"Makasih," ucap Ruma lalu meminumnya. Dia memang haus dan lumayan capek. Beruntung ada Dokter Raja yang menolongnya malam ini. Raja hanya mengangguk mengiyakan. kembali fokus menatap depan dengan posisi masih duduk menyamping di belakang jok kemudi. Kedua kakinya keluar dari mobil. Sementara Ruma berdiri menyenderkan tubuhnya di badan mobil bagian samping. "Dokter baru pulang?" tanya Ruma berbasa-basi. Bingung dan canggung untuk melanjutkan obrolan. "Iya, kenapa tidak meminta jemput suamimu saja. Ini kan sudah malam juga. Apa kamu sudah memberi kabar?" tanya Raja hati-hati. Pria itu tidak bermaksud hendak ikut campur. Suasana sudah malam sedang dia tidak tega meninggalkan Ruma sendirian di jalan. Entahlah, hatinya mendadak sepeduli itu. "Belum." Ruma menggeleng. Sedetik kemudian wajahnya berubah menjadi sendu. Mana suaminya peduli, dia bahkan tidak mau tahu urusan Ruma sedang apa dan lagi apa. "Dokter kalau mau pulang, pulang saja. Sebentar lagi mungkin taksiku datang," ujar Ruma
Raja terus mengamati sampai Ruma masuk bersama seorang wanita. Sementara wajah Rasya terlihat begitu kesal.Pria itu semakin penasaran dengan apa yang tengah terjadi. Namun, tak gegabah menyapa Rasya lantaran tak punya alasan yang tepat maksud keberadaannya di sana.Setelah beberapa menit berlalu, Rasya memutuskan masuk. Namun, langkahnya terhenti saat prasangkanya merasakan ada seseorang di luar sana yang seperti tengah mengamati pergerakannya.Raja sendiri langsung beranjak cepat begitu melihat Rasya menoleh. Dia perlu tahu lebih dulu tanpa melibatkan siapa pun."Kaya ada orang," gumam Rasya berjalan mendekat. Sekilas seperti melihat bayangan orang lain, tetapi tak begitu jelas. Ia yang hendak masuk malah penasaran untuk melihat dulu siapa dibalik pepohonan hias itu. Sementara Raja yang berada di tempat persembunyiannya pun harap-harap cemas sembari menyiapkan prakata barang kali ditemukan oleh Rasya. Dia berpikir keras untuk mencari alasan yang tepat. "Rasya, ngapain kamu masih d
"Ruma! Rasya!" seru Raja menyebut namanya. Terlihat jelas perempuan itu diantar Rasya. Raja bahkan melihat langsung keluar dari mobilnya. Tentu hal itu sangat mencurigakan. Bukankah Ruma punya suami, dan Rasya juga sudah menikah? Kali ini Raja harus menyapanya. Mumpung dalam kawasan tempat kerjanya."Dokter?" sapa Ruma kikuk sendiri. Menormalkan ekspresi kejutnya yang tiba-tiba. Pagi-pagi sudah bertemu dengan Dokter Raja. Apa kabar hari ini. "Raja!" sahut Rasya balas memanggilnya."Kalian kok bisa bareng?" tanya Dokter Raja biasa saja. Berusaha menyembunyikan rasa kepo yang sudah menggunung sejak kemarin. Selebihnya dia memang menaruh curiga. Pasti akan mencari tahu setelah ini. Entahlah, mendadak ia begitu tertarik dengan urusan mereka. Apakah itu semua gegara Ruma. "Kebetulan bertemu di jalan, aku kasihan saja melihatnya sepertinya buru-buru sedang menunggu taksi, jadi kuajak bareng," jelas Rasya beralasan. Tersenyum yang bagi Rasya jelas kurang menyakinkan. "Owh ...." Raja meng
Ruma langsung berdiri begitu saja meraih Vina. Dia mensejajarkan tubuhnya kaget saat menyadari kesalahan yang baru saja diperbuat."Dokter Raja!" seru gadis itu terkesiap langsung melepas tangannya. Wajahnya merona malu sekaligus pucat seketika. Bagaimana bisa dia menarik orang yang salah. Dan sialnya, Dokter Raja yang kebetulan melintas. Kenapa bisa kebetulan sekali. Apakah semesta sedang mempermainkannya.Terus Vina ke mana? Kenapa Ruma sampai tidak sadar begini.Raja yang kebetulan baru saja keluar dari lift kaget saat tiba-tiba seseorang menarik jasnya begitu saja. Dia hampir saja terjerembab kalau tidak sigap mempertahankan diri. Untung tubuhnya cukup kuat ketimbang tarikan Ruma yang mungkin tidak disengaja itu. Entahlah.Pria itu balas menatap Ruma datar, ada apa dengan perempuan ini. Sepertinya salah fokus sampai menarik-narik dirinya begini. "Maaf Dok, saya nggak sengaja," ucap Ruma kikuk. Wajahnya merah padam tak karuan."Ya ... kamu lagi banyak pikiran ya?" tebak Dokter Raja
Mobil terus melaju membawa keduanya. Ruma hanya diam dengan pikirannya sendiri. Dia bingung dan tidak punya topik untuk menanyakan sesuatu. Begitupun dengan Dokter Raja, sebenarnya dia punya banyak pertanyaan mengenai wanita di sampingnya. Bahkan sangat penasaran dengan kehidupannya sejak malam panas itu. Apakah suaminya tahu akan hal ini? Pasti sangat kecewa kalau tahu Ruma bermalam dengan pria lain walaupun itu sebuah ketidaksengajaan. Hening untuk beberapa menit berlalu. Sampai mobil itu berhenti tepat di halaman sebuah bengkel dan toko sparepart. "Udah sampai ya?" tanya Ruma begitu mobil itu terparkir sempurna. "Iya, ayo turun!" kata Raja membuka pintu. Diikuti Ruma keluar dari mobil. Raja terlihat beramah tamah dengan pegawai di sana. Sepertinya sudah akrab betul. "Motornya udah jadi Mat?" tanya pria itu memastikan. "Eh, Gus Raja, sudah beres Gus, tapi belum sempat dicuci. Nunggu sebentar ya, tak selesaikan satu lagi," ujarnya sembari sibuk mengerjakan yang lain. "Ya sudah
Rasya tidak menyahut, berlalu ke kamar mandi dengan membanting pintu. Entahlah, ia merasa sangat tidak nyaman dengan perkataan istrinya.Sementara Ruma, tak peduli respon pria itu seperti apa, dia lelah untuk terus menjadi bonekanya. Sudah cukup satu tahun dia mengalah dengan segala bentuk sikap dinginnya. Sudah waktunya perempuan itu mengakhiri semuanya. Dia tidak ingin memaksa keadaan yang tak kunjung berpihak padanya.Ruma mengemas semua pakannya malam itu juga. Agar besok pagi memudahkan dirinya untuk pergi. Sementara dia sudah menghubungi sahabatnya, Vina, untuk mencarikan tempat singgah untuknya.Rasya yang baru saja keluar dari kamar mandi melihat itu semua langsung menghampiri dengan wajah emosi."Apa yang kamu lakukan, Ruma?" tanya pria itu dengan rambut setengah basah usai keramas."Berkemas, seperti yang tadi aku sampaikan, aku ingin mencari tempat tinggal baru agar tidak lagi merepotkan dan membuat penglihatan Anda bosan," jawabnya tenang.Hal itu semakin membuat Rasya terp
Raja berlalu dengan batin bertanya-tanya. Mendadak ia kurang nyaman dengan sikap Ruma yang seperti belum saling mengenal. Padahal kemarin mereka melewati banyak peristiwa bersama. Walaupun tidak ada niatan sama sekali. Namun, setiap kejadian yang mereka lewati membuatnya saling mengenal satu sama lain. Bukan hanya sekadar tahu saja."Sudahlah, kenapa pagi-pagi aku harus berjibaku memikirkan istri orang sih, astagfirullah ...," batin Raja tak tenang. Seharusnya dia lebih fokus pada dirinya sendiri dan juga pernikahannya yang sebentar lagi. Tapi kenapa semakin hari dia malah semakin ragu dengan ta'aruf yang sudah dijalani. Hatinya bimbang untuk meneruskan. Pikiran dan hatinya tidak sejalan. Pria itu mencoba memfokuskan diri. Sepertinya dia harus meminta petunjuk untuk hidupnya kini yang semrawut. Sejak peristiwa malam itu, kini Raja sering tidak tenang dan merasa sangat berdosa. Padahal kurang lebih empat mingguan telah berlalu. Dia mencoba melupakan bayang-bayang itu. Nyatanya, setia
"Duh ... Dokter Raja lama amat sih, mau ngomong apa sebenarnya ini orang," batin Ruma harap-harap cemas.Dia berdiri dengan hati gusar. Lama-lama tak sabar juga. Ingin segera meninggalkan ruangan itu lalu kembali ke poli. Rasanya tidak nyaman sekali. Mendadak kepala Rumah terasa keliyengan. Ia mencengkram bahu kursi karena tiba-tiba tak enak badan. Dokter Raja yang tengah sibuk, tidak ngeh kalau Ruma pandangannya mulai tidak fokus. Dia kaget saat mendongak mendapati wajah Ruma memucat. "Dek, kamu sakit?" tanya pria itu langsung berdiri dari kursi. Menghampiri Ruma yang diam saja dengan tangan memegangi pelipisnya. Ruma tidak menjawab, kepalanya semakin berdenyut dengan tubuh lemas. Seketika semuanya menjadi gelap. Ruma tumbang di ruang Dokter Raja. "Dek, astaghfirullah ... pingsan," pekik Raja langsung memeriksanya. Wanita itu dibaringkan di ranjang minimalis miliknya. Lalu dengan sedikit tidak tenang melakukan pemeriksaan lanjutan. Sementara teman-teman di poli menanyakan kebera