Beranda / Mafia / Sentuhan Panas Tuan Mafia / 5. Mendambakan Sebuah Sentuhan

Share

5. Mendambakan Sebuah Sentuhan

Penulis: Callista_ Ivan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-27 15:38:17

“Mmhh, ahh,” desahan kecil keluar dari bibir Anne tanpa bisa ditahan.

Kedua matanya terpejam rapat. Jantungnya berdegup cepat, dan tubuhnya meremang. Ia merasa malu pada dirinya sendiri.

Leon bergerak perlahan. Jemarinya yang kokoh itu menyentuh tali tipis di bahu Anne lalu menurunkannya dengan gerakan kasar.

Sekejap kemudian, lingerie halus yang menempel di tubuh indah itu melorot, meninggalkan Anne hanya dengan underwear yang membuat kulitnya tampak putih pucat di bawah cahaya lampu. Anne membelalak dan berusaha melepaskan tali yang mengikat tangannya.

“Jangan macam-macam, Leon! Lepaskan aku!” 

Percuma!

Ia tak akan bisa lepas dari tali yang kuat itu.

Anne menelan ludah susah payah. Matanya berkaca-kaca ketika Leon telah berhasil menarik tali tipis lingerie di tubuhnya. Kain satin itu meluncur pelan dari bahunya, jatuh ke lantai, menyisakan bra dan celana dalam yang nyaris tak memberi perlindungan di area intimnya.

“Napasmu bergetar, Anne,” suara Leon terdengar rendah, berat, dan penuh kendali.

Pria itu masih berbisik tepat di telinga Anne, membuat nafas hangatnya menyentuh kulit Anne.

“Menjauh dari aku!”

Anne ingin mundur, tapi langkah Leon selalu lebih cepat. Dengan sigap, Leon meraih pinggang Anne dan membanting tubuh indahnya dengan kasar.

“Akh!” pekik Anne nyaring, rasa terkejut melandanya.

Dalam sekejap, punggungnya sudah bertemu dengan ranjang empuk. Tubuhnya terdorong dengan keras hingga jatuh. Dan sebelum ia sempat bangkit, tiba-tiba Leon sudah merangkak di atas tubuhnya di ranjang itu. Dengan cepat, tangan Leon mencengkeram kedua pergelangan tangannya kuat-kuat.

Dengan gerakan yang tegas, Leon melepaskan ikatan tali di tangan Anne, kemudian menyatukan tangan gadis itu di atas kepala dan mengikatnya cepat. Ia benar-benar mengekang Anne, seolah menegaskan bahwa dia lah yang berkuasa di sana.

“Leon, jangan lakukan ini! Aku tidak mau!” teriak Anne seraya menendang-nendang, berharap Leon akan mau melepaskannya. 

“Jangan melawan,” bisik Leon di telinga Anne dengan hembusan nafas hangatnya, tapi membuat tubuh Anne terasa panas dingin.

“Brengsek kau, Leon Dominic,” batin Anne sambil menahan rasa panas di matanya.

Anne memejamkan mata, tubuhnya benar-benar tegang. Ia bisa merasakan setiap tarikan napas Leon yang terasa membakar tubuhnya. Setiap jarak yang kian menghilang, membuat udara di sekitar rasanya juga turut memudar, hilang, dan membuat Anne merasa pengap.

Senyum smirk tercipta di bibir Leon, sementara ia masih menahan kedua pergelangan Anne di atas kepala. Tubuhnya bergerak mendekat, cukup untuk membuat gemetar.

“Jangan pikir kalau aku akan melepaskanmu begitu saja.”

Ujung jari Leon menyusuri garis rahang Anne, lalu turun ke leher, dan berhenti tepat di atas tulang selangka. Sentuhan itu dingin, tapi kulit Anne rasanya seperti terbakar. 

“Aku bisa membuatmu tunduk dengan cara paling kasar,” gumamnya, sembari menatap mata Anne lurus-lurus. “Atau dengan cara yang paling manis. Pilih.”

Anne memalingkan wajah, menolak untuk menatap Leon. “Aku tidak akan memilih, karena aku tidak menginginkanmu.”

Leon tersenyum tipis, hampir seperti mengejek.

“Sayang sekali. Kalau begitu, aku yang akan memutuskan.”

Leon menundukkan tubuhnya lebih dekat, hingga dada bidangnya menekan lembut dada Anne. Gadis itu bahkan bisa merasakan detak jantung Leon yang tenang dan stabil, berbeda dengan degup liar di dadanya sendiri. Leon tidak melakukan lebih, hanya menahan posisi dan itu sudah membuat Anne larut dalam ketegangan yang semakin membuatnya gelisah.

Anne memejamkan mata, berusaha mengendalikan dirinya. Namun, ia semakin gelisah karena tangan Leon terus menggerayangi tubuhnya yang kini hanya mengenakan underwear.

“Lihat, begitu mudahnya membuatmu gelisah,” bisik Leon dengan suaranya yang rendah dan hampir seperti ancaman.

Anne memalingkan wajah, berusaha menepis sensasi itu.

“Kamu … kamu hanya mencoba menghinaku.”

Leon tersenyum tipis, tatapan matanya kian menusuk. 

“Kalau pun aku ingin menghinamu, aku tak perlu menyentuhmu.”

Ia mendekat lagi, bibirnya hampir menyentuh telinga Anne. Tangannya bergerak perlahan di sisi tubuhnya, memicu desir darah Anne yang semakin cepat.

Anne menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan suara apa pun yang hendak mendesak keluar dari sana akibat sentuhan Leon.

Ia tidak ingin, ia tidak suka. Ia–

“Jangan munafik. Akui saja kalau kau memang menikmati sentuhanku kan?” bisik Leon.

Pria itu menarik sebelah sudut bibirnya, membentuk senyum bulan sabit yang seolah menghina Anne. Tangan pria itu kini mulai melepaskan tali bra di tubuh Anne, sedangkan tangan yang satunya masih menahan tangan Anne di atas kepala.

Srrtt!

Dalam sekali tarikan kuat, Leon berhasil melepaskan bra yang menutupi dada indah Anne. Gadis itu sampai memekik, dan terus berontak karena dirinya kini sudah ditelanjangi bagian atasnya oleh Leon.

“Brengsek kamu!”  teriak Anne.

Leon tak bergeming. Matanya menatap takjub dada Anne yang sintal dan kencang, berguncang karena gadis itu terus meronta. Tak bisa ia pungkiri, bahwa keindahan tubuh Anne mampu membuat kelelakiannya di bawah sana perlahan bangun.

Jarak wajah mereka sudah sangat dekat, hingga hembusan nafas keduanya saling beradu. Dada Anne naik turun, antara takut, cemas, dan ada getaran aneh yang sebenarnya tak ingin dia rasakan.

“Jauhkan wajahmu dariku!” Anne berteriak lagi, tetapi Leon malah semakin mendekatkan wajah mereka.

Ia mengamati wajah cantik Anne. Ditelusuri seluruh wajah cantik itu dengan jarinya, hingga tiba di bibir Anne. Leon membelai lembut bibir kenyal Anne yang terlihat sangat manis. Tangan pria itu pun semakin menjamah turun menuju area dada Anne yang terbuka. 

Anne merasa kesulitan bernafas, saat ia merasakan tangan kekar Leon hendak menangkap bukit kembarnya.

Saat tarikan napas Anne mulai tak beraturan, Leon tiba-tiba saja melepaskan pegangannya begitu saja.

Anne tersentak, lalu menatapnya dengan sorot mata penuh amarah.

“Kenapa … kenapa–”

Leon memiringkan kepalanya, ekspresinya puas. “Sudah cukup.”

Tanpa menoleh lagi, Leon segera bangkit dari ranjang. Ia mengambil jas, menyampirkannya di bahu, lalu berjalan keluar kamar.

“Tidur yang nyenyak, itu pun kalau kau bisa,” ucapnya sebelum menutup pintu.

Brak!

Pintu ditutup dari luar.

Anne terdiam, tubuhnya masih berdenyut dengan sensasi yang tak mau hilang. Sakit, nyeri yang tertahan. 

Pria itu jelas tahu permainan jenis apa yang yang sedang ia mainkan. 

Satu isakan lolos dari bibir Anne sembari ia meringkuk, mencoba membuat tubuhnya kecil dan mungkin saja jika ia berharap lebih keras, ia bisa menghilang dari sana. 

Mustahil.

Tapi Anne tahu apa yang lebih mustahil.

Yakni kenyataan bahwa Leon berhasil meninggalkan bekas.

Bukan di kulitnya, tapi di pikirannya.

*

Malam itu, Anne makan sendirian di ruang makan besar yang sepi. Meja panjang itu terasa terlalu luas tanpa Leon di ujungnya.

Martha datang dengan membawa sup panas dan segelas anggur merah.

“Minumlah, Nona. Kau butuh asupan yang cukup untuk menghadapi Tuan Leon,” katanya lembut.

Anne mengangguk dan mengambil sendok. Ia memasukkan makanan itu ke mulutnya. Namun, baru beberapa suap, tiba-tiba saja matanya terasa berat, dan napasnya mulai memburu tanpa alasan jelas. Ia merasa hawa tubuhnya memanas, seperti ada api yang merambat di bawah kulit. Ada gelisah yang tak tertahankan.

Tangan Anne memegang gelas dengan sedikit bergetar.

“Martha, apa yang kau …?” suara Anne terdengar lemah.

Sebelum ia sempat melanjutkan, Martha menunduk, lalu pergi tanpa menjawab. Ia meninggalkan Anne sendirian begitu saja.

“Astaga, apa yang terjadi pada tubuhku? Kenapa aku merasa sangat ….”

“Aku sangat ingin disentuh,” desisnya kecil, dan tangannya mulai menjamah ke area dada.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   6. Permainan Leon

    “Ada apa dengan tubuhku?” bisik Anne lirih. Jemarinya menggenggam kuat sisi meja makan.Panas itu datang begitu tiba-tiba. Anne merasakan tubuhnya bergetar, seolah ada sesuatu yang menyusup dalam darahnya. Hatinya berteriak menolak, tetapi tubuhnya berkhianat, dan menggeliat tanpa bisa ia kendalikan. Nafasnya tersengal, kulitnya seperti terbakar dari dalam.Peluh menetes di pelipis. Jantungnya berdegup tak beraturan. Ia menatap piring di depannya yang baru berkurang sedikit. Ia menatap Martha yang kini berjalan semakin menjauh, bahkan hilang dari pandangannya. Mata Anne memerah.Perempuan itu menatapnya samar sebelum pergi, meninggalkannya sendirian di ruang makan besar itu.“Martha, dia pasti menaruh sesuatu di makananku.” Anne mendesis lirih.Anne menggigit bibir, menahan sesuatu yang aneh merambat di seluruh tubuhnya. Ia merasa haus, tapi bukan haus akan air, melainkan sebuah sentuhan. Tubuhnya seperti berteriak minta disentuh, sementara pikirannya menolak mentah-mentah.Dengan tan

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   5. Mendambakan Sebuah Sentuhan

    “Mmhh, ahh,” desahan kecil keluar dari bibir Anne tanpa bisa ditahan.Kedua matanya terpejam rapat. Jantungnya berdegup cepat, dan tubuhnya meremang. Ia merasa malu pada dirinya sendiri.Leon bergerak perlahan. Jemarinya yang kokoh itu menyentuh tali tipis di bahu Anne lalu menurunkannya dengan gerakan kasar.Sekejap kemudian, lingerie halus yang menempel di tubuh indah itu melorot, meninggalkan Anne hanya dengan underwear yang membuat kulitnya tampak putih pucat di bawah cahaya lampu. Anne membelalak dan berusaha melepaskan tali yang mengikat tangannya.“Jangan macam-macam, Leon! Lepaskan aku!” Percuma!Ia tak akan bisa lepas dari tali yang kuat itu.Anne menelan ludah susah payah. Matanya berkaca-kaca ketika Leon telah berhasil menarik tali tipis lingerie di tubuhnya. Kain satin itu meluncur pelan dari bahunya, jatuh ke lantai, menyisakan bra dan celana dalam yang nyaris tak memberi perlindungan di area intimnya.“Napasmu bergetar, Anne,” suara Leon terdengar rendah, berat, dan pen

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   4. Godaan Kecil dari Leon

    “Hei, apa-apaan ini?” teriak Anne meronta-ronta, tapi Leon hanya mengamati dengan pandangan malas.“Aku tidak butuh budak yang keras kepala,” ucap Leon. “Tapi kalau kamu bisa menghiburku, akan kumaafkan kamu kali ini.”Ia semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Anne. Ujung jarinya menyentuh rahang gadis itu, mengangkat wajahnya agar menatapnya. Tatapan itu membuat napas Anne seolah terhenti.“Takut?”Anne menahan tatapannya. “Tidak. Sama sekali tidak.”Sudut bibir Leon terangkat tipis.“Bagus..”Leon berjalan memutari tubuh Anne. Jarinya menyusuri tali yang mengikat pergelangan tangan gadis itu, lalu berhenti di belakang. Leon menunduk, mendekatkan bibir ke telinga Anne, cukup dekat untuk membuat kulitnya merinding, tapi tidak sampai menyentuh.Anne menggigit bibirnya. Jantungnya berdetak terlalu cepat. Bukan karena suka dengan sentuhan Leon, tapi karena marah dan ada sesuatu yang ia benci untuk akui. Darahnya berdesir hebat, bahkan saat membayangkan jika jemari Leon akan menyentuh

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   3. Kau Hanya Budakku!

    Tanpa bisa ditahan, Anne bergidik.Tiba-tiba tangan Leon terulur, menyentuh dagu Anne dan memaksanya menatap. Anne mencoba menahan napas agar tak menunjukkan rasa takut, tapi denyut jantungnya mengkhianatinya. Ia semakin berdebar saat menatap pria itu.“Kau akan belajar cepat, karena yang lambat biasanya tak bertahan lama. Jadi lakukan tugasmu dengan baik. Ingat, kau milikku.”Leon tersenyum sinis dan melepaskan sentuhannya di dagu Anne. Ia membuang muka dengan cepat, lalu menekan bel kecil di atas meja. Tak berapa lama, dua pria berseragam serba hitam masuk ke dalam kamar.“Bawa dia ke kamarnya! Mulai sekarang, dia akan tinggal di sini,” perintahnya pada kedua pengawal tersebut.“Baik, Tuan!”Tubuh Anne pun ditarik paksa. Namun, sebelum pintu tertutup, ia menoleh pada Leon yang kini segera duduk santai, seolah semuanya hanya permainan. Tapi di hati Anne, ia tahu bahwa permainan ini sangat berbahaya.Anne terus ditarik menuju ke sebuah kamar yang letaknya ada di sebelah kamar utama Le

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   2. Dalam Genggaman Mafia Kejam

    “A-apa?” Mata Anne membola lebar. Suaranya tercekat.Leon tidak menjawab pertanyaan itu. Ia hanya menatap Anne dengan lama dan dingin, seolah tak punya waktu untuk menjawab pertanyaan yang bahkan tak perlu ia jawab.“Lakukan,” ucapnya datar.Udara di ruangan terasa sangat dingin dan menakutkan bagi Anne. Gadis itu masih berdiri di dekat pintu, tubuhnya kaku, dan napasnya tersendat. Tangannya menutupi dada dan daerah kewanitaannya yang nyaris terbuka seluruhnya. Ia menatap lantai, menolak menatap mata Leon yang terasa seperti pisau.“Aku tidak mau,” ucap Anne. Suaranya lirih dan bergetar, tapi tegas. Alis Leon sedikit terangkat. Ia meneguk minuman di tangannya perlahan, lalu berkata dengan nada datar yang menusuk.“Tidak mau?”Anne menggeleng. “Tuan, tolong–”“Aku sudah membelimu.” Suara Leon tajam, menusuk. “Dua miliar. Itu berarti, kamu milikku.”Anne mengangkat wajah, menatapnya dengan kemarahan yang berusaha menutupi takutnya.“Aku bukan barang, Tuan. Adanya aku di sana di luar ke

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   1. Dijual di Aula Lelang

    “Ahh, Ohh! Sentuh tubuhku lebih dalam, Sayang.”“Nikmat sekali!”Desahan demi desahan terdengar dari segala penjuru aula lelang mewah itu. Bukan desahan yang indah di telinga, melainkan suara rakus, haus, memuakkan, dan penuh nafsu.Aroma menguar di udara, campuran antara parfum mahal, alkohol, dan cairan tubuh manusia. Kombinasi itu membuat perut Anne Valerie terasa mual.“Lepaskan aku dari sini! Siapa kalian?” Anne berteriak saat dirinya didudukkan di belakang panggung. “Melepaskanmu? Itu mustahil. Hahaha!” Suara tawa para pria itu membuat Anne semakin ketakutan, apalagi saat salah satu dari mereka mencengkeram rahangnya untuk membuat Anne meratapnya. “Untuk apa kami susah payah menculikmu kalau hanya untuk melepaskanmu?” Gadis berusia 25 tahun itu menciut. Air mata sudah membasahi pipinya yang mulus.Ia sangat takut, karena kini, beberapa pria yang sedang duduk mengitarinya tengah menatapnya dengan liar.“Lihatlah, gadis ini cantik sekali! Masih perawan pula. Dia pasti akan laku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status