Share

Bab 6. Kenyataan tak seindah harapan

Dengan terpaksa Kanaya pun menandatangani perjanjian pernikahan itu meski tidak menguntungkan baginya. Setelah kontrak itu ditandatangani oleh Kanaya, Salman pun menandatanganinya dan memasukkannya ke dalam laci.

"Sekarang aku antarkan kamu ke kamarmu!" ucap Salman berdiri lalu berjalan keluar ruang kerjanya.

Kanaya mengikuti langkah Salman hingga lelaki berwajah Tampan itu berhenti di depan sebuah pintu kamar dan membukanya lebar-lebar.

"Ini kamarmu dan di sebelah kamarmu adalah anak kamar anakku, Ana. Satu minggu yang lalu baby sitter-nya resign karena menikah, jadi kedatanganmu di rumah ini sangat tepat. Jangan pernah memperlakukan anakku dengan kasar!" ucap Salman.

Kanaya menganggukan kepalanya lalu berjalan masuk ke dalam kamar, saat Salman hendak pergi Kanaya baru ingat jika ia tidak membawa satupun barangnya ke rumah itu.

"Mas, aku tidak membawa barang-barang ku kesini, apakah ada baju yang bisa aku gunakan? Aku tidak mungkin memakai baju ini semalaman," ucap Kanaya.

"Mas? Apa aku tidak salah dengar kau memanggilku dengan sebutan Mas, tadi?" tanya Salman dengan nada dingin.

Kanaya mengangguk lemah dan menatap Salman,"Apa tidak boleh?"

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu, hanya Hani yang boleh memanggilku dengan sebutan Mas. Kau dan aku hanya terikat dalam status pernikahan saja, tetapi aku tidak bisa menganggapmu sebagai istri. Kau boleh memanggilku dengan sebutan apa saja asal jangan 'Mas' karena itu panggilan Hani untukku," ucap Salman.

Hati Kanaya lagi-lagi terasa teriris, lelaki yang sudah menjadi suaminya menyebut nama wanita lain di hadapannya, meski mereka menikah tanpa cinta. Namun, tetap saja rasanya terasa sakit dan merasa tidak di hargai sama sekali.

"Siapa Hani, apa dia istri suamiku?" gumam Kanaya dalam hati.

"Untuk bajumu di dalam ada seragam dan baju tidur baby sitter, kamu pakai itu saja dulu. Besok aku akan belikan baju dan keperluan mu yang baru," ucap Salman lalu pergi meninggalkan Kanaya.

Kanaya menghela nafas lalu menutup pintu kamar, ia membuka lemari di kamar itu dan meraih salah satu baju tidur yang ada di sana. Tanpa membuang waktu Kanaya mandi dan membersihkan tubuhnya lalu menggunakan baju tidur itu, setelah itu ia duduk di ujung ranjang dan menatap fotonya bersama sang ayah yang ada di dalam ponsel.

"Kenapa jadi seperti ini nasibku setelah ayah pergi? Bukan seperti ini pernikahan yang aku dambakan, apa aku bisa menjalani semua ini, apa aku bisa memberikan anak ini padanya setelah ia lahir?" ucap Kanaya kembali menangis.

Mata gadis itu sudah bengkak, entah sudah berapa kali ia menangis hari ini. Sudah jatuh tertimpa tangga mungkin itu pepatah yang tepat untuk Kanaya, ia mengalami kemalangan demi kemalangan setelah di tinggal orang yang paling ia sayang.

Dulu ayahnya selalu menceritakan kisah cinta masa lalu dengan ibunya, hingga membuat Kanaya berharap merasakan keharmonisan dan cinta yang besar seperti yang ayahnya berikan pada sang ibu. Namun, kenyataan di depan matanya saat ini sangat jauh berbeda dengan harapan. Ia tak di anggap istri, pernikahan nya hanya untuk melunasi hutang dan melahirkan anak untuk suaminya karena setelah anak itu lahir Kanaya harus siap berpisah dengannya.

Lelah menangis, akhirnya Kanaya pun tertidur di kamar tersebut hingga suara adzan subuh berkumandang membangunkan Kanaya. Rasa mual kembali melanda, wanita cantik itu langsung berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.

"Ya Tuhan, jadi seperti ini rasanya mengidam. Sampai kapan aku mual muntah seperti ini?" gumam Kanaya.

Perutnya kembali terasa kosong, ia mengoleskan minyak angin di perut, leher, dan kepala seperti biasa. Lalu berjalan keluar kamar untuk mencari letak dapur karena ingin membuat minuman hangat berharap bisa meredakan rasa mualnya.

"Kamu siapa?" tanya seorang wanita paruh baya melihat Kanaya berjalan di tengah rumah tersebut.

"Saya istri eh baby sitter baru di rumah ini," ucap Kanaya.

Kanaya terpaksa mengakui dirinya sebagai baby sitter karena ia yakin Salman tak akan mengakuinya sebagai istri.

"Oh baby sitter baru non Ana. Mau ngapain pagi-pagi? Sepertinya sedang ada yang di cari?" tanya wanita paruh baya itu.

"Saya cari dapur, ingin buat teh manis hangat," jawab Kanaya.

"Oh ayo, sama saya. Kenalin saya Imah asisten rumah tangga yang sudah 10 tahun kerja di sini, tapi kerjaan saya cuma masak dan beresin kamar Tuan Salman aja," ucap Bi Imah.

"Nama saya Naya, Bi Imah sudah lama kerja di sini sudah kenal sifat Tuan Salman dong. Dia galak ya, Bi?" tanya Kanaya.

Mereka berjalan menuju dapur sesampainya di dapur Bi Imah memberikan gula serta teh untuk Kanaya dan menceritakan sedikit tentang Salman.

"Sebenarnya dulu Tuan Salman itu orang yang sangat baik, tapi semenjak istrinya meninggal setelah melahirkan non Ana dia jadi berubah pendiam, dingin, dan kelihatan galak," ucap Bi Imah.

"Jadi Tuan Salman duda, berapa usianya sekarang ?" tanya Kanaya.

"Iya, sudah 5 tahun duda, usianya sekarang 35 tahun. Padahal Bu Saida-kakaknya tuan Salman beberapa kali mengenalkan tuan Salman sama perempuan cantik, tapi selalu di tolak. Dia bilang tidak mau menikah lagi karena cintanya hanya untuk nyonya Hani," ucap Bi Imah.

Kanaya menghela nafasnya, terjawab sudah pertanyaan di kepalanya ternyata nama wanita yang di sebut oleh suaminya tadi malam adalah nama wanita yang sangat ia cintai. Sungguh bersaing dengan orang yang sudah tiada, tetapi namanya selalu abadi itu sangatlah sulit.

Bi Imah menjelaskan apa saja kegiatan Ana yang harus Kanaya dampingi selama seharian, wanita paruh baya itu pun menceritakan tentang Ana yang mudah dekat dengan baby sitter nya dan selalu sopan.

"Kalau gitu sekarang aku bangunin Ana dulu ya, Bi," ucap Kanaya setelah meminum teh manis hangat dan rasa mualnya mulai reda.

Bi Imah mengangguk, Kanaya pun berjalan menuju kamar Syafana gadis kecil yang selalu di sebut Ana. Namun, pandangan Kanaya tiba-tiba teralihkan pada sebuah foto pernikahan di dalam bingkai yang di pajang di atas meja. Kanaya menarik foto itu dan memandanginya.

"Jadi ini yang namanya Hani. cantik pantas saja suamiku tak bisa melupakannya," gumam Kanaya seraya memandang foto pernikahan Salman dengan wanita berhijab yang terlihat sangat cantik.

"Hei apa yang kau lakukan di situ?lancang sekali kau menyentuh barang-barang ku!" ucap Salman dengan suara bariton nya membuat Kanaya terkejut.

Karena terkejut, bingkai foto yang sedang ia pegang pun terlepas dari tangannya hingga jatuh ke lantai dan pecah berserakan.

Prank ...

Suara pecahan kaca dari bingkai foto itu membuat Kanaya semakin terkejut dan Salman terlihat sangat marah.

"Kanaya, apa kau sadar apa yang baru saja kau lakukan?" bentak Salman dengan tatapan tajamnya.

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tasya Amelia
sangat bagus ceritanya aku suka
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status