Share

Sepupuku Ternyata Maduku
Sepupuku Ternyata Maduku
Author: Ainulmardhiah

1. Tidak Puas

last update Last Updated: 2024-10-15 06:57:29

Suasana dingin malam ini, seolah tak terasa saat kedua insan saling menukar kehangatan di tengah kegiatan malam.

Dania Regita, seorang wanita berusia dua puluh delapan tahun merasa bahagia karena menikah dengan seorang pria yang menjadi kekasihnya semenjak mereka masih berkuliah.

Ya, Dania dan Hadi Prayoga memutuskan untuk menikah walaupun mereka masih duduk di bangku kuliah.

Pernikahan yang penuh cinta itu kini telah berjalan tujuh tahun.

Namun, diantara keduanya masih belum dikarunia anak.

Dania yang berprofesi sebagai dokter spesialis anak, lebih sering menghabiskan waktunya di rumah sakit.

Tapi, meski begitu wanita yang memiliki rambut sebahu dengan kulit putih bersih itu tetap berusaha menjadi istri yang baik bagi suaminya.

Selain cantik, Dania juga memiliki hati yang baik.

Ia tidak pernah berburuk sangka kepada siapapun, jika tidak ada bukti yang akurat.

Dania juga merasa bersyukur, di tujuh tahun pernikahan mereka, ia dan Hadi masih sama-sama saling mencintai meski belum ada buah hati di antara mereka.

Seperti malam ini, Dania sedang menjalankan kodratnya sebagai seorang istri.

Ia melayani Hadi dengan sepenuh hati, meski tubuhnya merasa lelah karena seharian bekerja di rumah sakit.

“Ck … kenapa kamu gitu-gitu aja?” celetuk Hadi di tengah-tengah kegiatan mereka.

Pria itu melepaskan penyatuan dan bangkit dari atas tubuh sang istri meski belum mencapai klimaks.

“Maksudnya gimana, Mas?” Dania menatap wajah Hadi yang terlihat kesal.

“Berhubungan sama kamu tuh monoton banget, gak kayak sama ….” Hadi menghentikan ucapannya, kedua bibir pria itu seketika mengatup.

Sementara Dania yang masih berada di atas ranjang, bangkit dengan perlahan.

Wanita itu menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut tebal.

“Kayak sama siapa, Mas?” Dania menatap ke arah suaminya yang kini tengah berpakaian.

“Lupakan saja!” balas Hadi singkat.

Setelah itu, ia berjalan ke arah balkon kamar sambil membawa sebatang rokok beserta korek.

“Apa maksudnya?” gumam Dania, wanita itu terdiam dengan pikiran yang mulai diserang banyak pertanyaan.

Apa maksud dari ucapan Hadi barusan?

Dania terus kepikiran hal itu, sementara Hadi dengan santainya menghisap sebatang rokok di balkon kamar.

Raut wajah pria itu seolah tanpa dosa, sedangkan Dania terdiam dengan beribu pertanyaan.

Ia menatap curiga ke arah suaminya, namun wanita yang selalu bersikap lemah lembut itu tak lagi melempar pertanyaan.

Dania merasa bersalah, karena malam ini ia tidak bisa memuaskan suaminya.

Mungkin Hadi berbicara seperti itu, karena ia tidak mencapai kenikmatan.

Dania mengakui kalau malam ini ia kurang bergairah, mungkin karena tubuhnya yang terasa lelah sehingga membuatnya terlihat pasrah.

***

Keesokan paginya, seperti biasa Dania selalu bangun saat adzan subuh berkumandang.

Ia menyiapkan pakaian untuk sang suami walaupun sebenarnya ia sendiri sangat sibuk.

Namun, ia tetap ingin menjadi istri terbaik untuk suaminya.

Walaupun Hadi hanya akan berangkat ke tempat usaha mereka, Dania tetap menyiapkan pakaian yang rapi untuk suaminya.

Setelah menikah, Dania dan Hadi membangun sebuah usaha, yaitu toko oleh-oleh khas Surabaya, sesuai tempat tinggal mereka saat ini.

Dania yang subik di rumah sakit, mempercayai Hadi untuk memegang usaha mereka.

Ia tidak pernah tahu soal toko tersebut, karena Dania juga tak ingin mencampuri pekerjaan suaminya.

“Sarapan dulu yuk, Mas!” ajaknya dengan bibir tersenyum. Ia ingin memberikan senyuman semanis mungkin untuk suaminya.

Karena semalam Hadi merasa tidak puas disaat mereka berhubungan, mungkin dengan senyum manis pada wajahnya, bisa mengurangi rasa kecewa yang suaminya dapatkan semalam.

“Iya, hari ini kamu pulang jam berapa?” tanya pria itu seraya duduk di kursi yang menghadap langsung pada meja makan.

Di sana sudah tersedia berbagai hidangan, bukan Dania yang masak, melainkan mbok Darmi. Wanita berusia lima puluh tahun yang sudah bekerja di rumah itu semenjak Dania dan Hardi memutuskan untuk tinggal bersama.

Awalnya, mbok Darmi bekerja di rumah orang tua Dania, karena anak majikannya pindah rumah, wanita yang tak lagi muda itu diutus oleh kedua orang tua Dania untuk bekerja di sana.

Oleh karena itu, Dania juga cukup dekat dengan mbok Darmi.

“Aku pulang sekitar jam lima sore, Mas,” Dania menjawab pertanyaan suaminya.

“Oh, ya sudah,” balas Hadi singkat.

Entah kenapa, pagi ini pria itu berbicara singkat, apa mungkin karena efek semalam ia tak mendapatkan kepuasan dari sang istri.

“Kalau kamu, pulang seperti biasa ‘kan, Mas?” Dania menatap ke arah wajah tampan suaminya.

Hadi memang memiliki wajah tampan, kulitnya putih bersih, tubuhnya tinggi dan berisi. Sangat perfek di mata Dania. Hal tersebut pula yang membuat Dania selalu jatuh cinta kepada suaminya.

“Kurang tahu. Soalnya kerjaan di toko juga lumayan banyak. Hari ini ada beberapa barang yang datang. Emmm … aku pake uang kamu dulu ya,” tutur Hadi.

“Buat apa, Mas?” Dania mengerutkan keningnya.

Mereka memang memiliki satu rekening yang berisi tabungan bersama.

Namun, di dalam rekening itu lebih banyak uang milik Dania, karena wanita itu sering memasukkan uang gajinya ke sana.

“Untuk bayar beberapa barang. Kemarin ada yang ngambil barang dari toko, tapi belum dibayar. Nanti kalau udah dibayar, aku ganti,” tutur pria itu dengan wajah meyakinkan.

“Ya udah, pake aja, Mas. Itu juga ‘kan uang kita bersama.” Dania lagi-lagi tersenyum manis.

“Oke, makasih ya.”

“Gak usah makasih juga, Mas. Tapi emmm … gimana kalau nanti sore kita ….”

Tak lama kemudian ponsel Hadi berdering menandakan ada panggilan masuk.

Pria itu segera membuka ponselnya, namun sedikit menjauhkan benda tersebut dari Dania.

“Sebentar, aku angkat telpon dulu!” Hadi bangkit dari duduknya, pria itu berjalan ke belakang sambil menempelkan benda canggih tersebut pada telinganya.

Dania memperhatikan punggung suaminya yang semakin menjauh.

“Sejak kapan Mas Hadi nerima telpon sampe menjauh begini?” gumam Dania yang hanya terdengar oleh mbok Darmi yang sedang menuangkan air minum ke dalam gelas di atas meja makan.

“Coba Non ikuti kalau penasaran,” celetuk mbok Darmi yang mendengar ucapan majikannya tadi.

“Ah, nggak, Mbok. Paling itu telepon dari rekan Mas Hadi atau dari pelanggan toko.” Dania membalas dengan wajah yang berusaha tetap terlihat tenang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sepupuku Ternyata Maduku    13. Orang Tua Disa

    Dania ingin memberikan banyak pertanyaan untuk Disa, namun sepertinya anak itu terlihat ngantuk karena telah minum obat juga. Dania tak ingin mengganggu pasiennya dengan pertanyaan yang mungkin tidak penting. Akhirnya, Dania membiarkan Disa beristirahat karena ia juga harus memeriksa pasien yang lain. Anehnya, dari kemarin Dania tidak bertemu dengan orang tua Disa. Entah mungkin karena kedua orang tua anak itu sedang sibuk atau bagaimana. “Disa istirahat saja ya,” ucap Dania sebelum keluar dari ruangan itu. “Dokter cantik mau kemana?” tanya Disa yang masih menatap ke arah Dania. “Dokter mau memeriksa pasien yang lain,” jawab Dania yang diiringi dengan senyum manis. “Pasien dokter banyak ya?” tanya anak itu yang terdengar lebih ceria. “Iya, pasien dokter kebanyakan anak-anak seperti Disa.” Lagi-lagi Dania menjawab diiringi dengan senyuman. “Wah, asik dong aku kalau keluar pasti banyak teman. Aku bosen disini terus, Dok. Aku mau keluar,” ucap anak itu dengan wajah yang berubah

  • Sepupuku Ternyata Maduku    12. Jawaban Disa

    Tangan Dania bergetar hebat, bahkan ponsel Hadi yang berada di dalam genggamannya hampir terjatuh. Dadanya terasa sesak, ia takut ada kenyataan besar yang menghantamnya setelah ini. Dania takut ada sesuatu diantara Hadi dan juga Lila. Dania akan sangat hancur jika Hadi berani menduakan Dania dengan sepupunya sendiri. Seorang sepupu perempuan yang dulu pernah ia berikan tumpangan hidup di rumahnya itu. Ya, Lila adalah sepupu perempuan Dania, wanita itu juga pernah tinggal di rumahnya beberapa bulan ketika Lila baru lulus sekolah dan bekerja menjadi seorang SPG di daerah Surabaya. Dania meremas ponsel yang digenggamnya. Tak lama kemudian terdengar suara gumaman dari arah ranjang yang membuatnya langsung menoleh. Hadi menggeliat dan berganti posisi. Dania mengambil ponselnya, dengan cepat ia memfoto layar ponsel Hadi yang masih menampilkan bukti transfer ke ATM atas nama Lila. Setelah itu, ia segera mengembalikan ponsel Hadi ke dalam tas, karena takut pemiliknya bangun.

  • Sepupuku Ternyata Maduku    11. Bukti Transfer

    Dania memutuskan untuk pulang ke rumah, karena ia juga merasa lelah setelah seharian bekerja di rumah sakit. Terlebih lagi, hari ini ada beberapa pasien kritis yang ditanganinya. Termasuk anak yang bernama Disa. Sepertinya anak itu akan menginap beberapa hari di rumah sakit, karena kondisinya yang memungkinkan harus tetap rawat inap. Dania tiba di rumah sebelum adzan maghrib berkumandang. Wanita itu segera membersihkan diri dan mengambil wudhu. Ia menunaikan sholat Maghrib seorang diri. Karena sekalipun Hadi ada di sana, pria itu tidak pernah mau diajak sholat berjamaah oleh Dania. Ia juga tidak terlalu mempermasalahkan itu, Dania tak ingin terlalu mengatur suaminya, karena Hadi juga bukan anak kecil. Pria itu sudah bisa berpikir sendiri. Hanya saja, mungkin Hadi belum mendapat hidayah sehingga pria itu jarang mendekatkan diri kepada sang kuasa. Sekitar pukul delapan malam, Hadi baru tiba di rumah. Dania segera menyambut kedatangan suaminya seperti biasa. Ia juga menawari Ha

  • Sepupuku Ternyata Maduku    10. Menemui Hadi

    Dania menjalankan mobilnya dengan cepat, ia ingin mengetahui keberadaan Hadi. Kemana perginya Hadi dari semalam? Tidak mungkin pria itu pergi tanpa tujuan. Jika tujuannya baik, kenapa juga Hadi sampai tidak izin padanya. Saat ini, Dania tak tahu dimana keberadaan suaminya. Karena Hadi juga tak dapat ia hubungi. Wanita itu sengaja berangkat lebih pagi, karena ia akan datang ke sebuah tempat sebelum ia ke rumah sakit. Dania datang ke toko terlebih dahulu. Meskipun jaraknya cukup jauh, tapi ia tetap pergi ke tempat itu untuk mencari keberadaan Hadi. Setelah tiba di toko, Dania segera turun dari mobil dan berjalan dengan cepat. Toko oleh-oleh khas Surabaya miliknya itu baru buka sebagian. Dania yakin yang berada di sana baru sebagian karyawan saja. “Selamat pagi, Bu!” sapa seorang karyawan wanita yang menyambut kedatangannya di depan pintu. Mereka tahu itu adalah pemilik toko tersebut. Oleh karenanya mereka memberikan sambutan hangat. “Pagi, apa Bapak ada di sini?” tanya Dan

  • Sepupuku Ternyata Maduku    9. Kemana Perginya Hadi?

    Dania membuka WhatsApp di hp Hadi, fokusnya langsung kepada pesan teratas dari kontak yang bernama Imron. “Imron siapa ya?” gumam Dania dengan wajah bingung. Namun, jari jempolnya segera mengklik pesan dari kontak tersebut. (Makasih ya, Mas transferannya)Dania mengerutkan kening, ia tidak bisa membaca pesan teratas karena telah dihapus. Ia juga mengecek foto profil kontak tersebut. Itu hanya foto pemandangan saja, tidak ada gambar orang atau apapun. Dania berusaha menebak, ia rasa tidak ada teman Hadi yang bernama Imron. Terus kenapa orang itu bilang terima kasih atas transferan. Berarti Hadi telah melakukan transaksi untuk orang tersebut. Dania kembali dipukul banyak pertanyaan, transaksi untuk apa dan nominalnya berapa? Padahal, tadi sore pria itu meminta uang dua juta untuk renovasi toko, lalu uang apa yang Hadi kirim untuk orang bernama Imron itu? Dania terdiam cukup lama, sampai ia teringat sesuatu. Di hp itu juga ada m-banking, Dania berniat untuk mengeceknya. Ia

  • Sepupuku Ternyata Maduku    8. Mencari Bukti

    “Aku tau kamu punya uang, Dania. Dua juta bukanlah nominal yang banyak buat kamu. Kenapa kamu sulit sekali untuk memberikan kepada suamimu sendiri?” Hadi terdengar ngotot dan memaksa. “Tapi buat apa dulu, Mas?” Dania masih ingin mengetahui alasan suaminya meminta uang sebanyak itu. “Aku mau renovasi toko. Kamu jangan banyak tanya lagi, kirim uangnya sekarang, karena aku mau beli alat-alat untuk renovasi,” jelas Hadi yang membuat Dania terdiam sejenak. “Beneran, Mas buat renovasi toko?” Dania menatap serius ke arah suaminya. “Sejak kapan aku bohong sama kamu dan sejak kapan kamu tidak percaya sama aku? Dania, bukankah dari sejak pertama kali menikah, kita sudah komitmen untuk saling percaya? Apa kamu lupa itu?” tutur Hadi lagi panjang lebar yang membuat Dania seolah tak dapat lagi membantah. “Iya, Mas.” Akhirnya wanita itu menunduk patuh. “Ya sudah, sekarang kamu kirim uang dua juta ke rekening aku. Kamu tenang saja, semua yang aku lakukan juga untuk keluarga kita dan semua yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status