Share

Bab 5

Sejak pertemuan sengit itu, Ruma dan Raja berusaha menutup rapat-rapat peristiwa panas malam itu. Raja berusaha menepis rasa bersalahnya, sedang Ruma berusaha melanjutkan hidup dengan suami dinginnya. Sementara ini masih aman, karena pria berstatus suaminya itu masih anti dirinya, dingin, dan hampir tidak peduli. Sedang Raja berusaha mencari tahu apa yang telah terjadi malam itu.

"Permisi, selamat sore, saya salah satu pengguna kamar enam kosong enam kemarin. Kalau boleh tahu itu pesanan atas nama siapa ya? Saya juga mau minta rekaman CCTV hari kemarin."

"Sore, mohon maaf Bapak, aturan dari kami tidak boleh memberikan identitas pengunjung terhadap orang lain. Harap dijadikan maklum," ucap pegawai resepsionis itu mengatupkan kedua tangannya.

Sebenarnya Raja sudah menduga ini akan terjadi. Tetapi apa salahnya mencoba. Dia benar-benar sangat penasaran dengan kejadian malam itu.

"Kalau begitu, bolehkah saya melihat rekaman CCTV-nya?" ucap Raja penuh harap.

Resepsionis pun menghubungi manager hotel tersebut. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya seorang pria berperawakan sedang keluar menemuinya.

"Dokter Raja?" sapa seorang mengenalinya.

"Wawan, kamu manager di sini?" balas pria itu tak menyangka akan bertemu kawan lamanya.

"Ya, ada apa Bro?" tanya pria itu juga nampak kaget dan senang berjumpa dengan kawan baiknya yang sudah lama tak jumpa.

"Wah ... senang bertemu denganmu, apa kabar?"

"Baik-baik. Alhamdulillah."

Mereka berakrab ria saling memeluk hangat. Setelah menanyakan kabar satu sama lain, Raja pun menceritakan kronologi yang terjadi pada dirinya. Tidak sepenuhnya, tetapi jelas inti dari peristiwa yang menimpa pria itu. Hingga bisa terdampar di sebuah kamar panas bersama gadis bersuami. Naas sekali nasibnya.

"Waduh ... sebenarnya ini rahasia." Pria itu nampak galau, tetapi begitulah kekuatan orang dalam, semua bisa dengan mudah dibicarakan.

"Saya hanya ingin tahu saja. Siapakah orang baik yang sudah memesankan penginapan untukku," ucap Raja penasaran.

Dengan berat hati dan bersifat rahasia, mengingat pria baik di depannya juga pernah menolongnya, akhirnya Raja diperbolehkan untuk melakukan penyelidikan di hotel itu.

Pria itu begitu kaget saat melihat CCTV dengan gambar dirinya yang mendatangi kamar enam kosong enam. Sore itu dia memang sedang berkegiatan di sana untuk mengisi workshop. Rencananya akan sekalian menginap mengingat acaranya berlangsung hingga malam. Seingatnya, Raja hanya minum minuman yang sudah disediakan di meja oleh pihak penyelenggara. Kenapa bisa sefatal ini. Apakah minuman itu mengandung obat?

Pria itu menjadi merasa bersalah telah menuduh perempuan itu yang menggoda dan mendatanginya. Ia sempat berpikir kalau anak koas itu sengaja menjeratnya untuk kepentingan tertentu.

"Kasihan sekali, apakah Zura baru saja menikah dan belum sempat tidur dengan suaminya? Kenapa bisa kebetulan begini," batin Raja mendadak semakin kepikiran.

Jelas dia merasa bersalah, dia menjadi orang pertama yang seharusnya tidak melakukan itu. Apakah kemarin malam juga dia memaksanya? Sungguh, Raja tak bisa mengingat dengan jelas. Dia hanya merasa begitu menginginkan sesuatu pada dirinya.

"Bagaimana kalau setelah ini gadis itu dicap perempuan tidak benar oleh suaminya karena sudah tidak perawan lagi." Mendadak Raja galau. Sebagai pria yang bertanggung jawab, seharusnya dia mengakuinya.

"Bagaimana, apakah sudah mendapatkan petunjuk?" tanya Wawan bersifat membantu saja. Sejenak membuyarkan pikiran Raja.

Pria itu terus menyimak adegan berulang-ulang saat seorang karyawan membawakan minuman ke mejanya. Satu-satunya orang yang patut dicurigai. Karena setelah itu Raja tidak begitu jelas mengingatnya.

"Saya mau bertemu dengan orang di CCTV ini? Apakah kamu bisa memanggilkannya untukku," ujar Raja menunjuk salah satu karyawan yang dimaksud.

"Ya, tentu saja bisa," jawab Wawan lalu memanggil pria di vidio tersebut. Sayang, karyawan yang dimaksud tidak masuk lantaran izin hari ini.

"Apakah kamu mempunyai alamat pegawai ini?" tanya Raja mulai mendapatkan petunjuk.

Pria itu menyalin potongan vidio ke ponselnya. Dia akan menindak lanjuti kasus ini bila benar kesengajaan yang disebabkan oleh orang tak bertanggung jawab.

"Kurang tahu, tapi identitas semua pegawai di sini masuk dalam data kami. Biar aku lihat dulu."

Raja pun menyimpannya, dia harus bisa menemukan pelaku dibalik insiden malam panas itu. Karena ulah oknum tidak bertanggung jawabnya, dirinya dan seorang wanita menjadi korban.

"Sedikit ada titik terang, terima kasih Bro," ucap Raja mulai ada jalan. Walaupun dia masih penasaran dengan minuman yang tersaji di meja.

Pria itu pulang ke rumah orang tuanya. Sudah saatnya sungkem dengan kanjeng umma setelah beberapa hari tidak berkunjung ke rumah. Bahkan, jarang sekali mengunjungi ndalem.

"Raja pulang Umma," ucap pria dewasa itu dengan salam. Mencium takzim ibunya.

"Sudah makan?" tanya Umma Marsha selalu yang pertama.

"Belum, Umma, masih kenyang," jawab Raja belum terlalu lapar.

Sementara di sisi lain, Zura pulang dengan wajah mengantuk dan lelah. Belum sempat tidur, jadi dia akan tidur setelah bebersih. Perempuan itu baru saja menjatuhkan bokongnya ke kasur, lalu merebah sejenak merilekskan tubuhnya, tetiba pintu kamarnya dibuka begitu saja.

Ruma langsung terjingkat kaget, dia spontan menarik diri mengambil duduk. Lagian kenapa Mas Rasya tumben sore ini sudah pulang.

"Mas Rasya, bisa pelan nggak sih, minimal ketuk pintu dulu kalau masuk. Ngagetin orang aja," protes Ruma kesal. Hidup lagi capek-capeknya malah menemukan suami julidnya masuk ke kamar tanpa sopan.

"Bergegas Rum, mami mau ke sini. Cepetan pindahan kamar sebelah. Bawa sekalian barang kamu," ujar Rasya menginterupsi cepat.

"Kenapa harus pindah segala, biasanya juga mami main ke sini. Aku capek Mas, mau tidur dulu, tolong keluar."

Ruma benar-benar lelah, dia hanya butuh rehat sejenak mengingat semalam baru jaga malam dan paginya harus follow up pasien, hingga berlanjut di poli. Sudah macam zombie saja. Benar-benar butuh tidur.

"Beda lah, mami mau nginep. Kamu sekalian siapin makanan ya. Masak apa kek, jangan sampai mami curiga tentang hubungan kita."

Ruma menghela napas lelah, dia benar-benar butuh tidur walau sebentar. Tubuhnya capek, matanya ngantuk. Bagaimana ceritanya memasak di dapur, bisa-bisa hijrah ke alam mimpi.

Rasya mengemas barang Ruma tanpa permisi. Dia mondar-mandir memindah ke kamarnya. Repot sekali dia, entahlah. Ruma membiarkan saja pemandangan itu terjadi.

"Kamu kok malah bengong, cepat siapkan jamuan untuk mami," titah Rasya tanpa mau tahu kondisi istrinya.

"Ya Rabb, sabarku kurang panjang, dosaku banyak. Beri aku petunjuk agar bisa tetap ikhlas," batin Ruma seakan nyerah.

"Mas, kenapa tidak pesan saja. Aku sangat lelah," keluh perempuan itu mengiba.

"Ya sudah, terserah kamu saja," ujar Rasya pada akhirnya.

Ruma delivery makanan lewat ponsel pintarnya. Sembari menunggu pesanan datang, Ruma lebih dulu menyempatkan mandi.

"Huhf ... akhirnya beres juga," ucap Rasya selesai memindah barang asal.

Tak berselang lama Mami datang, Rasya langsung menyambut ibunya dengan suka cita.

"Di mana Ruma? Dia belum pulang?" tanya Mami Rasya sembari mengambil duduk.

"Baru pulang Ma, dia sedang mandi," jawab pria itu seolah hubungan mereka baik-baik saja.

Di depan ibunya, Rasya selalu bersikap manis dan baik terhadap dirinya. Ruma mulai lelah, sepertinya dia benar-benar akan menyerah.

"Kamu tidur di sofa, aku tidak mau satu ranjang denganmu," kata Rasya dingin.

"Hmm ... jangan khawatir, aku juga tidak tertarik untuk naik ke tempat tidurmu," jawab Ruma santai.

Comments (15)
goodnovel comment avatar
ramadhaniyulia
Rasya parah sih...punya istri spek bidadari gak di notice sama sekali
goodnovel comment avatar
Duma Candrakasi Harahap
jgn sampe kamu nyesel ya rasya
goodnovel comment avatar
Sumarni Eni
bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status