Share

Tingkah Salwa

Penulis: tresnoasih
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-30 22:54:20

 Salwa tinggal di asrama karena keinginannya sendiri. Bukan karena paksaan. Dia memilih tinggal di asrama karena sekolahnya dekat dengan asrama dan yang jelas sekolah salwa satu yayasan dengan APPI.

 Si Salwa yang sedikit berisi badannya, ia selalu ceria memberikan warna tersendiri bagiku. Dia tidak pernah mebantah apa yang diperintahkan pengasuhnya. Dia juga tidak pernah melanggar aturan-aturan asrama. 

 Salwa  sekarang kelas dua SMK. Kebetulan di sekolah salwa hanya ada dua jurusan. Masak dan menjahit.

  “Hah? Masak aja pake sekolah. Aku nggak sekolah bisa masak”. Celetuk si Nisa anak kelas satu SMP. 

 “Masaknya disekolah itu bukan sekedar masak biasa seperti ibumu yang masak. Kalau ibumu yang masak mentok-mentoknya gulai ayam. Ini sekolah masak nantinya masakan di jual. Diajarin juga cara jualnya gimana kalau disekolahku. Yang dimasak juga bukan cuma masakan-masakan standar. Masakan internasional juga nasional dipelajarai disekolahku. Masakan perhotelan di ajarkan”. 

 Sang pemiilik sekolah nggak terima. Karena sekolahnya diejek. Hoho lebay.  Maksudnya salah satu muridnya. Kalau pemilik sekolah yayasan. 

 Salwa seneng banget dengan dunianya “menjahit”. Sampai-sampai Hj Sriyani memanfaatkan keahliannya. Salwa sering disuruh Hajah Sriyani untuk menjahitkan baju-baju beliau yang hanya sekedar sobek atau membuatkan satu baju utuh. Meski baru kelas dua Salwa sudah menguasai dengan detail ilmu jahit menjahit.

***

 Sepertinya semua orang suka dengan Salwa. Parasnya yang cantik menarik hati bagi kaum adam. Ditambah perangainya yang juga baik menambah nilai plus-plus baginya. Tapi, Salwa sedikit menjaga jarak dengan kaum adam. Dia tidak ingin berpacaran sebelum dia lulus. Entah lulus sekolah atau lulus kuliah. Bisa jadi lulus kuliah S2. 

Hoho keburu tua dong…

 Salwa berhadapan dengan lawan jenis saat-saat tertentu saja. Jika ada keperluan. Jika tidak ya sudah. Tidak mungkin deh…

***

Salwa tergolong berbadan gendut. Besar badannya lebih besar dari rata-rata anak seusianya. Mungkin dua kali lipatnya. 

Meski tergolong gendut Salwa masih dikatakan cantik. Kulitnya kuning langsat. Lesung pipit di kedua pipinya menambah aksen tersendiri saat senyumnya mengembang. 

 Gendut tapi cantik. Itulah kata yang tepat untuk mengggambarkan diri Salwa. Dengan berat badan 60 kg disaat usia masih tujuh belas tahun. 

 Woooww…. Enan puluh kilo bro. gendut kan ukuran anak kelas dua SMK. Kalau ibu-ibu hamil sih nggak masalah beratnya  segitu. Lah ini anak kelas dua SMK. Ya sudahlah… biarkan itu urusan dia sama badannya. 

 Lanjut.. 

 Yang paling aku suka kalau dia pulang kampung. Dia dari brebes. 

 Loh. Gaung APPI kok bisa sampai kota telur? 

 Ya, karena ada saudara dan kerabat APPI yang tinggal di brebes. Sekalian promosi. Awalnya promosi sekolah SMK. Tapi otomatis kan. Kalau dari luar daerah sekolah di Jogja pasti tinggalnya di dekat-dekat situ kan. 

Nggak mungkin mau pulang pergi Jogja-Brebes dalam satu hari. (Tidak semua  supir travel yang kuat sekali jalan bolak-balik BrebesJogja ). Entah kos, asrama atau di pondok. 

Denger-denger di Brebes banyak ternak bebek dan telurnya di buat telur asin. Nah, ini yang paling aku suka. Saat Salwa pulang kampung. Pasti ada sesuatu yang ia bawa dari rumah meski hanya sekedar buah tangan untuk para pengasuhnya. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Senyum Bahagia Maharani   Empat Belas Kilometer ( tiga)

    Empat Belas Kilometer (tiga)Liku-liku menjadi setrika jalanan(karena setiap hari melewati jalan yang sama hingga disebut setrika jalanan) banyak banget suka dan dukanya meski baru tiga tahun berjalan.Suatu malam, aku pulang sendirian. Pulang malam karena kelas berakhir jam 18.45. Otomastis matahari sudah kembali ke peraduannya.Bergantidengan gemintang yang menjadi cahaya temaram teman pejalan malam seperti Maharani.Jika beruntung, sedang bulan purnama misalnya. Sorot cahaya malam dari bulan akan menambah syahdu perjalanan mengayuh sepeda onthel.Malam ini beruntung sekali. Hujan turun sejak siang hari. Dikiranya akan reda jika malam telah tiba.Minimal ketika Rani menyelesaikan kelasnya dan pulang.Maharani tipe mahasiswi yang kupu-kupu. Alias kuliah pulang, kuliah pulang.Sama seperti hari-hari biasa, setelah kelas berakhir jam berapapun Rani akan langsung pulang.Meski jarum jam yang panjang ber

  • Senyum Bahagia Maharani   Empat Belas Kilometer (dua)

    Empat Belas Kilometer (dua) Setiap hari Rani menyusuri jalanan padat merayap. Jalan utama menuju kampus. Dengan mengayuh sepeda imutnya, ia berjalan dengan kecepatan sedang. Bisa menghabiskan tiga puluh menit di jalanan jika ia mengayuh santai. Jika lebih santai bisa-bisa sampai empat puluh lima menit. Seringnya Maharani menikmati perjalananya. Kecuali sedang musim penghujan. Jika musim hujan datang, hujan turun tidak bisa di prediksi apalagi di minta. Kadang di tengah perjalanan berangkat ke kampus tiba-tiba hujan. Yang sedih adalah dalam perjalanan berangkat ke kampus tiba-tiba hujan. Sebelum berangkat tidak ada tanda-tanda untuk hujan. Maka persiapan tidak ada sama sekali. Yang ada basah kuyup sekujur tubuh. Alhasil, sebelum masuk kelas berjemur dulu. Jika cuaca telah berubah. Jika tidak, bergegas mencari teman yang tempat kosnya dekat dengan kampus untuk mencari pinjaman baju. Mom

  • Senyum Bahagia Maharani   Empat Belas Kilometer (satu)

    Empat Belas Kilometer (satu) Pagi ini cerah sekali. Tepat di pukul delapan pagi matahari mulai meninggi. Langit biru cerah. Terik matahari menembus sela-sela kehidupan bumi. Pagi yang cerah bisa menambah semangat hidup para penduduk bumi. Tak terkecuali bagi Maharani, mahasiswi semester empat yang setiap kuliah menggunakan alat transportasi sepeda onthel. Jarak antara asrama ke kampus tujuh kilometer. Jika pulang pergi tinggal di kali dua aja. Jadi, jika Maharani setiap hari masuk kuliah, berarti dia akan menempuh jarak tujuh kilometer di kali dua, yakni empat belas kilometer. Lumayan lah, itung-utung olahraga haha. Setiap pagi, jika cerah seperti pagi ini. Rani bergembira menempuh perjalanan dari asrama ke kampus. Ditemani oleh cerahnya langit biru. La la la la la. Sambil mengusir sepi, dalam perjalanan Rani bernyanyi sendirian. Jika ada yang dengar seperti orang gila haha. D

  • Senyum Bahagia Maharani   Rombongan Bar bar

    Rombongan Bar bar. "Rani, nanti malam akan ada rombongan dari Sumatra satu bus menginap di sini. Tolong siapkan kamar lantai dua untuk menginap tamu-tamu itu. Oh iya, kasih tau juga pengasuh putra untuk membersihkan aula. Biar nanti yang laki-laki tidur di aula". Lagi, dan lagi ibuk memerintah Maharani setelah selesai sholat jamaah subuh. Ibuk selalu memerintahnya karena beliau menggap Rani adalah pengasuh yang paling cekatan diantara pengasuh yang lain. Apa yang di perintahkan oleh ibuk akan langsung dikerjakan oleh Maharani. Berbeda dengan pengasuh lain yang mungkin, dengan segera mereka kerjakan namun ritme kerjanya kurang cepat. Sementara ibuk menginginkan pekerjaan yang ada di hadapan mata ya harus dikerjakan dengan segera. Supaya tidak menumpuk dan tertimbun dengan kerjaan yang lain. Pukul 20.30 rombongan tamu dari Sumatra tiba.Satu bus ukuran besar

  • Senyum Bahagia Maharani   Rawon Cinta

    Rawon Cinta "Rani, hari ini kamu kuliah tidak?" Ibuk memanggilku dan bertanya setelah kita pulang sholat subuh berjamaah. "Hari Sabtu saya kosong buk, tidak kuliah".Jawabku singkat. "Hari ini kita bikin rawon ya. Nanti sore ada tamu berjumlah sepuluh orang". "Iya buk". Wah, senang sekali. Kita akan makan daging sapi hehe Rani yang belum pernah masak daging sapi dengan olahan rumit merasa senang jika dia akan menyaksikan langsung pembuatan rawon. Bukan. Bukan menyaksikan. Melainkan menjadi pelaku pendamping, karena pelaku utama pemasak rawon adalah ibuk. Setelah daging sapi beku di keluarkan dari freezer, kita langsung olah TKP. Eh, maksudnya mengolah masakan. Pertama-tama bumbu dipersiapkan.Bumbu-bumbu yang harus di persiapkan untuk membuat rawon adalah. Bawang putih, bawang merah kluwek at

  • Senyum Bahagia Maharani   Dea, Anak Baru tapi Songong

    "Rani", Tiba-tiba suara Hajah Sriyati membuyarkan lamunanku. Huh, mana lagi membayangkan mas Al lagi. Gerutuku dalam hati. "Iiiya, buk". Jawabku setengah berlari menuju arah suara. "Itu gudang, kenapa berantakan banget. Hari ini, kamu dan teman-teman silahkan bereskan". "Iya, buk". Jawabku tanpa banyak tanya. La la la, belum sampai langkah ini ke gudang yang dimaksud ibuk( panggilan kami ke Hajah Sriyati). Ada lagi makhluk yang tiba-tiba nongol dan berkata. "Mbak, aku bantuin mberesin gudangnya".Wow amazing. Sorakku dalam hati. Ada anak yang sukarela nawarin tenaganya untuk mberesin gudang. Biasanya teman-teman yang lain, dimintain tolong aja ogah-ogahan.Lha ini kok nawarin diri. Syukur lah. Tambah-tambah tenaga buat angkat berat. Oh iya, anak tadi sesama pen

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status