Home / Romansa / Setahun Menikah Masih Perjaka / Malam Pertama yang Hambar

Share

Malam Pertama yang Hambar

Author: Gleoriud
last update Last Updated: 2022-03-22 09:46:19

Aku tersenyum menang, saat Laura menatapku tanpa kedip tapi mengisyaratkan rasa terluka. Ya, tak enak memang, dikhianati kekasih sendiri. Kekasih yang membuatku geli dan perutku mendadak mual. Bagiamana dua wanita yang memiliki kecantikan di atas rata-rata itu saling tertarik? Pantas saja Yumi kebal dengan pesonaku. Walaupun aku tak seganteng artis Korea, di kantor aku cukup populer.

"Apa ... Apa yang kalian lakukan?" Suara Laura bergetar.

"Kira-kira apa yang dilakukan orang yang telah menikah? Aku rasa kau cukup cerdas, dan tak perlu kuberi tahu." 

Laura terlihat meremas tali tas kecilnya, seiring dengan Yumi yang muncul di hadapan kami.

Aku bangkit, membantu Yumi meletakkan gelas. Bahkan dengan sengaja merangkul pinggangnya di depan mata Laura. Tak kupedulikan tatapan protes Yumi, menjadi pihak ke-tiga dari pasangan aneh, ternyata seru juga.

"Tak usah, aku mendadak kenyang." Laura berkata dingin, mendorong kembali piring yang diberikan Yumi.

"Apa kau mengganti sampo-mu, Sayang? Aku lebih suka yang ini, lebih wangi." Kuendus rambut indah Yumi, dia berusaha mengelak. Mungkin tak ingin Laura semakin cemburu.

"Apa apaan kamu, Mas?" Dia mendelik. Dia menjauh, lalu duduk di depan Laura. Oh, ayolah! Aku ingin menyaksikan adegan bertengkar kalian.

"Tadi kau mengatakan lapar, sekarang kenyang.  Ada apa?"

"Aku tak lagi berselera melihat tingkah kalian."

Yumi mendadak kaget, dia tak pernah memberitahuku akan penyimpangannya. Saat ini, Laura menunjukkan rasa cemburu terang-terangan.

"Kau salah, datang diwaktu yang tak tepat, bagaimanapun, kami masih pengantin baru." Aku ikut berbicara. Yumi kembali melayangkan tatapan protes, marah? Silakan saja! Aku tak peduli.

"Suamimu sudah tau, apalagi yang kau tunggu?! Ini sudah setahun seperti janjimu!" Laura berteriak. 

Yumi memejamkan matanya, mencoba meredam emosinya. 

"Aku tak ingin membahas ini di depannya."

Di depannya? Maksud Yumi adalah aku. Menggelikan, menjadi orang ke-tiga pasangan ini.

"Aku telah berkorban banyak untuk semua keinginanmu. Waktu yang kau janjikan bahkan telah lewat dua hari."

"Beri aku waktu sampai aku memiliki anak, kau tau, orangtuaku bukan orang yang mudah." 

Kali ini Yumi yang emosi. Rasanya lelah juga berasa di antara mereka. Aku akan memberikan waktu pada mereka untuk bertengkar.

Saat ini, aku hanya perlu mencoba ide temanku. Apakah ini dosa? Aku tak tahu. Yang jelas, untuk pertama ini harus pemaksaan dulu.

Akhirnya, beberapa menit kemudian, aku sampai di depan apotik. Malu juga rasanya saat menanyakan obat yang kumaksud, aku bahkan menunggu orang yang datang ke sana sepi dulu.

***

"Mana dia?" tanyaku pada Yumi, wajahnya kacau, pasti mereka bertengkar hebat.

"Dia pergi lagi."

"Aku tak mengizinkan dia kembali ke sini. Atau aku akan menelepon orangtuamu." Aku mengancam asal.

"Jangan!" Yumi bangkit dari duduknya. "Jangan pernah lakukan itu!"

Aku semakin curiga. Artinya, orangtua Yumi juga menyembunyikan ini padaku. Bahwa anak mereka tidak lurus.

Yumi terlihat lelah, kesempatan ini kugunakan untuk menjalankan strategi. Teh hangat yang sudah bercampur obat, kusodorkan pada Yumi dan disambut dengan dahinya yang berkerut.

"Apa ini?" Dia menatapku aneh.

"Minumlah! Kau pasti haus."

Dia menatapku dan gelas secara bergantian. Tapi pada akhirnya menerima dan meminumnya.

Apakah aku berdosa? Merampas hak-ku menggunakan cara yang licik?

***

Antara cemas dan gugup, mataku tak berhenti menatap Yumi yang mulai gelisah. Dia mengipasi dirinya sendiri seperti kepanasan padahal malam amat dingin. Berulang kali dia melepaskan nafas panjang.

Sengaja kukunci pintu kamar dan mencabut kuncinya. Aku tak ingin dia malah ke luar dan mencari Laura.

"Apa yang kau masukkan ke minumanku?" Yumi bertanya dengan napas terputus-putus. Tatapannya redup, hampir menangis.

Nyaliku ciut, ada penyesalan. Bukan, bukan seperti ini harusnya, aku memiliki agama yang kuat, apa artinya dia merasakan percikan itu tapi tak terjadi secara alami.

"Sial!" Dia mengumpat. Meninju dinding kamar kami. Dia mencakar dirinya sendiri.

Aku bergerak menghentikan tangannya.

"Maafkan aku!"

"Kau ...." Dia menunjuk wajahku. Kemudian menangis. Baru pertama kulihat dia menangis. Menangis putus asa.

"Aku akan menolongmu ...."

Hanya itu kalimat yang keluar dari mulutku. Malam pertama yang telah tertunda selama setahun itu terjadi juga. Tapi aku merasa sangat kecewa, Yumi tak lagi memiliki penghalang layaknya perawan pada umumnya.

***

Paginya, aku mendapati Yumi sudah segar dengan rambutnya yang basah. Dia seakan melupakan kejadian semalam, buktinya dia menyiapkan sarapan seperti biasanya.

Tinggal aku yang penasaran, perasaan kecewa yang amat besar melanda hatiku. Bukankah kata orangtuaku Yumi baik? Akan tetapi, apa yang aku dapati jelas saja sangat mengecewakan. Suami mana yang akan menerima, saat dia menjaga diri selama ini, tapi mendapati istri yang tak lagi suci.

Aku mengamati punggung Yumi yang bergerak di depan kompor.

"Maaf, bawang gorengnya habis." Dia meletakkan dua porsi nasi goreng lengkap dengan toping bakso dan telur dadar. Masakannya tak pernah mengecewakan.

Kuamati wajahnya yang makin dingin, kutahu dia pasti amat marah, tapi sepertinya dia tak mau mengungkit apa yang semalam terjadi.

"Masalah semalam ...."

Yumi meletakkan sendoknya agak keras di atas piring, sehingga bunyi dentingan itu terdengar keras.

"Jangan bahas apa pun!"

"Aku memang menaruh obat diminumanmu."

"Aku tau, karena ini bukan pertama yang terjadi padaku." Dia mengangkat piring nasi gorengnya yang masih penuh. Aku tak tau pasti, berapa sendok yang baru masuk ke mulutnya.

Aku bangkit, menysulnya ke westafel. Kucekal lengannya membuat dia berbalik.

"Apa lagi?" Dia menengadah. Matanya berkaca-kaca.

"Katakan! Apa yang terjadi?"

"Jangan terlalu banyak tahu tentangku, Mas. Kau hanya akan terluka, karena aku takkan pernah pantas untukmu." Bibirnya bergetar. Satu tetes air mata berhasil turun dari kelopak matanya yang indah.

"Tak ada yang bisa kubanggakan padamu, selain kemampuanku dalam memasak. Sekarang kau menyesal, kan? Apa yang kau harapkan tak ada padaku."

Yumi mengusap air matanya. Semalaman aku berpikir, merasa kecewa dan bodoh. Akan tetapi, wanita itu masih menutup diri dan membuatku hanya bisa menerka-nerka.

"Antarkan aku ke rumah orangtuaku, aku ingin istirahat selama tiga hari."

"Aku akan ikut menginap."

"Mas," cegahnya. Suaranya mencicit, seakan begitu lelah.

"Aku ingin berdiskusi dengan Ayahmu, apakah melanjutkan pernikahan ini atau tidak."

Yumi memucat. 

"Ya, aku sudah menduga itu akan terjadi."

"Kalian telah menipuku, aku berhak mendapatkan penjelasan."

Aku meninggalkan Yumi di dapur, mengambil bekal makan siangku lalu pergi bekerja. Kata orang malam pertama terasa manis, apanya yang manis, sepanjang waktu Yumi menangis dan aku seperti orang gila yang bertingkah seperti pemerkosa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ahmad
mana lg endingnya gini doang?
goodnovel comment avatar
Tessa M
cari perempuan lain aja. udah parah tu..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Pipi Merah Jambu Yumi ( End )

    Rujuk, dengan cara nikah kembali karena Yumi telah melewati masa Iddah. Rasanya seperti penganten baru lagi, sayangnya Yumi masih sama, tak menampakkan ekspresi berlebihan. Dia terlihat lebih tenang, dibanding aku yang gelisah.Para tetangga dan keluarga sudah kembali ke rumah mereka masing-masing. Tinggal aku dan Yumi yang sibuk membereskan sisa makan malam yang dihadiri oleh beberapa orang itu. Makan malam sekaligus doa selamatan atas rujuknya kami.Setelah pekerjaan selesai, Yumi duduk di sofa di sampingku, bersandar ke sisi sofa. Keringat mengalir di lehernya, sedangkan tanganku gatal ingin mengusapnya. Tanpa bisa kutahan, jemariku mendarat di sana, sementara Yumi terkesiap dan menjauh, pipinya merona."Maaf, aku hanya mengusap keringatmu," kataku, kurasakan tenggorokanku kering. Adegan ini, serasa menegangkan bagi kami.Yumi buru-buru mengambil tisu di depannya, lalu mengusap leher jenjangnya. Semua itu tak lepas dari pengamatanku. Wanita ini sungguh cantik."Melelahkan juga."Y

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Rasa Itu

    POV AditAku berulangkali ke kamar mandi menyelesaikan segala hajat yang menganggu itu. Perutku sangat mulas, sudah dari dua jam yang lalu, bolak-balik ke kamar mandi."Apa yang aku makan?"Aku bergumam sendiri, mengingat apa saja yang telah masuk ke dalam perutku.Ya, nasi bakar acar. Aku sempat memakannya. Apakah karena irisan cabe rawit dan nenas muda itu?"Sial!"Aku kembali kabur ke toilet. Beberapa menit lalu keluar lagi. Rasanya sangat menyebalkan.Aku butuh teh pahit, teh yang amat pekat untuk meredakan semua gangguan perutku. Hanya Yumi yang bisa membuatnya, karena dia sendiri yang menunjukkan resep obat itu padaku.Mencoba mengabaikan rasa mulas yang kembali mendera, kubuka pintu hotel. Mengetuk pintu kamar Yumi. Tak lama setelah itu, Yumi muncul. Rambut pendeknya diikat satu, sebagian lepas dari ikatannya dan membingkai cantik wajahnya."Yumi ... Toilet ...."Aku menorobos masuk ke dalam kamar Yumi, membuka pintu yang kuyakin adalah toilet. Setelah semua isi perut itu kelu

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Seperti Remaja Kembali

    POV Adit Katakan saja aku tolol. Ketidak berdayaan Yumi menolak tawaranku begitu membuat hatiku bahagia. Wanita yang muncul dengan dress biru muda di bawah lutut itu, tengah berjalan menuju mobilku, setelah kulihat dia pamit pada Ibunya.Dia cantik, amat cantik, walaupun langkahnya belum cepat, kakinya sudah hampir sempurna. Dia semakin mempesona dengan sikapnya yang terlihat percaya diri.Kubuka pintu mobil untuknya, bahkan semasa kami menikah, sama sekali tak pernah kulakukan itu. Kami terbiasa mengurus diri masing-masing tanpa melibatkan pasangan. Lagi pula, Yumi bikan tipe wanita manja yang butuh bantuan. Dia bisa segalanya, dan jarang meminta tolong."Maaf, aku agak terlambat," katanya mencari posisi duduk yang pas. Sama sekali tak menatapku, khas Yumi yang cuek. Kuhirup aroma wangi lembut yang memenuhi Indra penciumanku. Wangi yang sama, yang kuhapal selama dua tahun terakhir."Mungkin aku yang datang terlalu cepat."Aku berusaha menyenangkan hatinya, seolah-olah ini adalah kes

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Menjadi Koki

    POV YumiBulan ke tiga, semua terasa begitu menakjubkan. Kakiku sudah bisa dipijakkan pasca pembukaan pen satu bulan yang lalu. Walaupun belum bisa digunakan secara utuh, namun dia sudah mulai tampak normal layaknya sebelum kecelakaan itu terjadi. Banyak hal yang kusyukuri, setelah sempat putus asa dan ingin mati, lalu diberi kesempatan mati, malah aku berpikir ingin hidup. Tuhan akhirnya memberi kesempatan untuk hidup, bahkan untuk sembuh dan kembali seperti sedia kala.Selama di sini, banyak hal yang kupelajari. Aku belajar dari apa yang kulihat, yang kudengar dan yang kurasakan.Aku lebih mencintai diri sendiri dari pada sebelumnya. Seperti kata Mamak, aku harus mengizinkan diriku untuk bahagia."Selamat sore, Yumi."Aku menoleh, Dokter Frans, yang selama ini menanganiku di rumah sakit, datang ke apartemen yang kami sewa. Begitu mendadak, bahkan tanpa memberi kabar terlebih dulu.Kata Ibu, kami berasal dari kampung yang sama. Ibunya Frans dan Ibuku adalah teman saat SMA dulu. Fran

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Gundah

    POV Adit "Bagaimana keadaannya?" tanya Mutia padaku, kami tengah makan siang bersama di kantin kantor. Mutia tahu persis masalahku dengan Yumi. Dia juga selalu memberiku semangat dan nasehat."Dia baik, sudah kembali ke rumah. Aku yang menemani orang tuanya menjemputnya ke sana. Walaupun sempat terjadi drama dan perdebatan, akhirnya Yumi menurut juga.""Kau sendiri?""Maksudmu?""Ya, kau sendiri bagaimana? Apa kau baik? Bukankah bertemu dengan Yumi adalah impianmu, sekarang dia sudah ditemukan. Lalu apa langkah selanjutnya?"Aku terpaku, apa langkah selanjutnya, aku pun tak tahu. Aku senang Yumi kembali, tapi aku tak bisa memastikan perasaanku padanya, setelah kulihat dia berubah ... Secara fisik."Masih mau rujuk?"Mutia tetap saja menyodorkan pertanyaan padaku, aku malah kehilangan selera makan."Artinya kau tak serius mencintainya." Mutia meletakkan sendoknya. Nasi yang dimakannya sudah tandas dalam waktu cepat. Aku tahu, Mutia memang belum menikah, tapi dia memiliki pemikiran yan

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Hidup Baru

    POV Yumi"Makanlah!" Aku mengangguk. Ya, sehari berselang, Adit membawa ke dua orangtuaku ke tempat Mamak. Tak berdaya, aku terpaksa ikut dengan kedua orang tuaku, saat melihat Ibu pingsan ketika aku menolak keras. Jangan lupakan, ayah yang menatapku dengan penuh permohonan.Akhirnya, Mamak dan Pak Mukhsin, membujukku untuk lebih mematuhi orangtua. Aku tak berdaya, bahkan untuk melarikan diri dan menjauh dari semua orang.Di sinilah aku sekarang, di rumah yang selalu sepi. Entah kapan canda tawa terdengar di sini, aku tidak ingat. Banyak hal yang tidak kuingat. Ya, atau mungkin aku terlalu sibuk dengan diriku yang berlubang sengsara."Jangan terus menatapku, Bu. Aku merasa rendah diri, karena tak lagi memiliki wajah cantik." Aku menatap mangkuk yang berisi bubur jagung. Makanan kesukaanku, yang tak kuingat, kapan terakhir kali dia membuatkan untukku. Kenapa dengan keadaan begini, Ibu malah bersikap perhatian."Kenapa? Kau anakku, apa pun keadaanmu, kau tetap anakku. Menemukanmu dalam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status