lagi yang bisa kulakukan selain menunggu?Beberapa menit kemudian, layar ponselku menyala. Ternyata, dia sudah menerima permintaan pertemananku.Farrel bertanya: [Cantik, ada apa tengah malam begini mencariku? Hari itu kamu pergi dengan begitu kejam. Kukira kamu nggak menyukaiku.]Kata-kata itu penuh dengan perasaan yang mendalam. Aku menggigit bibirku untuk menahan jantungku yang berdebar-debar. Aku mencariny

  • Sentuhan Nakal di Perjalanan   Bab 6

    Riwayat pencariannya di internet bahkan lebih mengerikan lagi: [Aku mencintai istriku, tapi nggak tertarik secara seksual padanya. Sebaliknya, aku menikmati keintiman dengan rekan kerja priaku...][Bagaimana cara memberi tahu istri kalau suaminya sudah berubah menjadi gay setelah menikah?][Bagaimana cara menyembunyikan dari istri, kalau dirinya sudah berubah menjadi gay?]Ketika Sendy pergi, aku membersihkan rumah dan menemukan beberapa tisu bekas di tempat sampah, bahkan juga ada dua kondom bekas.Memikirkan hal itu, aku merasa malu sekaligus marah. Timbul rasa frustrasi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.Kenapa suamiku tiba-tiba jadi begini? Dia pasti selingkuh dengan Sendy dan bahkan berhubungan seks dengannya.Konyol memang. Akan tetapi, jika aku kalah dari perempuan, aku masih bisa merasa lebih baik.Jika berselingkuh dengan sesama pria, apakah itu tetap dianggap selingkuh? Aku mencari topik terkait di internet dan ternyata banyak wanita lain yang mengalami hal serupa. Bahk

  • Sentuhan Nakal di Perjalanan   Bab 5

    Tiba-tiba, aku merasa ada yang tidak beres. Ada seseorang di bawah meja yang menggosok-gosok kakiku. Setelah aku menghindar, dia kembali mengejarku dan malah makin berani hingga hampir menyentuh pangkal pahaku.Suamiku duduk di sebelah kiriku dan Sendy duduk di sebelah kananku. Yang digosok-gosok juga kaki kananku.Di meja makan hanya ada kami bertiga. Dari posisi ini, yang berani meraba-rabaku sudah pasti bukan suamiku, jadi tinggal Sendy saja.Aku menatap Sendy dengan malu dan marah. Sendy balas menatapku. Namun, dia tetap seenaknya memanfaatkan situasi dan berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa.Rekan kerja suamiku ternyata adalah orang yang cabul dan tidak bermoral.Namun, bagiku ini adalah rasa sakit sekaligus kenikmatan. Dia benar-benar sangat mengerti wanita. Bahkan, sudah hampir mengelus-ngelus "taman kecil" di antara kedua pahaku.Bukan hanya terasa panas, tetapi juga ada sensasi nyaman yang aneh dan kenikmatan seperti berselingkuh."Sayang, kenapa wajahmu merah? Apa kamu k

  • Sentuhan Nakal di Perjalanan   Bab 4

    Meski rekan kerja, dia tetaplah seorang wanita. Bagaimana bisa dibawa masuk rumah?Selain itu, setelah diperhatikan lebih saksama, sosok wanita ini mirip seperti wanita yang kulihat dari bus. Kemungkinan besar, mereka adalah orang yang sama.Sebelum aku bisa protes, Sendy mengulurkan tangan kanannya kepadaku. Dia tersenyum lebar sambil menatapku. "Halo, Kak Fifi. Maaf, sudah mengganggu dengan bekerja di rumahmu."Orang bilang, jangan memukul orang yang tersenyum padamu. Namun, bagiku, dia itu selingkuhan. Jadi, aku sengaja tidak menyalami tangannya dan menoleh ke arah suamiku. "Bagaimana bisa kamu membawa wanita lain pulang tanpa seizinku?"Suamiku tampak agak canggung. Sementara, Sendy menutup mulutnya dengan tangan dan terkikik. Dia tampak menikmati pertunjukan itu, sehingga membuatku menjadi makin geram."Apa yang kamu tertawakan?" Aku memelototi Sendy dan begitu ingin merobek-robek wajahnya.Beberapa detik kemudian, suamiku mulai menjelaskan, "Sayang, kamu salah paham. Sendy itu sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status