Share

Bab 24

Author: Saggyryes
last update Last Updated: 2025-11-30 08:44:40

"Emang kenapa?" tanya Andini tanpa rasa bersalah.

"Nggak enak, An! Coba kalau kamu yang ditatap kayak gitu?!"

"Aku sih nggak masalah kalau yang tatap aku itu, Om!" ledek Andini.

"Astaga, Andini!" Satria menutup sebagian wajah dengan tangan kanannya.

'Andini paling bisa membuatku salah tingkah! Aku jadi seperti kembali ke masa muda!' batin Satria.

Beberapa saat kemudian, pesanan mereka datang. Andini dan Satria pun mulai menyantapnya.

'Benar kata Andini, rasanya sangat enak!' batin Satria lagi. Dia sangat bernafsu saat memakannya.

Andini yang melihatnya hanya tersenyum. Tidak ada niat sedikitpun untuk meminta Satria berhenti makan.

"Gimana, Om? Enak?!"

"Sangat! Hebat kamu bisa menemukan tempat makan seperti ini, An!"

"Baguslah kalau Om suka!" jawab Andini.

"Nanti, kalau Om mau makan apapun itu.. tanya aku aja! Aku pasti punya rekomendasi tempat makan terbaik!" Andini meyakinkan.

"Oke!"

Selesai makan, Satria bergegas membayar pesanan mereka dan ke luar meninggalkan tempat makan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sentuhan Panas Ayah Sahabatku   Bab 48

    "Halo, Sis?" tanya Andini. Ia sengaja menelpon Siska karena rasa penasaran yang terus memintanya untuk mencari tahu. Selain itu, ia juga ingin memastikan alasan status yang dibuat oleh Siska 20 menit lalu. "Iya, An.. Kenapa?" tanya Siska di seberang sana. "Maaf ya untuk hari ini.. Gue benar-benar nggak bisa ke sana tadi." ucap Andini penuh dengan penyesalan. "Lo tau kan kondisi Tante gue? Gue nggak mau dia kenapa-kenapa lagi, Sis.. Gue.. ""Iya, gue paham kok, An. Lo nggak perlu minta maaf sampai segitunya." jawab Siska. "Meski awalnya gue sempat kesal dan sedih sih... Tapi alasan lo kan emang benar, An.." Siska menjelaskan. "Lagian, gue juga nggak mau kalau semisal lo datang ke acara gue terus tiba-tiba terjadi suatu hal yang membuat lo sedih. Gue pasti bakal nyesel banget, An. "Ia sengaja memotong pembicaraan Andini. Ia tidak mau Andini terus merasa bersalah hanya karena tidak bisa datang ke rumah untuk merayakan ulang tahunnya. Ulang tahun yang biasa mereka rayakan bertiga. I

  • Sentuhan Panas Ayah Sahabatku   Bab 47

    "Ibu?!" tanya Zaskia saat ia hampir saja sampai ke meja makan. Senyumnya mengembang lebar. Siska dan Satria saling bertatapan sekilas, lalu memandang ke arahnya. Tak lama kemudian, Siska mengangguk pelan. Dalam hatinya, ia berharap agar Zaskia tidak salah paham dengan ucapannya tadi. Zaskia berjalan mendekati Siska dan memeluknya dengan lembut. Dengan senang hati, Siska menerima pelukkan itu. "Kamu tenang aja sayang, Ibu udah di sini. Kamu jangan khawatir, Ayahmu pasti akan mengabulkan semua permintaan kamu." Zaskia melepas pelukkannya perlahan dan melihat ke arah Satria. "Bukan begitu, sayang?"Satria menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia sama sekali tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan Zaskia. Siska yang paham akan situasi mulai tidak kondusif mencoba meluruskan kesalahpahaman dan mencairkan suasana. "Bu.. Maaf sepertinya Ibu... salah paham." Siska nyengir. Zaskia mengerutkan kening. "Apa maksud kamu salah paham, Sis? Tadi Ibu dengar sendiri kok, kalau k

  • Sentuhan Panas Ayah Sahabatku   Bab 46

    "U-udah... Tante." jawab Andini, pelan. Tapi masih bisa terdengar di telinga Serena. Serena tersenyum tipis. "Yah, sayang ya.. Padahal, Tante punya anak laki-laki ganteng banget loh, An!" "Oh gitu ya, Tante." jawab Andini. Ia sengaja berpura-pura tidak tau tentang Dion. Agar pembicaraan mereka tidak terlalu melebar. Serena menganguk. Matanya masih lurus menatap Andini. Seolah ia sedang menilai sambil mempromosikan anak semata wayangnya. "Iya. Dia itu anak yang mandiri, An. Bahkan untuk karirnya sendiri pun ia memilih jalan yang berbeda dari Papinya." tutur Serena bangga. "Wah keren ya, Tante." jawab Andini menanggapi. "Iya, keren kan. Oh ya, ayo di makan dan minum dulu, An!" ajak Serena. "Tante udah lapar nih." Ia tersenyum. "Iya, Tante."Bi Minah tadi menyajikan catering yang Andini bawa serta beberapa makanan lain dan minuman untuk mereka berdua. Untuk mempersingkat waktu dan tanpa malu-malu lagi, Andini mengambil nasi, daging bebek panggang, dan tumis caylan. Selesai makan

  • Sentuhan Panas Ayah Sahabatku   Bab 45

    "Su-sudah, Pak!" Andini mengangguk ragu. Ia melihat Zaskia yang mengekor di belakang Satria menatap nanar ke arahnya. "Ayo!" ucap Satria. Andini mengangguk dan berjalan menghampiri Satria. "Jadi kamu lebih milih dia dibanding aku, Sat?" bentak Zaskia. Ia menunjuk Andini lalu beralih menunjuk dirinya sendiri. Satria melihat ke arah Zaskia. "Seperti yang kamu lihat! Tidak perlu saya jelaskan lagi, kan?!" Satria kembali menoleh. Lalu ia berjalan beriringan dengan Andini, meninggalkan Zaskia sendiri di sana. "Sat!" panggil Zaskia lagi. Namun percuma. Andini dan Satria terus berjalan tanpa memperdulikan panggilannya. "Sayang... " panggil Andini. Ia melihat ke arah Satria. Akhirnya Andini bersuara juga setelah cukup lama mereka berada di dalam mobil. "Iya?" tanya Satria tanpa mengalihkan pandangannya. Ia fokus memperhatikan jalan. Andini mengerutkan kening. "Apa nggak masalah?" "Nggak masalah apa maksud kamu?" Satria menoleh ke arah Andini sebentar, lalu kem

  • Sentuhan Panas Ayah Sahabatku   Bab 44

    "Pulang?"Satria mengangguk. "Iya, saya lupa ada janji dengan Siska. Dia kan hari ini ulang tahun." Satria mencoba mengingatkan. "Apa kamu lupa?" Ia mengerutkan kening. "Nggak dong sayang... Untuk ultah kamu dan Siska, aku selalu ingat." ucap Andini, bangga. "Tadi pagi, aku juga udah kirim kado dan bunga lili kesukaan Siska ke rumah.""Tapi emang sih, aku nggak janji bisa ketemu dia hari ini dan kemungkinan besok baru datang ke rumah."Satria mengerutkan kening, "Emang kamu hari ini ada acara apa? Biasanya kan kalian rayakan bareng sebelum acara."Kalau ke sana, Siska pasti minta aku untuk menginap. Sedangkan hari ini aku harus pulang ke rumah untuk membantu Tante." jawab Andini. "Dia ada banyak pesanan nasi kotak dan kue untuk besok pagi." Ia kembali menjelaskan. "Oh gitu! Ya udah kita pulang sekarang aja yuk!" ajak Satria. "Saya nggak mau telat dan buat Siska kecewa karena nunggu lama."Andini mengangguk. "Ayo sayang.. " Ia sedikit melompat dari meja Satria. Satria tersenyum

  • Sentuhan Panas Ayah Sahabatku   Bab 43

    "Yang..."Satria mengerutkan kening. "Yang?" Andini mengangguk. " Iya, kan udah bukan jam kerja. Jadi, nggak apa-apa kan kalau aku panggil sayang?"Satria menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. "Tapi nggak harus yang juga kan, An. Kayak ABG aja!" Ia memijat pelipisnya yang sedikit pusing karena tingkah Andini. "Pangil seperti biasa aja. Nggak usah berubah." tutur Satria. "Nanti kamu bingung sendiri kalau pas lagi jam kerja."Andini terkikik. "Takut ya karena panggilannya sama kayak mantan istri? Khawatir ketuker gitu?"Alis sebelah kanannya naik sebelah. Wajah Andini yang tadinya tersenyum tipis karena meledek Satria, kini berubah masam.'Astaga! Sepertinya ucapanku benar!' batin Andini. 'Apa aku harus merubah nama panggilan untuk kami berdua?'Wajah Satria bersemu merah. "Apaan sih kamu, An? Bukan begitu maksud saya."Satria sadar kalau sekarang hubungan mereka sudah jauh berbeda dari sebelumnya. Mungkin merubah nama panggilan adalah langkah awal yang baik untuk hu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status