เข้าสู่ระบบRyan dan Risky masih tertawa kecil sambil menirukan adegan Arion dan Kayla ketika tiba-tiba sebuah suara berat muncul tepat di belakang mereka.
“Siapa yang tamat?” Suara itu datar, dingin… dan sangat familiar.Keduanya sontak membeku.Ryan yang tadinya menirukan gaya Kayla langsung berdiri tegap seperti tentara kena inspeksi mendadak. Risky bahkan hampir menjatuhkan motornya.Mereka menoleh perlahan, dan benar saja… Miko berdiri di belakang mereka dengan wajah tanpa ekspresi.“B—bukan siapa-siapa!” jawab Risky cepat, suaranya melengking, jelas kebohongan tingkat dewa.Ryan ikut mengangguk cepat, “I-iya, bukan apa-apa kok, Mik!”Untuk mengalihkan pembicaraan, Ryan langsung membuka helm, mengetuk-ngetuk kepalanya dramatis,“Kemana aja lo dari tadi baru keluar? Kita udah kayak jamur tumbuh di sini nungguin lo!”Miko mengalihkan pandangan, terlihat sedikit lelah. “Oh… ada urusan sebentar.”Risky mengangkat alis, langsung penasaran,“Sama DindaKalimat itu membuat Kayla sedikit menegang. “Arion… kamu… tersesat?” Baru saat itulah Arion tersadar sepenuhnya. Dia menoleh ke sekeliling. Pepohonan terlihat sama di setiap arah. Jalur yang tadi dia lewati sudah tak jelas. Suara-suara dari kejauhan teriakan, peluit tak terdengar sama sekali. Hutan ini… asing. Arion menelan ludah. Untuk pertama kalinya sejak menemukan Kayla, rasa takut yang berbeda muncul. Dia tersesat. Tapi Arion segera menenangkan diri. Dia menurunkan Kayla perlahan agar bisa duduk bersandar di batu besar. “Dengerin aku ya,” katanya sambil menatap Kayla dalam-dalam. “Sekarang yang penting kamu aman. Aku di sini, dan aku nggak ke mana-mana.” ‘’Tapi—“ ‘’Ssstt, kamu percaya kan sama aku?’’ Kayla mengangguk pelan, meski matanya jelas menyimpan ketakutan. “Aku percaya sama kamu.” Kalimat sederhana itu memberi Arion kekuatan. Dia mengambil ponselnya layar menyal
Di sisi sungai, arus air mengalir deras karena hujan semalam. Bebatuan licin, air keruh kecokelatan. “Kaylaaa!” teriak Miko sekuat tenaga begitu tiba di tepi sungai. Tidak ada jawaban. Arion langsung menyusuri pinggiran sungai, matanya bergerak liar mencari tanda apa pun tas, sepatu, atau sekadar bayangan tubuh. “Kay! Jawab aku!” suara Arion bergetar, tangannya mengepal keras. Miko berjongkok di tepi sungai, menatap arus air dengan mata merah. Dadanya naik turun cepat, pikirannya dipenuhi rasa bersalah dan takut yang menyesakkan. “Harusnya gue gak ninggalin lo sendirian…” gumamnya penuh penyesalan. Beberapa guru dan siswa lain mulai berdatangan. Suasana berubah menjadi kepanikan massal. Ada yang langsung menghubungi tim SAR lokal, ada yang membentuk barisan menyusuri sungai. “Arion!” teriak salah satu pembina, “Jangan masuk ke air sendiri!” Tapi Arion sudah melepaskan sepatunya. “Aku
‘’Yess dapet lagi!’’ pekik Kayla saat berhaisl menemukan tanda kedua.‘’Yakin banget sih, kita pasti bakal menang!’’ imbuh temannya.‘’Harus dong!’’“Eh Guys, kalian ngerasa aneh gak sih?’’‘’Iya, kok sepi banget sih?” suara salah satu anggota kelompok mulai panik.Kayla menggenggam peta. Tangannya sedikit bergetar.“Tenang dulu,” ucapnya mencoba menenangkan, meski jantungnya sendiri berdegup kencang. Mereka berbalik arah. Tapi justru semakin jauh.Hutan mulai menurun. Suara gemericik air terdengar.“Sungai ini lagi?” Kayla berbisik.‘’Fiks kita tersesat Kay!’’‘’Sebentar, aku cob acari jalan dulu!’’ kata Kayla.Tanah di sekitar sungai licin. Lumut hijau menempel di batu-batu besar. Kayla melangkah hati-hati di depan, mencoba mencari jalur aman agar kelompoknya bisa menyusul.“Kay, pelan-pelan!” teriak temannya.Kayla mengangguk. Namun semuanya terjadi terlalu cepat.Kakinya menginjak batu licin.“ARrhhhh—!”Tubuh Kay
Mikha terdiam. Dadanya terasa semakin sesak, bukan karena takut, melainkan karena campuran ambisi dan kegelisahan. Di luar tenda, suara tawa para peserta lain terdengar samar, unaware bahwa di salah satu sudut perkemahan itu, sebuah rencana gelap mulai disusun perlahan, diam-diam, dan siap mengguncang semuanya.**Pagi di area perkemahan itu datang dengan udara yang dingin dan lembap. Kabut tipis masih menggantung di antara pepohonan tinggi, sementara suara burung hutan bersahutan, seolah menyambut hari baru yang penuh agenda.Para siswa mulai keluar dari tenda masing-masing. Ada yang masih mengucek mata, ada yang sibuk menggulung sleeping bag, dan ada pula yang sudah bersemangat sejak pagi. Panitia OSIS berdiri di tengah lapangan tanah yang dikelilingi pepohonan, membawa pengeras suara dan beberapa bendera kecil berwarna mencolok.“Perhatian semuanya!” suara panitia menggema. “Pagi ini kita akan mengadakan game pencarian bendera. Kalian akan dibagi da
Perjalanan menuju area camping memakan waktu hampir dua jam. Jalanan berkelok, pemandangan berubah dari gedung-gedung kota menjadi hamparan hijau yang menenangkan. Pohon-pohon tinggi menyambut, udara terasa lebih segar saat bus berhenti di pintu masuk kawasan hutan lindung.Begitu turun, aroma tanah basah langsung tercium. Angin sejuk menyapu wajah, membawa suara dedaunan yang saling bergesekan. \Beberapa siswa bersorak kecil, kagum pada suasana yang jauh dari hiruk-pikuk kota.Guru segera membagi kelompok dan area tenda.Kayla berada satu kelompok dengan Miko, Arion, dan beberapa siswa lain. Mikha tanpa kebetulan berada di kelompok yang sama.Saat itulah, sesuatu di wajah Mikha berubah.Awalnya dia masih memainkan perannya. Tersenyum, berbicara lembut, membantu guru membagikan peralatan. Tapi ketika waktu mendirikan tenda tiba, dan Miko refleks lebih sering berdiri di sisi Kayla mengangkat barang, menyiapkan alas, memastikan Kayla tidak terlalu ca
‘’Jalan!’’Sontak Kayla terkekeh kecil. “Aku gak selemah itu, Mik.”Miko mendengus. “Iya iya, keras kepala.”Namun di balik nada bercandanya, ada kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan. Ia tahu betul bagaimana Kayla memaksa dirinya terlihat baik-baik saja. Dan entah kenapa, sejak kejadian fitnah itu, nalurinya semakin kuat untuk melindungi gadis itu bahkan dari hal-hal yang belum terjadi.Setibanya di perpustakaan, mereka memilih buku sebelum akhirnya duduk. Hingga tak lama kemudian, langkah kaki terdengar mendekat di lorong perpustakaan.Kayla yang sedang membuka buku catatan refleks mendongak, begitu juga Miko.Arion muncul dengan ransel diselempangkan di satu bahu. Keringat masih terlihat di pelipisnya, menandakan ia baru saja selesai latihan basket. Seragam olahraganya belum diganti sepenuhnya, hanya jaket tipis yang kini menutupi kaos timnya.“Oh… ternyata kalian di sini,” ucap Arion pelan, senyumnya muncul begitu matanya bertemu Kayla.K







