Share

Seragam Bekas Milik Keluargaku
Seragam Bekas Milik Keluargaku
Author: Jingga Amelia

Bab 1

Author: Jingga Amelia
last update Last Updated: 2023-03-10 20:36:28

"Maaf, Na. Jatah seragamnya habis, gimana kalau pakai bekas waktu nikahan Sofia dulu itu? Masih bagus, kan? Atau sudah usang gara-gara sering di pakai?" ucap Tante Gina, saudaraku yang akan menikahkan anaknya yang kedua.

Aku hanya pasrah ketika semua anggota keluarga mendapatkan seragam baru berwarna pastel sedang keluargaku tak mendapatkannya. Ayah, Ibu dan aku hanya mengiyakan perkataannya karena biasanya memang seperti itu. Kami selalu dinomor sekiankan dari seluruh keluarga karena kami paling miskin.

"Iya nggak apa-apa, Tante. Seragamnya masih, kok."

"Mbak Na, tapi aku pengen yang kaya itu. Warnanya bagus," celoteh Arum, adik perempuanku.

Aku hanya menatapnya sendu, lalu mengelus puncak kepalanya. Sedangkan Tante Gina terlihat pura-pura tak mendengar dengan sibuk mengemasi seragam-seragam milik keluarga yang lain.

"Sudah, nggak apa-apa. Seragam yang itu kan masih bagus. Yuk kita lanjutkan beres-beres, terus pulang," kataku menenangkan Arum, lalu kembali membantu beberapa asisten rumah tangga Tante Gina membereskan ruangan bekas rapat keluarga.

Meskipun kami saudara, tapi jika ada acara atau rapat keluarga, keluargaku hanya mendapatkan bagian memasak dan membereskan sisa-sisanya saja. Kami hanya terima jadi atas semua keputusan yang mereka bicarakan.

Tak jarang aku protes pada ayah ataupun ibu, tapi mereka hanya menjawab agar aku dan Arum bersabar. Katanya, pekerjaan ini justru akan membuat kami lebih mandiri dan lebih berjasa karena membantu saudara yang sedang kerepotan.

"Nana, Arum. Sudah? Ayo kita pulang, Nak. Hari sudah semakin sore," ucap ibu dari arah dapur, ia baru saja membantu beberapa asisten rumah tangga Tante Gina cuci piring.

Aku dan Arum hanya mengangguk, lalu mendekat ke arahnya. Ayah pun juga terlihat baru saja datang dari arah belakang rumah, sepertinya ia baru saja membuang semua sampah yang telah kami kumpulkan.

Hatiku miris ketika melihat semua anggota keluarga pulang ke rumah mereka masing-masing menggunakan mobil dan sepeda motor, sedangkan kami memilih jalan kali ke jalan raya depan dan menunggu angkutan umum. Tak ada satupun dari mereka yang memberikan kami tumpangan meski kendaraan mereka tak penuh.

"Sudah, nggak usah diliatin. Yuk kita jalan," kata ayah yang seolah paham dengan yang kupikirkan.

Kami lantas jalan berempat setelah berpamitan dengan Tante Gina dan suaminya. Langkah kaki kami selalu di dahului oleh para keluarga yang lain hingga berangkat paling awal pun pasti akan sampai rumah paling akhir.

Sesampainya di rumah, wajah Arum masih saja tak berubah. Masih masam. Aku tahu dia sangat kesal karena lagi-lagi keluarga kami tak dianggap oleh mereka, padahal ayah adalah saudara kandung Tante Gina.

"Yah, seharusnya Ayah bisa protes. Kenapa kita selalu tak mendapatkan jatah apapun, bahkan kita juga selalu mendapatkan tugas masak dan bersih-bersih. Memangnya kita itu pembantu?" tutur Arum terlihat jengkel, sedangkan ayah hanya memilih diam dan mendudukkan tubuhnya di ruangan yang kami sebut ruang tamu.

"Sudahlah, Nduk. Itu bukan perkara sulit, kan? Tak apa, yang penting kita sudah membantu saudara kita yang sedang kerepotan."

"Apa karena kita paling miskin?" ungkap Arum spontan membuat kami menatap seketika ke arahnya.

"Arum, jaga bicaramu. Bagaimanapun keadaan kita, kita tetap sama di mata Tuhan. Jangan membawa kata-kata miskin atau kaya," tuturku dengan nada sedikit tinggi.

Kuakui memang kami paling miskin, tapi aku tidak ingin melihat kedua orangtuaku bersedih dengan keadaan kami. Aku yakin mereka sudah berusaha sekuat tenaga untuk membuat kehidupan kami jauh lebih baik. Namun apa boleh dikata jika takdir Tuhan memang mengharuskan kita seperti ini?

"Tapi, Mbak ... Itu adalah hal yang memang terjadi. Mereka membandingkan kita karena kita miskin. Seharusnya mereka bisa adil, atau setidaknya Tuhanlah yang adil, membuat kita kaya juga seperti mereka!"

Plak!

Kutampar adik kesayanganku itu. Kata-katanya sungguh membuatku marah. Aku tahu dia sedang terbawa emosi, tapi tidak seharusnya menyebut Tuhan seperti itu.

Arum menangis, lalu berlari menuju kamar yang ia tempati bersamaku. Sedangkan aku hanya terdiam dan ikut duduk di samping ayah. Kedua orangtuaku terlihat sedih dengan apa yang baru saja terjadi ini, terlebih ibu, ia menangis sesegukan dengan sikap kedua anaknya.

Kami memang miskin, tapi tak seharusnya menyalahkan Tuhan.

...

[Assalamualaikum, Nana. Ijinkan saya untuk meminangmu. Besok, saya dan keluarga akan datang ke rumahmu untuk meminta restu kepada kedua orangtuamu. Mohon niat baik kami di terima. Terimakasih]

Kedua mataku membulat ketika membaca pesan dari Zaki, anak dari Tuan Muh, pemilik ladang terbesar di daerah kami. Kami memang sering bertukar pesan, tapi hanya sekedar untuk membahas jadwal pengajian yang kami ikuti bersama.

Apakah pesan ini nyata, atau hanya aku saja yang terlalu berharap bahwa ini nyata? Atau mungkin, ini memang jawaban Tuhan atas semua doa adikku kemarin. Dia mendoakanku untuk segera menikah, dan dengan orang yang sangat kaya dan terpandang. Aku tak sengaja mendengarnya berdoa beberapa malam yang lalu, tepat di sepertiga malam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Hallo author ijin baca ceritanya.Baru awal sudah nyesek bacanya
goodnovel comment avatar
Fernando Kanine
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Mul Yani
kenapa author tak mau kasih judul di stiap part , agar pembaca tak boring ? jujur saya pribadi sebelum membaca akan melihat ada judul apa tidak di setiap part, jika tak ada saya malas untuk membaca , sebagus apa pun cerita klo tak ada judul di setiap part akan terasa mati cerita itu .
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Seragam Bekas Milik Keluargaku    Bab 7

    Aku mundur begitu Alex berkata demikian. Entah apa yang ada di dalam pikirannya. Kemarin dia memintaku untuk kembali dan rujuk dengannya. Aku kira, itu artinya dia juga akan mau menerima bayi ini dengan senang hati."Alika. Kamu bohong, kan?" Lagi, pertanyaan itu diajukan oleh Alex.Namun kali ini aku sudah tidak kuasa menjawabnya. Kulangkahkan kakiku mundur dari hadapannya dan berjalan ke teras.Satu persatu ingatanku soal Gibran terulang. Ia memakiku karena aku bisa secepat ini percaya lagi pada Alex. Bukan perkara mudah, aku melakukan semua ini karena ada janin di dalam rahimku. Aku pikir, dengan adanya bayi ini maka Alex akan semakin baik. Dan juga, aku tidak mungkin egois dengan tetap mengajukan perceraian karena di dalam rahimku ada darah dagingnya.Lantas sekarang, saat semua sudah berubah seperti ini aku bisa apa?"Alika. Jawab! Kenapa kamu justru pergi?"Aku menghela nafas panjang, lalu menatapnya. "Aku? Bohong? Lalu kamu pikir ini anak siapa?"Kali ini dia mengalihkan pand

  • Seragam Bekas Milik Keluargaku    Bab 6

    "Dia itu jahat, Alika. Jahat." Entah sudah kata keberapa yang diucapkan Gibran kali ini.Hari ini tiba-tiba saja dia mengajakku bertemu dan tanpa kuduga dia justru berkata demikian. Ini masih soal orang yang sama, Alex.Kali ini bukan aku yang mengatakan jika Alex jahat, tapi justru Gibran. Awalnya aku tak percaya dengan apa yang dia katakan, tapi ketika dia menyodorkan sebuah foto dihadapanku anggapanku sedikit berubah."Tapi, dia sangat baik di depanku, Gibran. Aku yakin dia sudah berubah. Siapa tahu ini hanya temannya, atau kebetulan bertemu saja dan kamu beranggapan lain," ujarku masih berusaha membela Alex.Gibran mengacak rambutnya kasar, lalu menyandarkan tubuhnya di kursi. "Terserah jika kamu tidak percaya. Yang terpenting aku sudah mengatakan yang sebenarnya padamu, bahwa Alex itu masih sama jahatnya." Dia seperti sudah menyerah, tapi aku memang sudah percaya lagi dengan Alex. Aku yakin dia sudah berubah."Tidak. Buktinya dia sekarang tidak pernah main tangan kepadaku. Bahkan

  • Seragam Bekas Milik Keluargaku    Bab 5

    Rasa penasaranku masih tinggi saat Alex tak kunjung menyahut panggilanku. Entah karena dia tak mendengar atau sengaja tak menjawab."Alex ...." ucapku lagi dengan setengah berteriak agar dia mendengar panggilanku.Aku masih menunggu di luar kamar, karena jujur saja aku takut jika dia marah ketika aku bertanya banyak soal yang dia lakukan di dalam. Terlebih aku sangat takut jika dia kembali memukuliku ketika aku berusaha masuk tanpa seijinnya.Namun sepertinya dugaanku salah, beberapa saat setelah aku meneriakinya, Alex menyembulkan kepalanya di pintu dengan senyuman lebar. Hal itu benar-benar di luar dugaanku."Ya, ada apa? Kamu tadi memanggilku?" ucapnya dengan lantas membuk pintu kamar lebar-lebar."Em, iy-iya. Kamu sedang apa?" tanyaku dengan hati-hati."Oh, aku sedang memasang foto pernikahan kita kembali. Maaf, seingatku dulu aku melepasnya dari dinding."Ya, saat itulah yang membuatku sekarang sangat trauma. Saat itu aku memaksa masuk dan bertanya perihal ia yang melepas beberap

  • Seragam Bekas Milik Keluargaku    Bab 4

    Kedua mata kami bertemu, rasanya di dalam relung hati sana masih ada getaran untuknya. Meski yang bagaimanapun dia tetap ayah dari janin yang kukandung dan kami pernah saling mencintai dengan sangat dalam."Aku sudah pernah mencintaimu dengan sangat, begitu juga sudah pernah kecewa dengan sikapmu. Rasanya aku hampir tak bisa mengenali kata-katamu lagi. Apakah itu serius, atau tidak," jawabku dengan mengatur nafasku, karena sejujurnya saja aku takut jika dia akan melayangkan pukulan atau tamparan kepadaku.Bukan karena apa, aku hanya takut jika bayi dalam kandunganku kenapa-kenapa. Meskipun dia belum tahu, tapi aku wajib melindunginya sampai dia lahir di dunia.Beberapa detik kemudian dia mengalihkan pandangannya dan menjambaki rambutnya. "aarrghh! Sudah cukup Alika. Aku memang pernah bersalah, dan kedatanganku sekarang ingin menebusnya. Tolong, percaya lah."Dia berjalan menjauh dariku dengan memakai baju yang ia ambil dengan kasar. Aku tak tahu harus percaya dengan kata-katanya atau

  • Seragam Bekas Milik Keluargaku    Bab 3

    Kehamilanku sudah masuk usia ke empat, jika diperhatikan perutku sudah mulai menyembul. Namun semenjak hamil aku selalu menggunakan baju yang lebih longgar dari biasanya.Bukan karena apa, aku hanya takut orang-orang mengejekku karena hamil dan ditinggalkan oleh suamiku. Namun, tak kusangka jika Alex akan kembali ke rumah ini malam ini.Entah untuk tujuan apa, padahal dia sudah pernah mengirimiku pesan bahwa ia akan meninggalkanku. Dan malam ini dia seakan lupa dengan semua yang sudah ia perbuat selama ini.Bahkan aku sudah sempat akan mengejar cinta lamaku setelah kepergiannya. Bagiku Alex sudah benar-benar meninggalkanku, dan tak menginginkanku lagi. Namun ternyata dia justru datang lagi ke dalam hidupku.Apapun itu aku akan tetap mengajukan perpisahan dengannya. Sikapnya selama menjadi suamiku benar-benar membuatku tak nyaman, terlebih sikap tempramentalnya. Aku bahkan sudah pernah menginap di IGD rumah sakit karena kekerasan yang ia perbuat.Malam sudah larut, aku memutuskan untuk

  • Seragam Bekas Milik Keluargaku    Bab 2

    Kisah AlikaBagian 2Perkataan Dea masih mengganggu pikiranku meski sudah sampai di rumah. Dea mengatakan jika tempo hari ia bertemu Alex dan Alex pun berniat mengajakku keluar negeri. Apa itu benar? Namun, bahkan kita sudah tak saling berhubungan lagi. Jadi bagaimana bisa Alex berkata jika ia akan membawaku keluar negeri. Lagipula untuk apa?Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam kepalaku. Sampai pukul setengah sebelas aku belum berhasil memejamkan mata meski segala cara telah kulakukan. Pertemuanku dengan Dea siang tadi benar-benar membuatku berfikir keras.Saat ini aku tinggal disebuah rumah yang memang sudah kutinggali dengan Alex dari awal menikah. Ini merupakan rumah yang kami beli hasil dari uang tabungan kami sewaktu masih bujang. Namun entah kenapa selang beberapa saat setelah menikah Alex justru berubah, suka memukuliku, dan sekarang dia pergi dari rumah ini tanpa kabar.Tokk tokk tokkSayup kudengar suara pintu depan di ketuk oleh seseorang. Seketika jantungku berdebar, karen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status