*POV RYN Hari ini, aku berniat ingin memberikan hadiah. berupa makanan yang abang Andrian suka. Ku buka handphone yang sedari tadi ada digenggaman untuk mencari-cari informasi tentang makanan yang enak. Aku berniat akan membuatkan makanan kesukaan Abang Andrian, namun aku belum mengetahui apa makanan kesukaannya. hingga pada akhirnya aku teringat pada ibu. Pasti ibu mengetahui tentang makanan kesukaan abang. Kucari kontak bernama ibu, yang ada di layar handphoneku. Aku merasa memang sudah lama sekali tidak mengobrol dengan ibu. Semenjak meminta obat untuk Abang Andri yang sakit, Rasanya aku tidak bisa melakukan hal lain, selain berada didekatnya. "Tuuutt..." Suara dering hp terdengar. Setelah beberapa kali berdering akhirnya ibu mengangkat telpon dariku. "Halo.. ibu apa kabar?". Ku mulai pembicaraan ini dengan menanyakan kabar ibu. "Baik nak, bagaimana dengan kamu Dan Andrian?, apakah dia sudah membaik?". Ibu balik menanyakan kabar kami. "Alhamdulillah baik bu, ayah baik bu?. Ak
" tapi bang, aku merasa sangat bersalah kepada abang” Ryn merasa bersalah dan berniat akan menggantikan kesalahnya untuk memberikan Andrian sebuah hadiah “untuk menebus kesalahanku, apakah abang mau kalau aku saja yang mngurut pinggang abang? bagaimana?" Ucap Ryn.Tanpa pikir panjang lagi Andrian pun menerima tawaran Ryn. " Good idea Ryn, abang terima tawaran kamu dengan senang hati". Dengan segera Andrian beranjak naik keatas kasur dan rebahan dengan posisi tengkurap, ia telah siap menerima pijatan demi pijatan dari tangan wanita nya itu. "Abang sudah siap sayang?” Tanya Ryn, dan Andrian pun menganggukkan kepalanya. “Mari kia mula!” Ryn pun ikut naik ke atas kasur, dengan membawa sebotol minyak urut digenggamannya. "Abang tahan ya kalau sakit! " "Siap sayang, abang pasti tahan. tahan lama untuk kamu sayang.." andrian menggoda Ryn."Ihh abang" Perlahan Ryn membalurkan minyak urut keseluruh bagian punggung Andrian. dengan pelan ia menaburnya dan diusap sampai merata keseluruh tubuh.
Ibu Ratih pun menyuruh mereka untuk beristirahat ke kamarnya. " yasudah sana, kalian istirahat juga. Buat anak lagi yaah malam ini hihi"selanjutnya...***mereka saling bertatap muka. mendengar perkataan ibu Ratih membuat Andrian dan Ryn tidak mampu berkata - kata."hmm.. yasudah bu, kami masuk dulu yaa." " iyaa sayangg." sesampainya Ryn dan Andrian didalam kamar. seketika Suasana jadi hening dan sunyi tanpa ada perbincangan, mereka masih memikirkan tentang perkataan ibu Ratih yang meminta mereka untuk membuat kan seorang cucu untuk nya.setelah satu menit kemudian Andrian menyeletuk dan akhirnya mereka pun saling bersahutan. " Bagaimana saya bisa membuat anak. kalau saya saja belum pernah melakukan hubungan suami istri dengan Ryn. "." iyaa bang, gimana ya, ibu dan juga ayah selalu meminta cucu dari kita berdua. sedangkan kita aja belum pernah melakukan nya."" apaakaahhh seharusnya abang meniduri wanita lain saja yaaa??" " ihhhhh abaannngg..." Ryn mendumel, tangannya bergerak me
*** Sesampainya di tempat acara. Mereka berjalan saling bergandengan, menuju ballroom. Layaknya sepasang pengantin di acara tersebut, mereka malah menjadi pusat perhatian dan menjadi buah bibir bagi para tamu undangan. Terutama dikalangan pria, penampilan Ryn membuat mereka sampai tidak berkedip, memandangi kencantikan Ryn. "Cantik" Suara itu sontak terdengar dari mulut para lelaki. Membuat hati Andrian menjadi panas mendengarnya, ia tidak rela jika ada yang memuji kecantikan Ryn selain dia. "heeii.. heii Andrian. sini dong". Teriakan dari arah teman-teman Andrian menggelegar, memanggil namanya, dan kemudian menghentikan langkah mereka. Masih dengan tangan yang tergandeng, Andrian menarik tangan Ryn untuk mendekat menuju arah panggilan tersebut. "Haii...." Andrian menyapa teman temannya. "kalian dari tadi ada disini?, oyaahh.. kenalin nihh istri gue, namanya Ryn" Andrian berusaha mengenalkan istrinya ke hadapan para teman nya. "Muda dan cantik banget istri kamu rian. Waahh kamu sa
"haiii.. Andrian.?" terdengar suara wanita yang berusaha mendekatinya. "masih inget gue kan? gue Maria, gadis yang sempat pacari di malam pensi dua belas tahun silam. Jangan bilang kalau lu ga inget." Aktivitas Andrian terhenti, ketika Maria menghampiri dan membuka kembali lembaran lembaran masa lalu yang ia coba lupakan. Matanya terbelalak mengarah ke wanita tersebut, pikirannya tenggelam dalam ingatan dua belas tahun yang lalu. POV Andrian Aku mengingat kejadian dua belas tahun yang lalu, Maria adalah wanita yang pernah menjadi kekasihku saat itu. Saat ketika malam pensi diselenggarakan. dimana, itu adalah malam terakhir masa SMA yang tidak mungkin dilupakan. Dulu memang aku sempat berpacaran dengannya, namun tidak berlangsung lama kami pun putus, karena ulahku yang dengan berani melakukan hal yang kurang baik kepadanya. Aku berusaha menurutkan nafsuku dengan mencoba meremas dua gundukan kenyal yang ada pada dirinya. Hingga pa
POV Andrian langsung kubopong tubuh lena yang mungil. ke dalam kamar yang selalu ditiduri oleh Turi. kubisiki tepat di telinganya dengan nada yang sensual. "tenang Lena sayang, aku akan membantumu mengakhiri penderitaan mu itu". Selanjutnya.. ***"ka, apa yang sedang kamu lakukan kepadaku ugghhhh...?". Setelah berada didalam kamar, aku langsung menjatuhkan tubuh lena keatas kasur yang ukuran nya hanya muat untuk satu orang, memanglah terdengar sempit untuk melakukan permainan semacam ini. Namun karena tubuh lena yang mungil dan ditambah badanku yang tidak terlalu besar, kami enjoy saja menikmati semua ini. Setelah tubuhnya terbaring diatas kasur, sejenak aku meloroti pandanganku keobjek tubuhnya dari ujung kaki hingga ke ujung rambutnya, namun pandangan ku terhenti ketika aku melihat ke dua gunung kembar yang telihat sangat montok, Aku tahu usia Lena masih belasan tahun, tapi tidak kusangka Lena memiliki gundukan yang sangat besar, yang tidak sesuai dengan kebanyakan wanita seusia
#kembali ke acara pernikahan.. POV Author Ryn menepuk pelan pundak Andrian, sembari memanggilnya. "Bang,.. abang mikirin apa sihh?", kok dari tadi dipanggilin ga nyaut-nyaut. "hmm.. engga ko Ryn, abang abang ga mikirin apa - apa". Andrian melempar pandangannya kearah Maria, mantan kekasihnya itu. Dan menjawab pertanyaannya. "tentu saja saya masih ingat, dong." setelah ia menjawab pertanyaan Maria. Lalu ia pun berpamitan dan berlalu pergi meninggalkan Maria, dengan menggandeng tangan wanita disampingnya. "ayo sayang. Kita kembali kemeja". Seru Andrian. Mereka pun melangkah menuju meja, yang jaraknya jauh dari tempat teman-temannya berada. Mereka menikmati hidangan yang sudah ada diatas piring, sambil berbincang-bincang. Mata Andrian terus menatap wajah Ryn penuh gairah, dan tidak mampu berkedip sekalipun.. " Ryn.."" iya bang.."" apakah kamu sengaja bersolek seperti ini?." " sengaja mak.. maksud nya?" tanya Ryn. ia berpura - pura polos, dan menanyakan apa yang dimaksud oleh An
"Akkkhhhh....mhhmmm.. Tunggu bangg..." teriakan Ryn menghentikan pertarungan yang sedang berjalan. Membuat Andrian sedikit kebingungan. Apakah Ryn akan menolaknya kembali?, seperti hari dimana Andrian jatuh sakit. Ataukah ada hal penting yang ingin Ryn sampaikan kepadanya.? #Selanjutnya.. ***" Ada apa Ryn?.." perlahan Andrian menghentikan permainannya, dengan mata yang terlihat masih sayu ia menatap kearah Ryn. " Abang, aku ingat sekarang... Aku ingat semuanya bang,.. Aku ingat kalau dulu aku dan abang pernah memiliki perasaan. kita pernah saling cinta, benar kan bang?..." Air mata Ryn mengalir saat mengungkapkan semuanya. Apa yang ia rasakan saat ini membuat dia terharu, karena selama ini dia sudah berusaha untuk mengingat, Tetapi ingatan nya tidak kunjung pulih, namun ketika ia mencium bibir Andrian ia mengingat semuanya. " bahkan kita pernah berciuman. Benar kan abang.? jawab!." Kejadian dua belas tahun yang lalu kini terlintas jelas didalam memori ingatan Ryn. Ingatan Ryn kini