Share

Tingkah Nia

 Nia Saraswati. Anak semata wayang dari ibu Suminah ini masuk ke APPI karena keinginan ibunya. Ibu dan ayahnya sudah berpisah sejak Nia berumur tiga tahun. Sejak itu ibunya kerja keras banting tulang untuk menghidupi keluarganya. 

 Ahhh tulang di banting-banting. Nggak kasihan tuh. Rusak nggak ada yang produksi tuh. 

 Hoho… nggak ada maksud. 

 Lupakan saja. 

 Sejak saat itulah Nia dirawat neneknya. Sejak dirawat nenek, Nia selalu dimanja. Apapun yang diminta Nia, selalu di turuti. Dengan prinsip neneknya “apapun dikasih yang penting anaknya nggak nangis” Nia menjadi anak yang selalu ingin dituruti segala permintaannya. 

 Namun kali ini masuk APPI menjadi keputusan ibunya. Hanya ibu yang dia takuti petuahnya. Karena takut jika tidak dikasih uang. 

 Makdsud ibunya masukkan ke APPI agar Nia bisa menjadi anak yang tahu aturan dan bisa menjadi anak yang dapat dibanggakan orangtua. Tahu aturan karena Nia selama di rawat neneknya di biarkan begitu saja seperti anak  yang tidak punya orangtua. Keluar masuk rumah seenaknya sendiri. Main pulang jam berapapun nggak pernah di marahi. 

Ibuanya ingin dia berubah dan tidak seperti itu lagi. Meski masih usia SMP Nia bergaul dengan anak-anak SMA yang ada dikampungnya. Ibunya hanya nggak mau Nia terjerumus ke hal-hal yang tidak diinginkan. 

Sekaligus bisa sekolah di Yogyakarta yang kata orang-orang adalah kota pelajar. Dulu ibunya pernah bermimpi sekolah di kota pelajar, namun karena satu dan lain hal batal deh… 

 Katanya.. .kota pelajar!

 Dari latar belakang seperti itu Nia di asrama menjadi anak yang kurang bisa diatur. Dia sering tidak masuk sekolah. Alasannya sakit. Mending kalau alasannya sakit. Terus tidur di asrama. Lah, kalau dari asrama berangkat kesekolah. Terus di sekolah nggak ada. Sampai-sampai pernah aku sebagai pengasuhnya di wa sama guru BK nya. 

 "Assalamualaikum"

"Mbak, maaf dengan mbak Maharani pengasuhnya Nia".

Nia tidak sekolah. Apakah sakit? 

Wassalam

“Waduuuh,… gaswat ini. Kemana dia?” 

“Kalau nggak sekolah kabur kemana ini tuyul. Bikin susah aja”. 

Sengaja nggak tak bales sms dari gurunya Nia itu, ketahuan deh nanti kalau nggak bisa mgasuh Nia yang super duper itu. 

Jam pulang sekolah

“Anak yang lain sudah pulang sekolah. Kok tuyul satu ini nggak nongol batang hidungnya. Dalam hatiku menggerutu”.

“Lisaaa… kamu lihat Nia?”. Aku mencoba cari informasi teman sekelasnya yang juga teman dekatnya. 

“Nggak tahu mbak. Tadi nggak masuk sekolah. Tadi juga dicari sama bu Marsidah”.

“Oh, ya sudah”. Sambil lalu ku tinggalkan anak-anak yang sedang makan siang pulang sekolah. 

Ku tanya pengasuh yang lain juga tidak ada yang mengetahui batang hidungnya.

Huuuhhh. Tuyuul…. Kalau nanti dia di gondol tuyul beneran gimana? Kan kita yang kena marah. Dalam hatiku menggerutu. 

Ba’da ashar

 Jam segini, jama’ah juga sudah selesai dari tadi kok belum pulang juga. 

 Semua informasi dari para pengasuh sudah ku gali. Tapi hasilnya nihil. 

 Dalam hati ku mulai resah. Kemana ini anak orang. Kalau hilang gimana?? Susah pokoknya. Apalagi sampai hilang atau di culik orang. 

 Ditengah kesibukanku mengawasi anak-anak yang sedang piket. Tiba-tiba dia muncul dengan ekspresi datar dan tidak ada rasa bersalah sama sekali. 

 “assalamualaikum”.

 “Waalaikumsalam” jawabku. 

 

 “Eits.. mau kemana kamu?”. 

“Mau piket mbak”. 

“Kamu dari mana? Asar kok baru pulang”.

“Ngerjain tugas dirumah temen mbak”. Dengan santainya dia menjawab seperti itu. barang bukti sudah jelas. Masih bisa membelokkan fakta tanpa ragu. 

Aduuh.. ini anak kok berbakat akting ya. 

“Kamu nggak usah bohong, tadi gurumu sms mbak kalau kamu nggak masuk sekolah. Kemana kamu?”. Tandasku sekali lagi. 

Hehehe dengan wajah cengengas-cengenges dia menjawab.

“Dirumah temen mbak”. 

“Cewek apa cowok?”

“Cowok mbak”. Jawabnya tanpa ragu dan malu.

Wah, ini masalahnya. Dia sudah kenal cowok dan apa yang mereka lakukan selama itu. hampir seharian penuh sejak pagi tadi sampai kepulangannya.

Kalau sudah seperti ini kasusnya, orang tua harus dikasih tahu dan diberi penngertian. 

Tapi, yang menjadi ganjalan adalah orang tua (atau yang mewakilinya) Nia sudah memasrahkan sepenuhnya ke asrama. Apapun yang terjadi trerserah para pengasuh. Nah lhoo… kalau sudah begini repot urusannya. Orang tua terkesan tidak mau tahu dengan apa yang terjadi dengan anaknya. 

Di panggil untuk sekedar memberikan informasi bahwa tingkah anaknya selama di asrama seperti ini, nggak mau datang. Ya sudah lah. Mungkin orang tuanya sibuk dan pekerjaannya nggak bisa ditinggalkan. Atau mungkin berat di ongkos. 

Dengan atau tanpa orang tuanya Nia tetap di hukum. Dia akan diberi hukuman untuk berkalungkan kardus bertuliskan “saya tidak akan membolos sekolah lagi”. tulisan itu akan ia pakai sekolah selama satu bulan berturut-turut. 

Selain kasusnya kabur dari sekolah, dia juga ikut terlibat dalam kasus pergi ke malioboro tanpa melaksanakan sholat. Hadeh. Bayangpun! Anak kok penuh masalah. 

Pada dasarnya anak-anak adalah anak yang baik. Hanya saja lingkungan yang akan membentuk mereka menjadi warna pelangi. Mungkin Nia menjadi seperti itu terpengaruh oleh lingkungannya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status