LOGIN"Hotel?" Andini mengerutkan kening. "Iya, hotel..."'Astaga! Apa Andini tidak tau selain Perusahaan RA Company, Pak Satria juga pemilik beberapa perusahaan properti lainnya seperti hotel, mall, dan beberapa perusahaan lainnya?!' batin Dila. Ia melihat Andini seraya menyelidik. "Oh! Oke Mbak. Berarti berkasnya..." Andini mulai merasa panik. Entah kenapa mendengar Dila menyebut hotel membuatnya kaget dan berdesir... aneh.Ia menggeleng singkat. Sama sekali tidak terlihat oleh Dila. Setelah melakukannya beberapa kali dengan Satria, otaknya semakin sering travelling dan berfikir aneh jika ada kata-kata yang menyerempet ke arah... ranjang. "Ini kan, Mbak?" tanya Andini sambil membawa beberapa dokumen ke hadapan Dila. Dila mengangguk. Ia membuka laci meja sebelah kanan atas. "Betul, An. Sama bawa ini juga ya... Kemarin, aku lupa titip kamu." Ia nyengir. Lalu menyerahkan dokumen tersebut kepada Andini. Andini tersenyum. "Oke, Mbak!""Sama ini voucher taksi aku kasih 2 lembar ya, An. Sa
"Halo, Sis?" tanya Andini. Ia sengaja menelpon Siska karena rasa penasaran yang terus memintanya untuk mencari tahu. Selain itu, ia juga ingin memastikan alasan status yang dibuat oleh Siska 20 menit lalu. "Iya, An.. Kenapa?" tanya Siska di seberang sana. "Maaf ya untuk hari ini.. Gue benar-benar nggak bisa ke sana tadi." ucap Andini penuh dengan penyesalan. "Lo tau kan kondisi Tante gue? Gue nggak mau dia kenapa-kenapa lagi, Sis.. Gue.. ""Iya, gue paham kok, An. Lo nggak perlu minta maaf sampai segitunya." jawab Siska. "Meski awalnya gue sempat kesal dan sedih sih... Tapi alasan lo kan emang benar, An.." Siska menjelaskan. "Lagian, gue juga nggak mau kalau semisal lo datang ke acara gue terus tiba-tiba terjadi suatu hal yang membuat lo sedih. Gue pasti bakal nyesel banget, An. "Ia sengaja memotong pembicaraan Andini. Ia tidak mau Andini terus merasa bersalah hanya karena tidak bisa datang ke rumah untuk merayakan ulang tahunnya. Ulang tahun yang biasa mereka rayakan bertiga. I
"Ibu?!" tanya Zaskia saat ia hampir saja sampai ke meja makan. Senyumnya mengembang lebar. Siska dan Satria saling bertatapan sekilas, lalu memandang ke arahnya. Tak lama kemudian, Siska mengangguk pelan. Dalam hatinya, ia berharap agar Zaskia tidak salah paham dengan ucapannya tadi. Zaskia berjalan mendekati Siska dan memeluknya dengan lembut. Dengan senang hati, Siska menerima pelukkan itu. "Kamu tenang aja sayang, Ibu udah di sini. Kamu jangan khawatir, Ayahmu pasti akan mengabulkan semua permintaan kamu." Zaskia melepas pelukkannya perlahan dan melihat ke arah Satria. "Bukan begitu, sayang?"Satria menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia sama sekali tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan Zaskia. Siska yang paham akan situasi mulai tidak kondusif mencoba meluruskan kesalahpahaman dan mencairkan suasana. "Bu.. Maaf sepertinya Ibu... salah paham." Siska nyengir. Zaskia mengerutkan kening. "Apa maksud kamu salah paham, Sis? Tadi Ibu dengar sendiri kok, kalau k
"U-udah... Tante." jawab Andini, pelan. Tapi masih bisa terdengar di telinga Serena. Serena tersenyum tipis. "Yah, sayang ya.. Padahal, Tante punya anak laki-laki ganteng banget loh, An!" "Oh gitu ya, Tante." jawab Andini. Ia sengaja berpura-pura tidak tau tentang Dion. Agar pembicaraan mereka tidak terlalu melebar. Serena menganguk. Matanya masih lurus menatap Andini. Seolah ia sedang menilai sambil mempromosikan anak semata wayangnya. "Iya. Dia itu anak yang mandiri, An. Bahkan untuk karirnya sendiri pun ia memilih jalan yang berbeda dari Papinya." tutur Serena bangga. "Wah keren ya, Tante." jawab Andini menanggapi. "Iya, keren kan. Oh ya, ayo di makan dan minum dulu, An!" ajak Serena. "Tante udah lapar nih." Ia tersenyum. "Iya, Tante."Bi Minah tadi menyajikan catering yang Andini bawa serta beberapa makanan lain dan minuman untuk mereka berdua. Untuk mempersingkat waktu dan tanpa malu-malu lagi, Andini mengambil nasi, daging bebek panggang, dan tumis caylan. Selesai makan
"Su-sudah, Pak!" Andini mengangguk ragu. Ia melihat Zaskia yang mengekor di belakang Satria menatap nanar ke arahnya. "Ayo!" ucap Satria. Andini mengangguk dan berjalan menghampiri Satria. "Jadi kamu lebih milih dia dibanding aku, Sat?" bentak Zaskia. Ia menunjuk Andini lalu beralih menunjuk dirinya sendiri. Satria melihat ke arah Zaskia. "Seperti yang kamu lihat! Tidak perlu saya jelaskan lagi, kan?!" Satria kembali menoleh. Lalu ia berjalan beriringan dengan Andini, meninggalkan Zaskia sendiri di sana. "Sat!" panggil Zaskia lagi. Namun percuma. Andini dan Satria terus berjalan tanpa memperdulikan panggilannya. "Sayang... " panggil Andini. Ia melihat ke arah Satria. Akhirnya Andini bersuara juga setelah cukup lama mereka berada di dalam mobil. "Iya?" tanya Satria tanpa mengalihkan pandangannya. Ia fokus memperhatikan jalan. Andini mengerutkan kening. "Apa nggak masalah?" "Nggak masalah apa maksud kamu?" Satria menoleh ke arah Andini sebentar, lalu kem
"Pulang?"Satria mengangguk. "Iya, saya lupa ada janji dengan Siska. Dia kan hari ini ulang tahun." Satria mencoba mengingatkan. "Apa kamu lupa?" Ia mengerutkan kening. "Nggak dong sayang... Untuk ultah kamu dan Siska, aku selalu ingat." ucap Andini, bangga. "Tadi pagi, aku juga udah kirim kado dan bunga lili kesukaan Siska ke rumah.""Tapi emang sih, aku nggak janji bisa ketemu dia hari ini dan kemungkinan besok baru datang ke rumah."Satria mengerutkan kening, "Emang kamu hari ini ada acara apa? Biasanya kan kalian rayakan bareng sebelum acara."Kalau ke sana, Siska pasti minta aku untuk menginap. Sedangkan hari ini aku harus pulang ke rumah untuk membantu Tante." jawab Andini. "Dia ada banyak pesanan nasi kotak dan kue untuk besok pagi." Ia kembali menjelaskan. "Oh gitu! Ya udah kita pulang sekarang aja yuk!" ajak Satria. "Saya nggak mau telat dan buat Siska kecewa karena nunggu lama."Andini mengangguk. "Ayo sayang.. " Ia sedikit melompat dari meja Satria. Satria tersenyum







