Home / Mafia / Sentuhan Panas Tuan Mafia / 4. Godaan Kecil dari Leon

Share

4. Godaan Kecil dari Leon

last update Last Updated: 2025-08-27 15:37:31

“Mmhh, ahh,” desahan kecil tak sengaja keluar dari bibir Anne.

Kedua matanya terpejam rapat. Jantungnya berdegup cepat, dan tubuhnya meremang.

Leon bergerak perlahan. Jemarinya yang kokoh itu menyentuh tali tipis di bahu Anne lalu menurunkannya dengan gerakan kasar.

Sekejap kemudian, lingerie halus yang menempel di tubuh indah itu melorot, meninggalkan Anne hanya dengan underwear yang membuat kulitnya tampak putih pucat di bawah cahaya lampu.

Anne menelan ludah susah payah. Matanya membasah ketika Leon telah berhasil menarik tali tipis gaun di tubuhnya. Kain satin itu meluncur pelan dari bahunya, jatuh ke lantai, menyisakan bra dan celana dalam yang nyaris tak memberi perlindungan di area intimnya.

“Nafasmu bergetar, Anne,” bisik Leon dengan suara yang terdengar rendah, berat, dan penuh kendali.

Pria itu masih berbisik tepat di telinga Anne, membuat nafas hangatnya menyentuh kulit halus gadis itu.

Anne ingin mundur, tapi langkah Leon selalu lebih cepat. Dengan sigap, Leon meraih pinggang Anne dan membanting tubuh indahnya dengan kasar.

“Akh!” pekik Anne nyaring, rasa terkejut melandanya.

Dalam sekejap, punggungnya sudah bertemu dengan ranjang empuk. Tubuhnya terdorong dengan keras hingga jatuh. Dan sebelum ia sempat bangkit, tiba-tiba Leon sudah merangkak di atas tubuhnya di ranjang itu. 

Dengan gerakan kasar, Leon menyatukan kedua tangan gadis itu di atas kepala dan menahannya cepat. Ia benar-benar mengekang Anne, seolah menegaskan bahwa dia lah yang berkuasa di sana.

"Kau tidak akan bisa melawan, karena kau adalah budakku. Dan kau hanya bisa hidup atas perintahku." Leon menyeringai.

Sentuhan Leon bergerak lebih dalam, menelusuri kulit pucat Anne yang menegang di bawah jemarinya. Jemari itu dingin, tapi setiap gerakan mengirimkan sengatan panas yang membuat tubuh Anne kaku. Nafas hangat pria itu menyapu lembut telinganya, menimbulkan getar yang tidak bisa ia hentikan, seolah tubuhnya sendiri berkhianat terhadap tekadnya.

Anne memejamkan mata, bukan karena takut melainkan pasrah. Tidak ada jeritan, tidak ada perlawanan. Ia hanya menerima setiap gerakan, seolah tubuhnya sudah menyerah pada takdir yang digariskan.

Meskipun begitu, Anne tak bisa memungkiri jika sentuhan Leon mampu membangkitkan gairahnya. Gadis itu bahkan menggigit bibir bawahnya, merasakan setiap sensasi jemari Leon yang meraba kulitnya.

“Sshh! Mmhh!” Anne berusaha keras menahan bibirnya, agar suara desahan pelan itu tak keluar begitu saja. Ia tak mau jika Leon tahu, bahwa dirinya merasa bergairah dengan sentuhan itu.

Detak jantungnya tetap cepat, tapi wajahnya nyaris tanpa ekspresi yang tenang di permukaan, padahal dalam dirinya ombak resah terus bergemuruh.

"Bagus kalau kau mau menurut. Karena kalau kau melawan, maka hanya akan membuat segalanya jadi lebih buruk," desis Leon kembali.

Anne masih diam. Ia sudah belajar dari luka-luka sebelumnya. Dari hari-hari di masa lalunya yang hanya berakhir pada penderitaan yang lebih besar. Jadi kali ini ia diam, membiarkan Leon membaca sikapnya dengan caranya sendiri.

Leon memperhatikan ekspresinya lekat-lekat. Ada sesuatu yang asing di sana.

"Aneh, kenapa dia bisa setenang ini?"

Di sana tak ada teriakan. Tak ada tangisan, melainkan keheningan yang penuh penyerahan. Dan justru hal itu membuat Leon mengernyit tipis. Matanya yang tajam seakan berusaha menembus topeng yang dipasang Anne.

“Kenapa dia tidak melawan? Bukankah seharusnya dia sama seperti Elle?" batin Leon sedikit bimbang 

Bayangan tentang Elle kembali berkelebat sekilas di pikirannya. Sosok penuh api, keras kepala, dan menantang. Sangat berbeda dengan gadis yang kini berada di hadapannya.

Elle selalu menyalakan bara dalam dirinya dan membuatnya marah, tapi juga terobsesi. Sedangkan Anne?

Anne hanyalah bayangan gadis yang lemah, pucat, pasif, dan seakan menunggu digerakkan.

"Rasanya mustahil sekali kalau Anne dan Elle itu adalah saudara kembar. Mereka sangat bertolak belakang." 

Leon masih menatap tajam pada Anne. Namun, sebelum ia bisa berbuat lebih jauh, tiba-tiba ketukan keras terdengar di pintu.

“Tuan, ada urusan mendesak. Anda harus segera ke ruang kerja.”

Suara tegas pengawal itu memutus ketegangan yang menyelimuti di dalam kamar. Wajah Leon berubah dingin, seketika seluruh kehangatan semu itu menghilang. 

Ia menarik diri dan menegakkan tubuhnya kembali. Jemarinya terhenti di bahu Anne, lalu melepaskannya seakan tidak pernah menyentuhnya.

“Tetap di sini! Jangan pernah mencoba pergi,” suaranya tegas dan penuh kuasa.

Tanpa menunggu jawaban, Leon berbalik dan melangkah keluar. Pintu tertutup dengan bunyi klik yang berat, meninggalkan Anne seorang diri di dalam kamar luas itu. Suara kunci yang berputar terdengar begitu jelas, seolah menegaskan bahwa ia benar-benar terkurung.

Anne membuka matanya perlahan. Ia menarik napas panjang, lalu merapikan gaun yang kusut di beberapa bagian. Tangannya sedikit bergetar, tapi wajahnya tetap tanpa ekspresi.

Hanya tatapan kosong yang menembus jendela, ke arah taman di luar sana. Cahaya lampu memantul di kaca, membentuk siluet dirinya sendiri yang terlihat rapuh, hampir tak nyata.

"Apakah aku harus terus begini?" pikirnya.

"Tidak. Aku tidak boleh diam terus. Aku harus mencari jalan keluar."

Pikirannya berputar liar, tertuju dari satu nama ke nama lain. 

"Semua ini karena Raka," lirihnya.

Nama itu muncul pertama kali. Pria yang dulu paling dekat dengannya. Seseorang yang pernah ia percaya, bahkan hampir menyerahkan seluruh hidupnya. Saat itu, ia begitu yakin Raka akan melindunginya dari dunia yang kejam ini.

Dalam waktu kurang dari satu minggu, hidupnya tiba-tiba saja berubah drastis.

Semuanya dimulai dari malam itu. 

Awalnya, ia pulang lebih awal untuk memberikan kejutan untuk kekasihnya, Raka. Pria itu sudah sejak lama meminta Anne untuk menghabiskan malam bersamanya–yang selalu Anne tolak hingga Raka marah dan merajuk.

Hari itu, Anne ingin memperbaiki hubungannya dengan pria itu. Toh, momennya tepat. 

Namun, ia justru mendapati pria itu bercinta dengan wanita lain. Bahkan tidak berhenti meski Raka tahu, Anne sedang menyaksikan.

Sakit hati dan tidak kuasa menghadapi pengkhianatan itu, Anne melarikan diri dan pindah rumah. Ia meninggalkan semuanya untuk tinggal di sebuah kos baru untuk bekerja di tempat baru juga. 

Akan tetapi di malam naas itu, beberapa pria justru menculiknya dan saat terbangun ia sudah berada di tempat lelang dan dibeli oleh Leon Dominic.

Anne menggigit bibir, menghapus bayangan Raka dari pikirannya. Ia tidak boleh goyah.

Namun, tiba-tiba wajah lain muncul.

"Megan.”

Megan, teman baru yang ia temui di kos sederhana beberapa minggu lalu. Sosok yang ramah, sering menemaninya ngobrol sampai larut. 

Megan bahkan beberapa kali menawarkan bantuan kecil yang terlihat benar-benar tulus. Kehadiran Megan selalu membawa rasa aman sesaat, seperti titik cahaya di lorong gelap kehidupannya.

Namun mendadak keraguan melingkupi hati Anne.

"Tunggu, sepertinya Leon sangat marah pada Elle dan karena itulah dia menculikku. Tapi kenapa anak buah Leon bisa tahu kalau aku tinggal di rumah kos, dan kenapa dia bisa tahu kalau aku keluar malam itu?"

Anne mengingat kembali malam penculikan itu. Langkah tergesa di koridor, kain hitam beraroma menyengat, kesadarannya yang tiba-tiba lenyap. Semua terasa begitu cepat, begitu terencana, dan seolah ia sudah lama diawasi.

"Apa mungkin ada yang memberi informasi pada mereka? Tapi siapa?" Anne bertanya-tanya seorang diri, lalu sejenak kemudian ia terdiam.

Tatapan matanya mendadak penuh waspada.

"Apakah mungkin Megan terlibat?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   44. Trauma Luka Lama

    Sudah beberapa hari sejak kejadian hari itu, Anne belum pernah bertemu Leon lagi. Setiap hari, hanya Lina yang menemaninya. Gadis itu masih tampak lemah, tapi jauh lebih tenang daripada sebelumnya. Lina yang mengurus semua keperluannya dari mulai makan, minum obat, sampai menemani jalan sore di taman belakang mansion.Semua itu tentu dia lakukan atas perintah dari Leon. Majikannya itu bahkan sudah memberikan bonus besar untuk Lina, agar ia melayani Anne dengan baik, dan merahasiakan tentang rencana Leon dari siapa pun.Sedangkan Leon, ia benar-benar menepati ucapannya. Ia tidak mendekati Anne sama sekali, meskipun setiap hari ia tetap mengawasinya dari jauh. Ia tahu setiap langkah Anne, tahu jam tidurnya, bahkan tahu kapan Anne mulai bisa tersenyum sedikit lagi. Ia hanya tidak bisa menatapnya langsung.Tapi selama itu pula, diam-diam Leon terus mengirimkan hal-hal kecil dan kejutan untuk Anne.Ia mengirimkan bunga segar di meja makan. Kotak cokelat di dekat ranjang. Dan kali ini, ada

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   43. Maaf Membuatmu Terluka

    “Anne, tenang dulu. Aku tidak akan menyakitimu.” Leon mengulurkan tangannya hendak meraih tangan Anne.“Pergi!”Suara napas Anne masih tersengal-sengal. Tatapannya liar, seperti binatang yang baru saja keluar dari jerat. Ketika Leon hendak mendekat, tiba-tiba gadis itu menjerit lagi dan meraih benda apa pun yang bisa dijangkaunya di atas nakas.“Jangan dekati aku!”Prang!Tanpa peduli pada infus yang masih menancap di punggung tangannya, Anne melempar vas bunga itu tepat ke arah Leon. Pecahannya beterbangan dan nyaris mengenai wajah pria tampan itu.“Anne, hentikan!”“Keluar!” teriak Anne histeris. Suaranya pecah, parau, penuh amarah dan ketakutan.Leon tak bergerak. Tatapan matanya membeku, antara kaget, merasa bersalah, dan tak percaya. Ia hanya mampu menatap gadis itu lekat-lekat.“Aku tidak akan menyakitimu lagi, Anne. Aku janji.”Namun, Anne sudah terlalu jauh dalam ketakutannya. Tubuhnya gemetar hebat, dan wajahnya penuh air mata. Ia menutup telinganya dan meringkuk di pojok ran

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   42. Gantian Aku Membersihkan Tubuhmu

    “Hey budak, kenapa kau tidak bangun juga? Apa kau tidak ingin melayani Tuanmu ini, hah?” Leon menatap wajah Anne lekat-lekat.Sudah dua hari berlalu sejak kejadian di ruang bawah tanah itu, dan Anne belum juga sadar. Tubuh gadis itu masih lemah, wajahnya pucat seperti sosok yang tak bernyawa. Berbagai peralatan medis masih terpasang di sisinya.Sementara itu di sisi ranjang, Leon masih setia duduk menunggunya di sana. Lingkar hitam mengitari matanya karena dua malam penuh ia tak tidur. Hanya sesekali Leon terpejam, tapi setelah itu ia akan terbangun kembali.Suara alat medis berdenting pelan di antara sunyi. Leon menatap jarum infus yang menetes lambat, seolah menghitung detik demi detik harapan yang tersisa untuk gadis itu.“Hey, bangun,” gumamnya lirih sambil menggenggam tangan gadis itu yang terasa dingin. “Aku tidak tahu harus marah atau takut kehilanganmu.”Ia menghela napas panjang, lalu memanggil pelan.“Lina!”Lina yang sejak tadi sedang berdiri di depan pintu, kini segera mas

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   41. Mencemaskan Si Budak Lemah

    Suara Leon menggema ke seluruh ruangan lembap itu, memantul di dinding batu yang dingin dan berlumut. Ia segera berlari dan berlutut di samping tubuh Anne yang tergeletak tak bergerak. Wajah gadis itu sudah tampak sangat pucat.“Anne, bangun! Kau dengar aku?” teriak Leon lagi dengan suaranya yang serak.Tangannya gemetar ketika menyentuh pipi Anne yang terasa sangat dingin. Ia menepuk-nepuk pipi Anne perlahan, tapi tidak ada reaksi sama sekali.Dada Leon rasanya sesak, seperti ada batu besar yang menindihnya. Napasnya tersengal, dan matanya menatap lekat pada luka di kepala gadis itu.Darah sudah mengering, membentuk garis gelap di pelipis. Di sebelahnya, sudut meja batu juga tampak berlumur darah segar yang mulai mengering.“Anne, dia membenturkan kepalanya sendiri?” tanya Leon pada dirinya sendiri dengan gemetar.“Apa yang kau lakukan, Bodoh.” Leon berbisik, suaranya hampir tak keluar.Ia kembali menepuk-nepuk wajah Anne dengan panik dan berharap ada sedikit gerakan, helaan napas, a

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   40. Anne, Tidak!

    Dada Leon berdebar sangat kencang dan terasa sesak. Ia menatap layar itu sangat lama. Rahangnya mengeras, giginya gemeretak, dan jemarinya mengepal hingga buku jarinya memutih.“Apa maksudnya ini? Permainan apa?” gumamnya dengan suara bergetar oleh kebingungan dan amarah yang terpendam.Kalut menguasai pikirannya. Tanpa berpikir panjang, Leon segera menekan tombol panggil interkom di meja kerjanya.“Jonathan, ke kamarku sekarang. Dan panggil Dev juga.”Tak butuh waktu lama, ketukan pelan terdengar di pintu. Jonathan masuk lebih dulu dengan langkap tegapnya, diikuti seorang pria berjaket hitam dengan laptop di tangan. Dev, sang hacker andalan kepercayaan Leon.“Tuan Leon, apa yang terjadi?” tanya Jonathan dengan hati-hati.Leon melemparkan ponselnya ke meja. Ia memegang dagu dan menopang sikunya di pegangan kursi.“Baca sendiri.”Jonathan dan Dev mencondongkan tubuh untuk membaca pesan di ponsel Leon. Dev menatap layar ponsel itu dengan alis terangkat naik.“Pesan anonim, tanpa ID peng

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   39. Hukuman untuk Penghianat (21+)

    “Akh, sakit!” pekik Anne meronta-ronta, tetapi tangannya tetap dicengkeram kuat oleh Martha.Suara langkah sepatu Martha bergema di lorong bawah tanah yang lembap. Tangannya masih setia mencengkeram lengan Anne dengan kasar, dan menyeret gadis itu menuruni tangga batu.“Ayo cepat ikut! Tidak usah banyak melawan!” sentak Martha kasar.“Lepaskan aku, Martha! Aku tidak salah apa-apa!” jerit Anne yang masih terus berusaha melepaskan diri. Tapi Martha justru menariknya lebih keras.“Diam!” bentak Martha. “Kau pikir Tuan Leon akan memaafkanmu setelah kau menghancurkan kepercayaannya? Kau sudah mengkhianati Tuan Leon, dan kau masih berani-berani bilang kalau kau tidak bersalah?”Anne terus saja menangis karena dibentak oleh Martha, yang kini sudah menyeretnya semakin kasar.Tak lama, mereka pun akhirnya tiba di ruang gelap beraroma apek, di mana dindingnya lembab dan lantainya basah. Martha membuka pintu ruangan itu dengan kasar.Suasana sangat mencekam, dan gelap pekat. Tubuh Anne gemetar,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status