Share

Sentuhan Nakal di Perjalanan
Sentuhan Nakal di Perjalanan
Author: Sorami

Bab 1

Author: Sorami
Namaku Fifi Respati, seorang wanita muda yang sudah menikah.

Wajahku begitu polos, tetapi tubuhku lebih seksi dari model.

Seorang wanita yang begitu luar biasa sepertiku, malah menikah dengan suami yang impoten.

"Dasar wanita jalang, tiap hari berhasrat ingin begitu, mana ada pria yang sanggup?"

Suamiku melemparkan sebatang mentimun besar padaku, menyuruhku memuaskan diri sendiri dan bahkan menimpakan semua kesalahan padaku.

Padahal ini hanya kebutuhan biologis yang normal, kenapa dia memaksaku memakai benda lain sebagai pengganti?

Seketika itu juga, rasa kecewa yang begitu besar meluap dalam diriku. Di tengah malam yang sunyi, seluruh tubuhku gemetar. Rasa gatal yang hebat muncul di antara kedua kakiku. Di saat kebutuhanku tengah memuncak, aku justru tidak mendapatkan kehangatan dan kasih sayang.

Namun, aku tahu jika impotensi pada pria kebanyakan disebabkan oleh faktor psikologis. Oleh karena itu, aku tidak berani mengucapkan kata-kata kasar yang bisa melukai perasaan suamiku.

Hari ini, aku naik bus untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Aku berniat membeli beberapa torpedo sapi dan kerang gajah untuk memberi suplemen pada organ reproduksi suamiku, dengan harapan dapat menyembuhkan penyakitnya.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya aku berhasil naik bus umum di tengah kerumunan orang yang berdesakan. Bau keringat pria yang menyengat membuat hatiku makin gelisah.

Banyak lelaki di dalam bus yang melirikku dengan penuh gairah, terutama para tukang bangunan berjanggut kasar yang memancarkan pesona maskulinitas pria. Otot-otot mereka yang menonjol benar-benar kuat dan seksi.

Tubuh mungilku ikut berguncang seirama dengan ayunan tali pegangan bus, membuat tatapan mereka terus mengikuti gerakanku. Bahkan, sampai terdengar suara ludah yang ditelan berulang kali.

Dari mulut mereka keluar kata-kata kotor, seakan ingin memperkosaku hanya dengan tatapan matanya saja.

Memang benar, pria perkasa selalu blak-blakan dan langsung pada intinya…

Di dalam bus yang dipenuhi hawa hormon ini, di dalam tubuhku terasa seperti ada lautan luas yang bergolak hebat dan nafsuku juga ikut meningkat berkali-kali lipat.

Angin sepoi-sepoi dari jendela membuat ujung rokku berkibar. Aku menggigit bibir bawahku, menahan rasa gatal di antara kedua pahaku. Sementara, suatu perasaan yang sulit dijelaskan perlahan muncul dari dasar hatiku.

Beberapa pria dengan niat buruk mulai mendekat ke arahku. Tak lama kemudian, aku sudah terhimpit dari depan, belakang, kiri dan kanan. Begitu tubuhku bergerak sedikit saja, aku bisa merasakan sentuhan otot mereka yang panas membara, seperti potongan besi yang dipanaskan sampai merah.

Wajahku makin memerah. Detak jantungku juga bertambah cepat. Aku ini memang penuh pesona. Hanya saja, suamiku yang impoten tidak pernah menanggapi diriku.

Bagaimanapun, di dalam bus, mereka tentu tidak berani berbuat macam-macam. Oleh karena itu, aku pun membiarkan tubuh mudaku yang cantik ini memancarkan pesona tanpa batas.

Namun, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan hal-hal yang aneh. Kapan aku bisa merasakan kenikmatan orgasme yang diberikan suamiku?

Tiba-tiba, bus mengerem mendadak. Aku kehilangan pegangan pada tali pegangan dan tubuhku pun terlempar ke depan.

Entah siapa yang menarikku, hingga aku tidak sampai terjatuh ke lantai bus.

Saat menoleh, aku melihat seorang pria berusia sekitar 20 tahun. Tingginya sekitar 180 sentimeter. Dia terlihat tampan dan gagah, dengan kaos hitam yang tidak bisa menyembunyikan otot dadanya yang menonjol.

"Jangan melamun, kalau naik bus yang penuh sesak." Dia mendekat ke belakang telingaku dan berbisik. Sensasi geli yang lembut itu membuat hatiku bergetar.

Menghirup aroma penuh hormon khas anak muda itu, seluruh tubuhku terasa lemas. "Te... terima kasih..."

Aku bisa merasakan dengan jelas, pria itu menatap tajam ke arah bokongku dan air liurnya hampir menetes.

Detik berikutnya, sopir bus kembali menginjak rem secara tiba-tiba. Tubuh besar di belakangku malah menabrak ke depan. Apa dia juga tidak bisa menjaga keseimbangannya?

Para penumpang mengeluh tanpa henti. Namun, aku malah merasa begitu malu sampai tidak bisa berkata apa-apa.

Tangan yang besar dan kasar itu memeluk pinggangku. Kedua kakinya menekan dengan kuat, sehingga bokongku menempel rapat pada tubuhnya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sentuhan Nakal di Perjalanan   Bab 9

    Pikiran itu membanjiri kepalaku, memenuhi setiap sudut benakku hingga membuatku hampir gila. Tidak, tidak boleh, akal sehatku jelas mengatakan jika ini sama sekali tidak boleh.Aku berusaha mendorong Farrel menjauh, tetapi semuanya sia-sia."Fifi, kamu benar-benar nggak mau? Sisa videonya tinggal dipotong saja. Suamimu nggak akan pernah melihatnya..." Farrel menggodaku dengan santai.Kata-kata itu dipenuhi godaan yang tidak ada habisnya, membuatku benar-benar tidak mampu bertahan lagi.Aku pun mendekat untuk menciumnya. Kemudian, Farrel memperlakukan tubuhku dengan kasar. Rasa malu pun sirna, yang tersisa hanya kegilaan.Tiba-tiba, terdengar langkah kaki yang tergesa-gesa di telingaku. Aku ketakutan hingga seluruh tubuhku menegang. Saat aku mendongak, ternyata suamiku datang.Di tangannya, dia memegang ponsel yang sudah merekam semua adegan memalukan antara aku dan Farrel."Fifi, dasar wanita murahan. Berani-beraninya selingkuh di belakangku. Akhirnya aku memergokimu. Kita cerai, harus

  • Sentuhan Nakal di Perjalanan   Bab 8

    Bahu suamiku bergetar. Berdasarkan pemahamanku tentang dirinya, itu tandanya suamiku sedang marah.Mungkin karena mengira Farrel itu tamu, dia pun menahan amarahnya.Suamiku adalah pria yang sangat posesif. Dia tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh apa pun yang menjadi miliknya, apalagi disentuh oleh pria lain.Aku pergi ke dapur untuk memasak, meninggalkan Farrel duduk di sofa dan mengobrol dengan suamiku, sambil sesekali mengintip untuk mengamati apa yang sedang terjadi.Kukira, Farrel akan mengucapkan kata-kata yang sudah kusampaikan padanya sebelumnya, lalu bertengkar hebat dengan suamiku dan membuat suamiku cemburu. Namun, ternyata Farrel tidak mengatakan apa pun.Aneh sekali. Suamiku yang biasanya sangat posesif, apa sekarang sudah berubah sifat?Di meja makan, keduanya sama sekali tidak menunjukkan hal yang aneh. Farrel hanya makan beberapa suap lalu pamit pergi.Suamiku bahkan tidak menanyakan hal itu padaku. Aku sendiri juga tidak berani mengangkat topik itu.Entah kenapa

  • Sentuhan Nakal di Perjalanan   Bab 7

    Tiba-tiba, di benakku terlintas kembali adegan demi adegan di bus. Pria yang dipenuhi aroma hormon itu dan kartu nama kusut yang dia berikan...Sepertinya dia seorang dokter. Jika aku meminta bantuannya, sepertinya kami bisa bekerja sama dengan baik.Makin kupikirkan, aku makin merasa jika ini adalah ide yang bagus. Aku pun mengeluarkan kartu nama itu, mengetik nomor ponselnya, menambahkannya di WhatsApp dan menunggu dengan cemas.Padahal sekarang sudah larut malam. Kemungkinan besar dia sudah tidur. Jadi, sebenarnya penantianku ini sia-sia.Namun, aku tidak bisa tidur. Jadi, apa lagi yang bisa kulakukan selain menunggu?Beberapa menit kemudian, layar ponselku menyala. Ternyata, dia sudah menerima permintaan pertemananku.Farrel bertanya: [Cantik, ada apa tengah malam begini mencariku? Hari itu kamu pergi dengan begitu kejam. Kukira kamu nggak menyukaiku.]Kata-kata itu penuh dengan perasaan yang mendalam. Aku menggigit bibirku untuk menahan jantungku yang berdebar-debar. Aku mencariny

  • Sentuhan Nakal di Perjalanan   Bab 6

    Riwayat pencariannya di internet bahkan lebih mengerikan lagi: [Aku mencintai istriku, tapi nggak tertarik secara seksual padanya. Sebaliknya, aku menikmati keintiman dengan rekan kerja priaku...][Bagaimana cara memberi tahu istri kalau suaminya sudah berubah menjadi gay setelah menikah?][Bagaimana cara menyembunyikan dari istri, kalau dirinya sudah berubah menjadi gay?]Ketika Sendy pergi, aku membersihkan rumah dan menemukan beberapa tisu bekas di tempat sampah, bahkan juga ada dua kondom bekas.Memikirkan hal itu, aku merasa malu sekaligus marah. Timbul rasa frustrasi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.Kenapa suamiku tiba-tiba jadi begini? Dia pasti selingkuh dengan Sendy dan bahkan berhubungan seks dengannya.Konyol memang. Akan tetapi, jika aku kalah dari perempuan, aku masih bisa merasa lebih baik.Jika berselingkuh dengan sesama pria, apakah itu tetap dianggap selingkuh? Aku mencari topik terkait di internet dan ternyata banyak wanita lain yang mengalami hal serupa. Bahk

  • Sentuhan Nakal di Perjalanan   Bab 5

    Tiba-tiba, aku merasa ada yang tidak beres. Ada seseorang di bawah meja yang menggosok-gosok kakiku. Setelah aku menghindar, dia kembali mengejarku dan malah makin berani hingga hampir menyentuh pangkal pahaku.Suamiku duduk di sebelah kiriku dan Sendy duduk di sebelah kananku. Yang digosok-gosok juga kaki kananku.Di meja makan hanya ada kami bertiga. Dari posisi ini, yang berani meraba-rabaku sudah pasti bukan suamiku, jadi tinggal Sendy saja.Aku menatap Sendy dengan malu dan marah. Sendy balas menatapku. Namun, dia tetap seenaknya memanfaatkan situasi dan berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa.Rekan kerja suamiku ternyata adalah orang yang cabul dan tidak bermoral.Namun, bagiku ini adalah rasa sakit sekaligus kenikmatan. Dia benar-benar sangat mengerti wanita. Bahkan, sudah hampir mengelus-ngelus "taman kecil" di antara kedua pahaku.Bukan hanya terasa panas, tetapi juga ada sensasi nyaman yang aneh dan kenikmatan seperti berselingkuh."Sayang, kenapa wajahmu merah? Apa kamu k

  • Sentuhan Nakal di Perjalanan   Bab 4

    Meski rekan kerja, dia tetaplah seorang wanita. Bagaimana bisa dibawa masuk rumah?Selain itu, setelah diperhatikan lebih saksama, sosok wanita ini mirip seperti wanita yang kulihat dari bus. Kemungkinan besar, mereka adalah orang yang sama.Sebelum aku bisa protes, Sendy mengulurkan tangan kanannya kepadaku. Dia tersenyum lebar sambil menatapku. "Halo, Kak Fifi. Maaf, sudah mengganggu dengan bekerja di rumahmu."Orang bilang, jangan memukul orang yang tersenyum padamu. Namun, bagiku, dia itu selingkuhan. Jadi, aku sengaja tidak menyalami tangannya dan menoleh ke arah suamiku. "Bagaimana bisa kamu membawa wanita lain pulang tanpa seizinku?"Suamiku tampak agak canggung. Sementara, Sendy menutup mulutnya dengan tangan dan terkikik. Dia tampak menikmati pertunjukan itu, sehingga membuatku menjadi makin geram."Apa yang kamu tertawakan?" Aku memelototi Sendy dan begitu ingin merobek-robek wajahnya.Beberapa detik kemudian, suamiku mulai menjelaskan, "Sayang, kamu salah paham. Sendy itu sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status