Share

Bab 87

Penulis: Nabila Ara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-26 20:32:19

Tokk.... Tokk.... Tokkk...

Arthur yang baru keluar dari kamar mandi langsung menoleh ke arah pintu kamarnya karena terdengar ketukan pintu.

Ia pun langsung berjalan menuju pintu dan langsung membuka pintu kamarnya.

Begitu pintu kamar terbuka, Arthur langsung terpaku dengan pemandangan di depannya.

Wooww.....

Rose dengan jubah tidur berwarna hitam yang melingkupi tubuh mungilnya berdiri sambil menggigit bibir bawahnya. Warna hitam itu kontras dengan kulitnya yang pucat, membuat pesona Rose terasa jauh lebih memabukkan malam ini.

Mata hazel itu menatap Rose tanpa kedip, seolah otaknya berhenti bekerja sesaat.

Senyum menggoda terukir di wajah Rose hingga membuat Arthur berdebar-debar. Pasalnya selama ini Rose selalu memakai piyama saja saat malam hari. Gadis itu hanya memakai piyama saja sudah membuat Arthur ketar ketir, apalagi saat ini ia memakai jubah tidur berbahan satin.

"Nggak mau izinkan aku masuk ke dalam, Pa? Katanya malam ini aku tidur di sini?" tanya Rose dengan suara lembutny
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 135

    Kruukkkk....Rose membiarkan perutnya yang terus berbunyi sejak tadi. Suara lirih itu terdengar begitu jelas di tengah kesunyian kamar, seolah menjadi satu-satunya pengingat bahwa tubuhnya masih bertahan. Ia terakhir makan saat makan siang bersama Alana. Rose tidak tahu saat ini sudah jam berapa, apalagi tadi dia sempat tidak sadarkan diri.Makanan yang dibawakan oleh wanita paruh baya tadi masih tergeletak di atas meja kecil di sudut kamar. Aromanya sudah berubah, dan pasti sudah dingin karena sudah lama sejak makanan itu di antar ke dalam, makanan itu sudah tak lagi menggugah selera. Rose membiarkannya begitu saja. Bukan karena ia tidak lapar justru sebaliknya, perutnya terasa perih dan melilit namun ada rasa takut yang menekan dadanya. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya ada di makanan itu. Rasa curiga bercampur putus asa membuatnya sama sekali tak tertarik menyentuhnya.Ia memalingkan wajah ke arah dinding, berusaha menahan air mata yang sejak tadi menggenang di pelupuk matanya.Ia

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 134

    Beberapa jam sebelum Rose di culik.Arthur dan Ken dalam perjalanan menuju Bogor."Ken, kamu sudah tahukan dimana kita bertemu dengan Tuan Helmi," ucap Arthur.Tuan Helmi adalah orang yang ingin menjual tanahnya pada Arthur."Sudah Tuan. Tuan Helmi sudah mengirimkan lokasi tempat pertemuan kita nanti. Tapi ada yang janggal dari Tuan Helmi. Apakah Tuan tidak merasa?" tanya Ken."Janggal bagaimana, Ken?" tanya Arthur."Tanah yang akan di jual Tuan Helmi kan sangat luas ya. Lokasinya sangat strategis lagi. Tapi kenapa dia menawarkan harga yang jauh sekali dari harga pasaran, Tuan. Dan ia mengapa sangat ini bertemu dengan Tuan langsung." Sejak awal Ken merasa sesuatu yang aneh dari Tuan Helmi tapi baru kali ini bisa mengutarakan rasa anehnya ini."Biasanya berada di situasi yang sangat memerlukan uang, seseorang bisa menjual di bawah harga standar, Ken. Yang penting barangnya bisa terjual. Tapi sebenarnya apa yang kamu rasakan, aku juga sempat terpikir juga. Tapi aku berusaha berpikir pos

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 133

    Rose membuka matanya, kepalanya terasa sangat pusing sekali. Rose langsung memegang kepalanya.Ia mengernyit saat melihat langit-langit yang bukan seperti kamarnya maupun kamar Arthur. Lalu ia mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar dan ia sadar sedang berada di tempat asing.Rose mencoba mengingat apa saja yang ia lakukan tadi. Ia ingat pulang kantor bersama Alana lalu setelah mengantar Alana, ia pergi ke Supermarket membeli bahan masakan lalu setelah itu ia langsung menuju parkir dan tiba-tiba ada yang membekap mulutnya hingga kesadarannya hilang.Begitu teringat apa yang ia alami, ia semakin panik. Rose turun dari ranjang dan berlari menuju pintu kamar. Saat ia mencoba untuk membuka ternyata pintu itu terkunci.Jelas saja terkunci, tentu orang yang menculiknya pasti tidak akan membiarkan pintu ini tidak terkunci. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Lalu ia berlari ke arah jendela kecil, saat ia melihat ke luar ternyata di luar sudah gelap. Berapa lama ia tidak sadarkan

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 132

    Tokk.... Tokk.... Tokk...."Masuk."Pintu ruangan kerja Arthur terbuka dari luar begitu terdengar suara Arthur yang mempersilahkan untuk masuk.Ken langsung masuk ke dalam sambil membawa dokumen di tangannya.Tatapan ke arah meja Rose yang kosong. Wajar saja karena saat ini sudah waktu makan siang. Hanya saja ia dan Arthur makan siang di dalam ruangan karena ada hal yang harus mereka selesaikan."Tuan, ini berkas yang harus kita bawa nanti. Saya sudah periksa." Ken memberikan dokumen itu pada Arthur yang langsung di sambut pria itu dan memeriksanya."Baik. Terima kasih Ken." Arthur diam sejenak sambil melihat jam tangan branded yang melingkar di tangannya. "Sudah waktunya kita berangkat, Ken.""Nona Rose sudah tahu kita akan pergi?""Sudah Ken. Nanti biar Jaka saja yang menjemputnya.""Baik Tuan."Arthur berdiri dari duduknya lalu ia mengambil jas yang ia gantung di tempat jas. Setelah itu ia berjalan bersama Ken keluar dari ruangannya.Para karyawan langsung menunduk ketika Arthur d

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 131

    "Rose, sore ini kamu pulangnya bareng Tuan Arthur?" tanya Alana."Nggak Al. Papa mau pergi lagi dengan Ken. Kamu nggak di kasih tahu Ken kalau hari ini mau ke Bogor." Rose menyeruput jus alpukat miliknya. Rose dan Alana memang sedang berada di cafe yang ada di dekat kantor. Mereka sedang makan siang. Tadi Alana ingin makan di kantin kantor, tapi Rose lagi ingin makan iga bakar yang ada di cafe ini.Rose sebenarnya mau mengajak Arthur, tapi sayang pria itu mau berangkat ke Bogor bersama Ken karena ingin menyelesaikan urusan pembelian tanah. Arthur baru saja membeli tanah dari kliennya.Akhirnya Rose mengajak Alana untuk makan siang bersama. Entah kenapa sejak dua hari yang lalu ia sangat ingin makan iga bakar di cafe ini. Sebelumnya Rose memang sudah pernah makan iga bakar di sini dan ia menyukainya karena bumbunya sangat meresep dan dagingnya juga sangat empuk."Ken nggak ada bilang sih kalau mau ke Bogor. Tapi dia ada bilang kalau hari ini akan pergi keluar. Makanya tadi aku tanya s

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 130

    Rose membuka matanya, lalu ia menoleh ke samping ternyata Arthur sudah tidak ada di sampingnya. Ia mengambil ponsel yang ada di atas nakas untuk melihat jam yang ternyata sudah jam enam pagi. Perlahan ia bangun dan menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya, aroma bekas olahraga ranjang yang ia lakukan bersama Arthur masih tercium."Papa kemana ya," gumamnya sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.Tidak ada bunyi gemericik air di kamar mandi, menandakan Arthur tidak ada di sana.Baru saja ia ingin mencari kontak Arthur, sudah terdengar suara pintu di buka dari luar dan Arthur masuk ke dalam. Pria itu memakai celana training pendek dan baju tanpa lengan. Bajunya basah oleh keringat menandakan pria itu baru saja selesai olah raga."Sudah bangun, Sayang?"Arthur menghampiri Rose yang masih duduk di atas ranjang sambil memegang selimut, rambut gadis itu terlihat berantakan.Rose mengangguk. "Papa dari mana?" tanya Rose."Tadi aku jogging di dekat-dekat sini," jawab Arthur

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status