Share

Bab 5. Perjanjian Pernikahan

"Aku sudah tidak punya apa-apa, lantas apa yang harus aku berikan pada Anda?" Kanaya menatap Salman dengan segudang pertanyaan.

"Kau akan tahu Setelah kita di rumah nanti, aku akan menjelaskan dan kau harus menuruti semuanya," ucap Salman.

Kanaya hanya bisa pasrah dan menghela nafas panjang, entah seperti apa kehidupannya kedepan. wanita berwajah cantik itu tidak pernah menyangka Jika ia akan hamil dan menikah dengan laki-laki yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Lelaki yang kini menjadi suaminya memanglah sangat tampan di mata Kanaya, wajahnya yang tidak bulat, tetapi juga tidak oval, matanya jernih dan berwarna hitam pekat jika memandang orang seperti tatapan elang, hidungnya mancung, bibirnya berwarna merah, kulitnya bersih, bentuk rahangnya tegas dan dihiasi dengan bulu halus membuat lelaki itu terlihat sangat maskulin.

Sungguh Visual yang sangat diidam-idamkan oleh para wanita, tetapi itu tidak membuat Kanaya merasa nyaman dan senang. Sebab karenanya tidak pernah tahu seperti apa kehidupannya, bagaimana sifatnya, dan berapa istri yang ia miliki.

Pesta belum usai, tetapi Salman sudah mengajak Kanaya pergi dari tempat itu untuk pulang ke rumahnya. Kanaya pun berpamitan kepada Arta dan Arthur, meskipun ia kesal. Namun, ia masih menghormati Kedua lelaki itu sebagai kakaknya.

"Nay, Maafkan aku atas segala kelakuan burukku padamu, Maafkan aku yang belum bisa menjadi kakak yang baik untukmu, maafkan aku yang tak berdaya dan menyetujui pernikahanmu untuk membayar hutang, Maafkan aku yang malu mengakui rasa sayangku kepadamu," ucap Artur memeluk Kanaya sambil menangis mengakui segala kesalahannya kepada sang adik.

Mendengar hal itu dan merasakan pelukan yang begitu tulus dari sang kakak tentu saja membuat Kanaya menangis tersedu-sedu dalam pelukan kakaknya tersebut. Untuk pertama kalinya Arthur meminta maaf kepadanya dan mengakui rasa sayang dan juga kesalahannya. Selama ini Kanaya pikir hanya Arya sang ayah yang menyayanginya dan kedua kakaknya membencinya karena menganggap ia sebagai wanita pembawa sial yang membuat ibunya meninggal. Namun, ternyata Arthur menyayanginya meski malu mengakui perasaan itu dan tanpa sadar memberikan Kanaya sedikit perhatian.

"Maafkan aku, karena kehadiranku membuat Ibu meninggal dan selama ini aku selalu menyusahkan kalian. Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk bisa menebus kesalahan dan juga menunjukkan baktiku kepada ayah," ucap Kanaya dengan suara bergetar karena menahan isak tangisnya.

"Jangan bicara begitu, Nay. Bukan kamu Penyebab ibu meninggal. Setelah sekian lama aku sadar Jika semua itu adalah takdir dan azal yang sudah Tuhan tentukan. Ibu pasti sudah ada di surga dan dia pasti sedih mengetahui kamu selalu diperlakukan buruk oleh kami," ucap Artur menyadari segala kesalahannya.

Kanaya melepas pelukan dan menghapus air mata saat mendengar suara deheman lelaki yang kini sudah menjadi suaminya itu. Ia mengerti jika Salman tidak ingin Kanaya terlalu lama meminta izin kepada kedua kakaknya. Kanaya pun berpindah menghadap kepada Arta, jika Arthur meminta maaf dan menyadari kesalahannya, berbeda dengan Arta yang masih terlihat datar saat memandang Kanaya.

"Kau sudah menjadi istrinya sekarang, patuhilah dan ikuti semua perintahnya, Nay!" ucap Artur.

Kanaya mengangguk, ia mencium takjim punggung tangan sang kakak lalu mengikuti langkah Salman menuju mobilnya. Kanaya sangat kesulitan berjalan karena kebaya yang ia gunakan, tetapi Salman sama sekali tidak menghiraukannya dan terus berjalan tanpa melihat ke arah Kanaya yang ada di belakangnya.

Tiba-tiba seorang wanita memegang bagian belakang kebaya Kanaya hingga membuat Kanaya terkejut saat melihat wajah wanita yang tengah membantunya.

"Kak Cindy?"

"Aku lihat kamu sangat kesulitan, jadi aku bantu kamu sampai masuk ke dalam mobil," ucap Cindy-istri Artur.

"Terima kasih, Kak Cindy."

"Nay, maafkan Artur. Aku tapi sejak dulu kamu adalah anak yang baik dan aku selalu menasehati Arthur, agar menyayangimu dan berhenti menyalahkan mu atas kesalahan yang tidak pernah kamu perbuat. Namun, hati Arthur keras karena Arta selalu mengatakan hal buruk tentang kamu," ucap Cindy membuat Kanaya terkejut karena ternyata kakak iparnya itu begitu peduli padanya.

"Aku begitu senang dan terharu saat mendengar Arthur meminta maaf dan mengakui kesalahannya padamu, meskipun waktunya sedikit terlambat. Nay, Jika kamu sedih dan butuh seseorang datanglah ke rumahku," ucap Cindy.

"Terima kasih, Kak. Aku nggak nyangka Kakak sebaiknya sama aku," ucap Kanaya kembali meneteskan air mata di pipinya.

"Berhenti menangis, Nay! Kamu wanita kuat kamu pasti bisa menghadapi semua ujian hidup dan kamu akan bahagia setelahnya," ucap Cindy.

Kanaya pun kini masuk ke dalam mobil yang sudah ditunggu oleh Salman, Cindy masih terdiam di tempat hingga mobil yang ditumpangi Kanaya pergi meninggalkan gedung bertingkat itu. Sepanjang perjalanan baik Kanaya maupun Salman sama-sama terdiam dengan pemikiran masing-masing, Kanaya menatap bahu jalan dengan pandangan kosong hingga beberapa jam kemudian setelah membelah padatnya Jalan ibukota akhirnya mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah rumah mewah.

Kanaya keluar dari mobil dan menatap rumah mewah yang besarnya 3 kali lipat dari rumahnya, ia mengejar langkah panjang Salman hingga mereka tiba di depan sebuah pintu.

"Assalamualaikum," ucap Salman seraya membuka pintu tersebut.

"Waalaikumsalam, Papa ...."

Kanaya menatap seorang anak perempuan berlari dan memeluk Salman dengan begitu ceria dan nampak sangat rindu pada lelaki tersebut.

"Papa, siapa dia Kenapa cantik sekali? apa dia ibu peri?" tanya bocah perempuan itu.

"Dia babysittermu yang baru namanya Kanaya! Kanaya kenalkan ini anakku Syafana. Mulai hari ini kamu yang akan menjaganya 24 jam!" ucap Salman.

Deg ....

Hati Kanaya begitu terasa sakit saat mengetahui jika ia hanya dianggap sebagai baby sitter bukanlah seorang istri oleh suaminya sendiri, meskipun belum ada cinta di antara mereka. Namun, entah mengapa sangat sakit rasanya.

"Hai Tante, nanti temani Ana main Barbie dan antar Ana ke sekolah ya," ucap Syafana.

Kanaya hanya tersenyum dan mengangguk lalu Salman meminta Syafana masuk ke kamarnya, sementara Kanaya di bawa ke ruang kerja. Kanaya terdiam melihat Salman yang fokus menulis, setelah cukup lama Kanaya menunggu akhirnya Salman menatapnya.

"Baca dan tandatangani ini!" ucap Salman.

Kanaya meraih kertas tersebut dan melebarkan bola matanya saat membaca kata demi kata yang baru saja Salman tulis, ternyata itu sebuah kontrak pernikahan.

~ Perjanjian Pernikahan ~

1. Pihak lelaki memberi uang satu miliar dalam pernikahan.

2. Pihak wanita akan menjaga anak pihak lelaki (Ana) 24 jam dan tidak boleh ada kekerasan.

3. Pihak wanita tidak boleh berhubungan dengan lelaki manapun selama masa pernikahan.

4. Pihak wanita tidak boleh mencampuri urusan pribadi pihak lelaki.

5. Tidak ada kontak fisik apalagi berhubungan suami istri.

6. Setelah anak lahir pernikahan selesai tidak ada harta gono gini saat cerai dan hak asuh anak jatuh pada pihak laki-laki.

7. Jika pihak wanita melanggar poin 1 sampai 6 maka didenda 2 miliar.

~Perjanjian pernikahan dibuat dalam keadaan sadar dan tidak ada pemaksaan~

Tertanda

Salman AlFarizi ---- Alifia Kanaya Abimana.

"Tuan, ini tidak adil untukku. Kenapa hak asuh jatuh kepada anda?" tanya Kanaya.

"Karena aku yakin kamu tidak akan mampu mengurus anak itu dan aku tidak mau anakku menjadi anak terlantar. Aku tidak mau mendengar protes, tanda tangani sekarang jika tidak kau harus membayar 2 miliar padaku!" titah Salman.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status