Share

7. Mematai Eliza

Author: MAMAZAN
last update Huling Na-update: 2025-06-19 11:23:03

Perjalanan Kevin dan Eliza menuju Mall memakan waktu lebih lama karena jalanan sudah mulai padat merayap.

"Sejak kapan kenal sama Angel?" tanya Kevin memulai percakapan, setelah kurang lebih sepuluh menit tanpa suara yang hanya terdengar alunan musik dalam mobil.

"Hmm... Kurang lebih tiga tahunan gitu kak. Semenjak kuliah, Angel kakak senior aku, dan Angel sering ngasih ide dan masukan ke aku. Karena nyambung dan nyaman sama Angel akhirnya kita berdua bersahabat sampai sekarang," jawab Eliza.

"Lalu kami sama-sama punya ide buat merintis usaha dari hasil design kami berdua, akhirnya ada deh itu Butik..." sambung Eliza dengan senyum lebarnya.

"Dari pada ide terbuang percuma gak tersalurkan, akhirnya dengan mendirikan butik menjadi hal positif untuk aku dan Angel," Eliza panjang kali lebar menjelaskan, lalu mengambil nafas karena bicara tanpa titik koma.

"Hahahhaah... " Kevin hanya bisa tertawa melihat tingkah Eliza.

"Kenapa gak buat yang besar aja skalian?" tanya Kevin lagi.

"Yahh gak dulu lah kak... Namanya juga masih belajar. Trussss tuhh kemarin aku gak tahu kalau yang punya Mall itu Papanya Angel!" protes Eliza mengingat pada saat itu Angel tidak pernah berbicara mengenai statusnya.

"Hahahha seriuss??" tawa renyah Kevin.

"Iyah Kak Kevin! Seriuss!!" seru Eliza sambil mengangkat dua jarinya.

"Hahahaha, terus kapan kamu tahu?" selidik Kevin.

"Hmmm pada saat Angel maksa ambil outlet yang lebih besar, dan jelasin kalau ini Mall papanya! Jadi kami tidak perlu mikirin biaya sewa tenant," kenang Eliza dan itu membuat Eliza shock. Walaupun Eliza dari keluarga berada juga. Tapi memang tidak sekaya orang tua Kevin dan Angel.

"Otomatis Eliza kaget dong!" sambung Eliza menggeleng kepala mengingat kejadian itu.

"Terus kenapa tetap milih outlet kecil?" tanya Kevin penasaran.

"Yah itu tetap gak berubah kak, aku jelasin ke Angel kalau kita ini ‘kan baru belajar wirausaha, lebih baik mulai dari yang kecil dulu sambil lihat perkembangannya gimana, lalu Angel juga setuju deh," kenang Eliza. Itulah yang membuat persahabatan mereka awet sampai sekarang. Saling menghargai dan terbuka.

"Hm Goodjob buat kalian berdua!" seru Kevin sambil mengangkat jempolnya ke Eliza.

"Thank you kak Kevin!" Eliza senang dan mengembangkan senyum manisnya.

"Di butik mau ngapain? Sibuk?" selidik Kevin.

"Palingan cuma cek stock dan kontrol bentaran aja sih kak," jawab Eliza.

"Hmm oke... Lunch bareng ya? Aku juga hari ini santai di kantor karena weekend" ajak Kevin.

"Yahh... Maaf banget kak Kev... Eliza udah terlanjur janjian sama teman buat makan siang," jawab Eliza serba salah. Dapat ajakan tiba-tiba dari Kevin, padahal dia terlanjur membuat janji dengan Aldi.

"Hmm, it’s ok, Eli" Kevin mengusap lembut puncak kepala Eliza.

"Thank you, kak."

"Dinner boleh?" tanya Kevin lagi yang masih berharap.

"Kalau dinner boleh kak Kev," jawab Eliza mengiyakan ajakan Kevin. Entah keberanian dari mana dia menerima ajakan makan malam dari pria yang baru dia kenal dan baru empat kali bertemu terhitung hari ini.

"Good! Nanti aku jemput di butik," balas Kevin santai.

"Siap kak!" Eliza menaikkan jempol ke Kevin.

Tak terasa mereka sudah tiba di pelataran basement lantai tiga dan Kevin memakirkan mobil di pelataran khusus CEO yang dekat dengan pintu masuk.

Kevin membuka pintu untuk Eliza. Dan menemaninya berjalan ke butik.

Ternyata di butik sudah ada Aldi yang duduk manis menunggu Eliza.

"Hai kak!" sapa Eliza ke Aldi pada saat melihat Aldi duduk di sofa berwarna abu-abu disudut ruangan.

"Haii Eliza sayang..." balas Aldi sambil melambaikan tangannya.

"Kevin?" Aldi bingung melihat Kevin yang tiba-tiba muncul setelah Eliza masuk ke dalam butik.

"Yooo..." balas Kevin singkat. Kevin tak menyangka akan bertemu Aldi disini.

"Ternyata si Aldi yang ngajak Eliza, hmmm..." gumam Kevin dalam hati, merasa panas.

"Lohh kenal kak?" tanya Eliza sambil menunjuk ke arah kedua laki-laki di ruangan ini.

"Ya iyalah... Ini sahabat aku, Tuan Muda Kevin!" jawab Aldi ringan. Karna julukan Kevin dari dulu adalah Tuan Muda, "Lalu Eliza kenapa bisa bareng Kevin?" lanjut Aldi.

"Hmm iya kak, itu..." bingung Eliza mau jawab apa.

Kevin yang mulai gerah. Segera berpamitan ke mereka berdua.

"Ya sudah aku ke kantor... Yoo Al!" seru Kevin sambil berpamitan ke Aldi. Dan mengusap lembut puncak kepala Eliza.

"Oke Kev!" balas Aldi. Yang memiliki banyak pertanyaan tapi diurungkan.

"Iya kak Kevin, thank you tumpangannya," jawab Eliza dengan senyuman manis.

****

Eliza dan Aldi menuju salah satu Resto yang ada di Mall untuk makan siang.

"Hmm, dari mana kenal Kevin?" selidik Aldi yang sejak tadi tidak tenang melihat keakraban Eliza dan Kevin.

"Oh, Kak Kevin itu kakak sahabat aku kak," jawab Eliza sekenanya.

"Lalu kenapa bisa bareng datangnya?" tanya Aldi lagi.

"Kebetulan ketemu di apartment saudara, terus katanya Kak Kevin mau ke Mall juga," terang Eliza.

"Hm... Okeh!" jawab Aldi yang tidak ingin merusak suasana. Mendapatkan waktu berdua seperti ini dengan Eliza tidak mudah.

Mereka berdua sampai dis alah satu Restaurant BBQ ala Korea. Dan memesan makanan.

Setelah makan siang, Aldi dan Eliza lanjut untuk pergi ke Bioskop untuk nonton film action.

Tanpa sepengetahuan mereka berdua. Ternyata ada yang mengawasi gerak gerik mereka.

Satu jam yang lalu, pada saat Kevin menuju ke kantor.

"Halo, Don! Awasi Aldi dan Eliza" Seru Kevin ke salah satu pengawal pribadinya lewat telpon.

"Baik Tuan!" jawab singkat Don.

Kevin memutuskan sambungan telpon tersebut.

________________________________________

Drzzz Drzzz

Ponsel Kevin berdering dan langsung diangkat.

"Tuan.. Nona Eliza dan Tuan Aldi masuk ke Bioskop."

"Awasi mereka," titah Kevin.

"Baik Tuan!"

Don akhirnya ikut antri untuk membeli tiket. Kemudian masuk ke dalam theater.

Suasana didalam theater sudah gelap, menandakan film sudah mulai diputar. Ia pun mengambil posisi tepat dibelakang Eliza dan Aldi.

Don melihat Aldi sangat antusias bercerita dengan Eliza. Dan tiba-tiba Aldi mau mencium Eliza. Tapi Eliza menolak.

Don dengan segera melaporkan ke Kevin apa yang dia saksikan lewat pesan singkat.

"Eliza sayang, kenapa belum mau terima aku jadi pacar kamu?" tanya Aldi yang merasa sudah cukup dari tadi untuk basa basinya.

"Hm... Belum kepikiran kak untuk pacaran, mau fokus kuliah," jawab Eliza singkat dan tersenyum, berusaha menolak Aldi sehalus mungkin.

Aldi yang melihat samar muka manis Eliza menjadi tidak tahan ingin mencium bibir Eliza.

Eliza dengan cepat menarik mundur badannya dan mengalihkan perhatiannya.

"Shit!!" gumam Aldi dalam hati.

"Sorry," ucapan Aldi.

Eliza mengangguk pelan, "Ok kak, tolong jangan diulangi lagi," tegas Eliza.

"Oh iya Eliza sayang, kamis ini datang ke Ultahku yaa... Bawa sahabatmu juga," ujar Aldi mencairkan suasana.

"Hmm boleh kak," jawab Eliza yang sudah tidak fokus menonton.

"Ok nanti aku chat kamu untuk lokasi dan waktunya," ujar Aldi senang. Karena Aldi telah merencanakan sesuatu.

Don segera melaporkan semua yang dia lihat dan yang dia dengar ke Kevin.

Setelah selesai nonton, Eliza memutuskan untuk balik ke Butik.

Aldi pulang dengan rasa bahagia namun kecewa tidak bisa mendapatkan ciuman dari Eliza sesuai rencananya. Namun, pria itu kembali tersenyum menyeringai memikirkan rencananya hari kamis nanti.

Dia bertekad untuk bisa mendapatkan Eliza yang sudah berani menolaknya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   186. Part Tian Nita #29

    Part 186Edward menurunkan ponselnya, matanya melotot tajam menatap Tian. Rasa takut yang nyata kini menggantikan kesombongannya. Suaranya terdengar berat, penuh kepanikan yang tertahan."Apa yang kau lakukan pada Ayahku?!" teriak Edward, tubuhnya maju satu langkah, tapi nyalinya langsung menciut saat melihat tatapan membunuh dari mata Tian.Tian tidak beranjak dari tempatnya. Ia hanya memiringkan kepala, menyeringai angkuh. "Bukankah kau tadi bilang aku tidak punya hak untuk ikut campur, Edward?" Tian melangkah perlahan, mendekat ke Edward. "Sekarang, kurasa aku sudah memiliki semua hak itu. Ayahmu... ada di tangan orang-orangku."Nita memegang lengan Tian, terkejut dengan pengakuan itu. Tian memang CEO, tapi ia tidak menyangka Tian memiliki jaringan sejauh ini."Kau... kau tidak mungkin!" Edward menggeleng tak percaya, napasnya tersengal-sengal. Ia baru sadar, pria yang ia anggap remeh ini jauh lebih berbahaya dari semua musuh ayahnya."Aku bisa melakukan apa saja, Edward," bisik Ti

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   185. Part Tian Nita #28

    Part 185Sontak semua yang ada di ruangan terpusat pada Tian. Wajah Winston tampak tegang, sementara Edward membeku di tempatnya.Nita pun tidak paham apa maksud dari pembicaraan sang kekasih. Ia melihat ponsel Tian, merasa ada yang aneh. "Tian?" gumamnya, penuh tanya.Edward yang tadinya memasang wajah arogan, sempat tersentak dan membeku beberapa detik, hingga kembali ke kesadarannya. Ia menatap Tian dengan mata penuh kebencian dan kebingungan.Tian tersenyum lembut pada Nita, ia mengusap punggung Nita. "Kamu tidak perlu khawatir. Mulai sekarang biar aku yang bereskan cecunguk ini!" katanya, suaranya meyakinkan.Kemudian, Tian melihat ke arah Winston, berjalan mendekat sambil membawa serta Nita yang mengikutinya dari belakang."Ayah," panggil Tian dengan nada hormat. "Kamu tidak perlu khawatir. Sesuai janjiku, biar aku yang mengurusnya." Tian berhenti tepat di depan Winston, menatap ayah kekasihnya itu dengan mata penuh keyakinanWinston tersenyum hangat, sepertinya ia tidak salah m

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   184. Part Tian Nita #27

    Akhirnya mereka tiba di depan sebuah gedung yang terbilang mewah, perusahaan milik Winston—ayah Nita. Dari luar saja, ketegangan sudah terasa. Dan benar saja, begitu mereka berada di lobi perusahaan, suasananya terasa begitu mencekam. Para staf hanya bisa berdiri di sudut-sudut ruangan, ketakutan, melihat beberapa petugas dari kantor pajak dan entah dari mana lagi berlalu-lalang, menggeledah setiap meja dan lemari arsip.Nita mengepalkan tangannya. "Sialan Edward!" umpatnya dalam hati."Sebaiknya kita langsung ke ruangan Ayah," usul Tian, matanya mengawasi keadaan sekitar dengan tenang. Ia tidak ingin Nita panik.Nita mengangguk, hatinya terasa sesak. Ia merasakan hawa dingin yang menusuk."Tunjukkan ruangannya, sayang," sambung Tian, tangannya semakin erat menggenggam tangan Nita.Nita membalas genggaman Tian, seolah mencari kekuatan. Mereka berjalan cepat, melewati para staf yang menatap mereka dengan tatapan iba. Nita tahu, ayahnya sedang mengalami kesulitan, dan ini semua karena u

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   183. Part Tian Nita #26

    Part 183"Maaf, Tian..." Nita merasa bersalah akan pemikirannya yang picik. Ia yang terbiasa menyelesaikan segala urusannya sendiri pun tidak memikirkan perasaan Tian. Ia selalu berpikir, ia bisa mengatasi semuanya sendirian. Tapi, ia lupa, ia punya Tian sekarang.Tian tersenyum tipis, kelembutannya kembali terpancar di wajahnya. "Bukan masalah, sayang. Sekarang, apa pun yang ada di kehidupan kamu, libatkan aku. Jangan pernah merasa sendiri.""Terima kasih," Nita melingkarkan kedua tangannya di pinggang Tian, masuk ke dalam dekapan pria itu. Menyandarkan kepalanya di dada bidang yang menenangkan. Ia bisa mendengar detak jantung Tian, yang terasa begitu damai.Tian bernapas lega, ia mengusap punggung Nita. "Aku akan selalu ada untukmu, Nita. Kita akan lalui ini bersama. Aku janji.""Hmm, aku percaya Tian," bisik Nita, suaranya mantap. Ia benar-benar yakin dengan pria di depannya ini.Tian mengurai pelukannya, menatap wajah Nita lekat. "Jadi, apa yang dilakukan pria berengsek itu?" tany

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   182. Part Tian Nita #25 (21+)

    Part 182Ia memejamkan mata, menikmati sentuhan lembut yang kini bergerak memainkan klitorisnya. "Ahh, sayang!" desahnya, suaranya parau karena gairah.Tubuhnya bereaksi terlalu kuat terhadap setiap sentuhan Ken. Rubi mendesah tak kuasa, "Sayang...""Iya, sayang?" sahut Ken, suaranya serak, sembari menjilati leher halus Rubi. Ia tahu, istrinya sudah berada di ambang batas.Rubi menahan tangan suaminya yang terus saja memainkan inti tubuhnya. "Tahan, sayang," ucap Rubi mendesis, suaranya penuh permohonan. Tiba-tiba tangannya merambat ke area sensitif suaminya, mengelus kejantanan Ken yang sudah menegang."Ugh, sayang!" Ken menggeram, sorot matanya penuh gairah saat jemari dan tangan lembut Rubi perlahan mengurut kejantanannya.Ken memejamkan mata, membiarkan Rubi mengambil kendali. Rubi, dengan senyum menggoda, membenamkan wajahnya. Membuka mulut dan menjulurkan lidahnya. "Uhm...""Dang! Sayang... Argghhh!" Ken menggeliat, ia menggeram menahan napas. Urat-urat di bagian bawahnya terasa

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   181. Part Tian Nita #24 (21+)

    Part 181Di Paris, pasangan pengantin baru yang seharusnya menikmati bulan madu mereka malah sedang asyik menelpon dengan Margareth. Keduanya, yang tanpa henti saling bercumbu tadi, tertawa keras mendengar cerita yang keluar dari ponsel."Seriously, Mam?" tanya Rubi tidak percaya. Ia memeluk erat Ken, suaminya."Ya, sayang. Mami juga terkejut," balas Margareth dari seberang telepon. "Mereka tidak bisa diam, saling ejek seperti dulu, tapi sekarang ada kata 'sayang' dan 'kamu' di tengah-tengahnya.""Jadi, di mana mereka berdua sekarang?" tanya Ken, yang ikut bergabung dalam percakapan itu. Ia duduk di samping Rubi dan memeluk istrinya."Lagi main rumah-rumahan dengan Celina," jawab Margareth, menahan tawa gelinya.Ken dan Rubi saling melempar pandangan tidak paham. "Maksud Mam?" tanya Ken.Margareth menghela napas, "Yah... mereka sedang gladi menjadi seorang Papa dan Mama."Seketika tawa Ken meledak. "Oh, dang! Seorang Tian? Tian?" Ia menggeleng-gelengkan kepala tak percaya. "Pria sedin

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status