Beranda / Rumah Tangga / Seranjang Dengan Duda Arogan / Bab 6. Kenyataan tak seindah harapan

Share

Bab 6. Kenyataan tak seindah harapan

Penulis: Sulistiani
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-01 06:53:32

Dengan terpaksa Kanaya pun menandatangani perjanjian pernikahan itu meski tidak menguntungkan baginya. Setelah kontrak itu ditandatangani oleh Kanaya, Salman pun menandatanganinya dan memasukkannya ke dalam laci.

"Sekarang aku antarkan kamu ke kamarmu!" ucap Salman berdiri lalu berjalan keluar ruang kerjanya.

Kanaya mengikuti langkah Salman hingga lelaki berwajah Tampan itu berhenti di depan sebuah pintu kamar dan membukanya lebar-lebar.

"Ini kamarmu dan di sebelah kamarmu adalah anak kamar anakku, Ana. Satu minggu yang lalu baby sitter-nya resign karena menikah, jadi kedatanganmu di rumah ini sangat tepat. Jangan pernah memperlakukan anakku dengan kasar!" ucap Salman.

Kanaya menganggukan kepalanya lalu berjalan masuk ke dalam kamar, saat Salman hendak pergi Kanaya baru ingat jika ia tidak membawa satupun barangnya ke rumah itu.

"Mas, aku tidak membawa barang-barang ku kesini, apakah ada baju yang bisa aku gunakan? Aku tidak mungkin memakai baju ini semalaman," ucap Kanaya.

"Mas? Apa aku tidak salah dengar kau memanggilku dengan sebutan Mas, tadi?" tanya Salman dengan nada dingin.

Kanaya mengangguk lemah dan menatap Salman,"Apa tidak boleh?"

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu, hanya Hani yang boleh memanggilku dengan sebutan Mas. Kau dan aku hanya terikat dalam status pernikahan saja, tetapi aku tidak bisa menganggapmu sebagai istri. Kau boleh memanggilku dengan sebutan apa saja asal jangan 'Mas' karena itu panggilan Hani untukku," ucap Salman.

Hati Kanaya lagi-lagi terasa teriris, lelaki yang sudah menjadi suaminya menyebut nama wanita lain di hadapannya, meski mereka menikah tanpa cinta. Namun, tetap saja rasanya terasa sakit dan merasa tidak di hargai sama sekali.

"Siapa Hani, apa dia istri suamiku?" gumam Kanaya dalam hati.

"Untuk bajumu di dalam ada seragam dan baju tidur baby sitter, kamu pakai itu saja dulu. Besok aku akan belikan baju dan keperluan mu yang baru," ucap Salman lalu pergi meninggalkan Kanaya.

Kanaya menghela nafas lalu menutup pintu kamar, ia membuka lemari di kamar itu dan meraih salah satu baju tidur yang ada di sana. Tanpa membuang waktu Kanaya mandi dan membersihkan tubuhnya lalu menggunakan baju tidur itu, setelah itu ia duduk di ujung ranjang dan menatap fotonya bersama sang ayah yang ada di dalam ponsel.

"Kenapa jadi seperti ini nasibku setelah ayah pergi? Bukan seperti ini pernikahan yang aku dambakan, apa aku bisa menjalani semua ini, apa aku bisa memberikan anak ini padanya setelah ia lahir?" ucap Kanaya kembali menangis.

Mata gadis itu sudah bengkak, entah sudah berapa kali ia menangis hari ini. Sudah jatuh tertimpa tangga mungkin itu pepatah yang tepat untuk Kanaya, ia mengalami kemalangan demi kemalangan setelah di tinggal orang yang paling ia sayang.

Dulu ayahnya selalu menceritakan kisah cinta masa lalu dengan ibunya, hingga membuat Kanaya berharap merasakan keharmonisan dan cinta yang besar seperti yang ayahnya berikan pada sang ibu. Namun, kenyataan di depan matanya saat ini sangat jauh berbeda dengan harapan. Ia tak di anggap istri, pernikahan nya hanya untuk melunasi hutang dan melahirkan anak untuk suaminya karena setelah anak itu lahir Kanaya harus siap berpisah dengannya.

Lelah menangis, akhirnya Kanaya pun tertidur di kamar tersebut hingga suara adzan subuh berkumandang membangunkan Kanaya. Rasa mual kembali melanda, wanita cantik itu langsung berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.

"Ya Tuhan, jadi seperti ini rasanya mengidam. Sampai kapan aku mual muntah seperti ini?" gumam Kanaya.

Perutnya kembali terasa kosong, ia mengoleskan minyak angin di perut, leher, dan kepala seperti biasa. Lalu berjalan keluar kamar untuk mencari letak dapur karena ingin membuat minuman hangat berharap bisa meredakan rasa mualnya.

"Kamu siapa?" tanya seorang wanita paruh baya melihat Kanaya berjalan di tengah rumah tersebut.

"Saya istri eh baby sitter baru di rumah ini," ucap Kanaya.

Kanaya terpaksa mengakui dirinya sebagai baby sitter karena ia yakin Salman tak akan mengakuinya sebagai istri.

"Oh baby sitter baru non Ana. Mau ngapain pagi-pagi? Sepertinya sedang ada yang di cari?" tanya wanita paruh baya itu.

"Saya cari dapur, ingin buat teh manis hangat," jawab Kanaya.

"Oh ayo, sama saya. Kenalin saya Imah asisten rumah tangga yang sudah 10 tahun kerja di sini, tapi kerjaan saya cuma masak dan beresin kamar Tuan Salman aja," ucap Bi Imah.

"Nama saya Naya, Bi Imah sudah lama kerja di sini sudah kenal sifat Tuan Salman dong. Dia galak ya, Bi?" tanya Kanaya.

Mereka berjalan menuju dapur sesampainya di dapur Bi Imah memberikan gula serta teh untuk Kanaya dan menceritakan sedikit tentang Salman.

"Sebenarnya dulu Tuan Salman itu orang yang sangat baik, tapi semenjak istrinya meninggal setelah melahirkan non Ana dia jadi berubah pendiam, dingin, dan kelihatan galak," ucap Bi Imah.

"Jadi Tuan Salman duda, berapa usianya sekarang ?" tanya Kanaya.

"Iya, sudah 5 tahun duda, usianya sekarang 35 tahun. Padahal Bu Saida-kakaknya tuan Salman beberapa kali mengenalkan tuan Salman sama perempuan cantik, tapi selalu di tolak. Dia bilang tidak mau menikah lagi karena cintanya hanya untuk nyonya Hani," ucap Bi Imah.

Kanaya menghela nafasnya, terjawab sudah pertanyaan di kepalanya ternyata nama wanita yang di sebut oleh suaminya tadi malam adalah nama wanita yang sangat ia cintai. Sungguh bersaing dengan orang yang sudah tiada, tetapi namanya selalu abadi itu sangatlah sulit.

Bi Imah menjelaskan apa saja kegiatan Ana yang harus Kanaya dampingi selama seharian, wanita paruh baya itu pun menceritakan tentang Ana yang mudah dekat dengan baby sitter nya dan selalu sopan.

"Kalau gitu sekarang aku bangunin Ana dulu ya, Bi," ucap Kanaya setelah meminum teh manis hangat dan rasa mualnya mulai reda.

Bi Imah mengangguk, Kanaya pun berjalan menuju kamar Syafana gadis kecil yang selalu di sebut Ana. Namun, pandangan Kanaya tiba-tiba teralihkan pada sebuah foto pernikahan di dalam bingkai yang di pajang di atas meja. Kanaya menarik foto itu dan memandanginya.

"Jadi ini yang namanya Hani. cantik pantas saja suamiku tak bisa melupakannya," gumam Kanaya seraya memandang foto pernikahan Salman dengan wanita berhijab yang terlihat sangat cantik.

"Hei apa yang kau lakukan di situ?lancang sekali kau menyentuh barang-barang ku!" ucap Salman dengan suara bariton nya membuat Kanaya terkejut.

Karena terkejut, bingkai foto yang sedang ia pegang pun terlepas dari tangannya hingga jatuh ke lantai dan pecah berserakan.

Prank ...

Suara pecahan kaca dari bingkai foto itu membuat Kanaya semakin terkejut dan Salman terlihat sangat marah.

"Kanaya, apa kau sadar apa yang baru saja kau lakukan?" bentak Salman dengan tatapan tajamnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tasya Amelia
sangat bagus ceritanya aku suka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 47. Bahagia

    Agni dan Feli saling menyalahkan, mereka berteriak saat polisi menangkap dan membawa mereka ke kantor polisi. Kedua wanita itu tidak mau dipenjara dan berusaha untuk memberontak saat dievakuasi. "Lepas, aku nggak salah tangkap aja dia yang punya ide dari semua ini," ucap Agni menuju ke arah Feli."Bukan aku, dia yang punya ide jahat bahkan ingin membunuh kakaknya sendiri," teriak Feli menunjuk Agni.Aslan mengepalkan tangannya mendengar hal itu, lelaki tampan tersebut semakin waspada dan tidak ingin kejadian serupa menimpa sang istri. Ia tidak ingin ada orang yang berniat jahat bahkan ingin membunuh istrinya, hidup Hafsa sudah cukup menderita selama ini Aslan ingin setelah menikah dengannya Hafsa bisa bahagia dan ia pun bahagia bersama wanita tersebut.Mereka tetap dibawa ke kantor polisi meskipun meronta dan berteriak-teriak sepanjang perjalanan, keesokan harinya Aslan dan bapaknya serta para direksi rapat di perusahaan. Mereka sepakat untuk mencabut sepenuhnya saham yang pernah di

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 46. Feli dan Agni

    "Orang yang menculik Nona Hafsa mengaku juga Ia mendapatkan tawaran dari dua orang wanita," ucap anak buah Aslan melalui sambungan telepon. "Siapa dua orang wanita itu? Dan apa mereka sudah berhasil kalian tangkap?" tanya Aslan."Mereka bernama Agni dan Feli, beberapa orang dari kami sedang mengajar mobil mereka yang terlihat dari rekaman CCTV kabur ke luar kota.""Tangkap mereka bagaimanapun caranya!" ucap Aslan."Baik, Tuan."Setelah mengatakan itu anak buah Aslan pun mematikan sambungan teleponnya, Aslan mengalah nafas dan menatap sang istri. Lelaki berwajah tampan itu tidak menyangka jika kedua wanita tersebut bisa berbuat nekat kepada istrinya hanya karena obsesi ingin memiliki dirinya.Saida dan Lingga yang ada di ruangan itu penasaran dengan apa yang baru saja bicarakan oleh Aslan dan anak buahnya, Aslan pun menceritakan apa yang tadi dia bicarakan dengan anak buahnya kepada kedua orang tua serta istrinya. Tentu saja kedua orang tua Aslan dan Hafsa begitu terkejut mendengar

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 45. Diculik

    Setelah melihat rekaman CCTV di rumah dan mencatat plat nomor motor orang yang membawa sang istri, Aslan pun langsung memerintahkan anak buahnya untuk mencari motor tersebut. Tak lama kemudian ponselnya berdering, panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Tanpa pikir panjang Aslan pun mengangkat panggilan telepon tersebut. "Hallo, siapa ini?" tanya Aslan saat mengangkat sambungan telepon. "Istrimu ada padaku, jika ingin selamat datanglah sendiri.""Siapa kamu? Dimana istriku sekarang?!" tanya Aslan dengan suara baritonnya."Kamu tidak perlu tahu siapa aku, siapkan uang 1 milyar dan kamu harus datang sendiri. Jika kamu membawa orang lain apalagi polisi maka nyawa istrimu taruhannya.""Jangan macam-macam dengan istriku. Cepat katakan kemana kau membawanya?!" tanya Aslan dengan emosi.Panggilan telepon itu di matikan, tak lama kemudian sharelok masuk ke ponselnya. Aslan tak mengenali suara orang itu, sepertinya suaranya di samarkan.Pria berwajah tampan itu menyiapkan uang yang dimint

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 44. POSITIF

    "Hah ... Mungkin pusing karena cape dan perjalanan jauh," ucap Hafsa."Iya juga, tapi kalau beneran Kakak hamil pasti seisi rumah senang," ucap Aisy."Doakan saja semoga aku segera hamil," ucap Hafsa."Aamiin," ucap Aisy.Sikap Aisy yang baik membuat Hafsa sangat senang, adik iparnya itu supel dan bisa menjadi teman baiknya. Hari-hari berlalu, Aslan bekerja seperti biasa. Hafsa mulai terbiasa hidup sebagai ibu rumah tangga di rumah barunya, terkadang ikut sang mertua ke acara pengajian. Namun, lebih sering berada di rumah sesuai keinginan Aslan.Pagi ini Aslan dan Hafsa sarapan seperti biasa sebelum Aslan berangkat kerja, Hafsa merasa mual saat sarapan dan akhirnya memuntahkan kembali apa yang telah ia makan."Kamu sakit, Sayang?" tanya Aslan seraya memijat tengkuk sang istri."Gak tahu, Mas. Mual banget," ucap Hafsa."Aku panggilkan dokter, ya!" ucap Aslan."Gak perlu, Mas. Kayanya aku cuma masuk angin, nanti minta di pijit aja dan di baluri minyak angin," ucap Hafsa."Beneran gak

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 43. Membuat Anak

    "Angkat, Mas!" ucap Hafsa."Ngapain sih, Mama ganggu aja," ucap Aslan lalu mengangkat panggilan video call tersebut.Ternyata yang menelponnya adalah Saida sang mama. Setelah diangkat Aslan melihat Saida duduk bersama Lingga sepertinya sedang di dalam kamar."Assalamualaikum ada apa, Mah?" tanya Aslan."Waalaikumsalam, kalian sampai di Paris jam berapa? Kenapa gak kasih kabar?" tanya Saida."Tadi 6 sore, Mah.""Kamu ini gimana sih, kan mama bilang sampai di sana langsung kasih kabar! Kami di sini khawatir," ucap Saida."Hehehe ... Maaf Mah. Kami sampai langsung istirahat karena sangat lelah, terus mandi dan langsung makan malam," jawab Aslan.Hafsa tersenyum ternyata sang mertua mengkhawatirkan keadaan ia dan sang suami yang tidak memberi kabar setelah sampai di Paris. Cukup lama mereka berbincang melalui video call, Lingga pun bertanya tentang kenyamanan hotel yang sudah ia booking untuk anak dan menantunya."Nyaman banget, Pah. Pemandangan dari jendela hotel langsung ke menara Eiffe

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 42. Romantis

    "Kamu cinta terakhirku, Hafsa Kalimatunnisa," ucap Aslan lalu mencium pucuk kepala sang istri.Mereka beristirahat setelah perjalanan 16 jam dari Indonesia ke Paris, Prancis. Meskipun rasa lelah itu telah terbayar dengan indahnya pemandangan di joget tersebut. Namun, Aslan ingin mereka istirahat sebelum melakukan tour ke negara tersebut."Sayang, aku laper. Kita keluar yuk cari makan," ucap Aslan membangunkan Hafsa yang masih terlelap dalam tidurnya."Emang gak bisa pesan makanan hotel aja, Mas?" tanya Hafsa seraya mengucek matanya."Bisa sih, tapi aku ingin berjalan kaki sambil mencari makanan di sini denganmu," ucap Aslan."Ya sudah kalau gitu aku mandi dan ganti pakaian dulu," ucap Hafsa.Aslan menganggukan kepala, Hafsa pun masuk ke dalam kamar mandi dan betapa terkejutnya ia setelah selesai mandi saat keluar tidak ada Aslan di kamar malah ada dua wanita asing."Siapa kalian? Kenapa ada di kamarku?" tanya Hafsa terkejut."Nona jangan takut, kamu adalah MUA dan hair stylist yang di

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 41. Bulan Madu

    "Buka aja," ucap Aslan.Hafsa membuka kotak kecil yang di berikan oleh sang suami, setelah melihat isinya ia masih bingung karena hanya beberapa lembar kertas saja. Hafsa melihat kertas tersebut dan menatap Aslan dengan mata berkaca-kaca."Tiket pesawat ke Paris?" tanya Hafsa."Kado dari mama dan papa untuk pernikahan kita, mereka juga sudah booking hotel untuk kita bulan madu ke Paris," ucap Aslan."Tapi, aku tidak bunga pasport, Mas. Gimana mau perjalanan ke luar negeri," ucap Hafsa."Semua sudah beres di urus sama papa, kita tinggal duduk manis di pesawat dan menikmati bulan madu di Paris nanti," ucap Aslan.Hafsa tak bisa berkata apa-apa lagi, memang jika banyak uang semua urusan jadi mudah. Selama ini Hafsa tak pernah bermimpi akan bisa liburan keluar negeri, itu sebabnya ia tidak punya paspor.Hafsa begitu senang ketika tahu kedua mertuanya yang sudah menyiapkan segalanya untuk ia dan suami berbulan madu ke negara yang terkenal romantis itu.Mereka berangkat bukan madu beberapa

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 40. Tidak mengakui

    Sama halnya dengan orang tua Agni. Orang tua Feli pun terkena imbas atas perbuatan anaknya, Aslan menarik sebagian investasi untuk perusahaan orang tua Feli. Tentu hal ini di lakukan setelah berdiskusi dengan ayahnya, Aslan tidak akan mengambil keputusan besar menyangkut perusahaan dengan sembarangan.Sementara ayah Feli kini sangat marah setelah mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh anaknya, dia menelepon Feli dan meminta Gadis itu untuk datang ke kantornya. Sesampainya Feli datang ke kantor sang ayah, ia langsung dimarahi habis-habisan oleh ayahnya tersebut."Dasar anak bodoh! Sudah kubilang jangan pernah berani mengganggu Tuan Aslan. Kau pernah diusir saat pesta pernikahannya, sekarang malah berolahraga kembali hingga membuat dia mencabut sebagian investasinya perusahaan kita!" ucap Fernando."Papa bicara apa sih? Aku nggak ngerti. Aku tidak merasa mengganggu Aslan, kenapa Papa tiba-tiba menyalahkan aku!?""Tidak mengganggu katamu? Lalu ini apa?!" ucap Fernando seraya memutar r

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 39. Teror

    "Kurang ajar, siapa yang berani mengirim ini?!" ucap Aslan emosi saat melihat isi di dalam bingkisan."Sudahlah, Mas. Cuma hal kaya gini gak usah di pikirin," ucap Hafsa hendak membuang barang tersebut.Dalam bingkisan tersebut ternyata berisi foto pernikahan Aslan dan Hafsa, tetapi sudah digunting-gunting. Ada juga foto Hafsa sedang sendiri dan diberi tanda merah seperti darah.Aslan merasa itu adalah ancaman untuk istrinya, tetapi Hafsa tidak terlalu memperdulikan ancaman tersebut. Teror seperti itu bukan pertama kali ia alami, dulu saat sekolah SMA pun ia pernah dibully dan diberi teror seperti itu."Kenapa kamu bisa sangat santai menghadapi hal seperti ini, jelas-jelas ini adalah ancaman untuk kamu, Sayang." "Aku sudah tidak takut dengan ancaman seperti ini, dulu juga waktu sekolah pernah mendapat ancaman seperti ini," ucap Hafsa sambil tersenyum."Benarkah? Lalu apa yang terjadi padamu?" tanya Aslan.Hafsa pun menceritakan kepada sang suami, dulu ia bersahabat dengan salah satu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status