Share

6. Bertemu

Happy Reading

*****

Riswan begitu bahagia bertemu dengan putrinya Iklima, Dara Narendra. Sampai-sampai menyeruh si sahabat untuk memvideokan aktifitas mereka. Sebelum bertemu dengan orang yang akan membantunya, sengaja si lelaki menyempatkan diri mampir ke rumah Iklima.

"Wan, dia udah ada di rumah. Baiknya kamu langsung ke sana. Dua jam lagi dia harus ke rumah sakit lagi," kata Iklima.

"Oke. Rumahnya no 25 kan?"

"Iya." Disertai anggukan Iklima. "Sorry aku nggak bisa nemeni."

"Its okey." Riswan mencium pipi Dara beberapa kali setelannya meninggalkan mereka.

Rumah dengan nomor 25 terletak tak jauh dari tempatnya kini. Menurut Iklima, dokter tersebut adalah salah satu sahabat Iklima pas SMA dulu. Agak ragu sebenarnya si lelaki harus berkonsultasi dengan seseorang yang belum dikenalnya.

Akan tetapi, Riswan mencoba menepis semua rasa canggung itu. Tuntutan dan tekanan dari Risma membuat pening keoala dan memaksanya harus melakukan.

Ragu-ragu, dia memencet bel yang berada di luar pagar. "Bismillah. Semoga ini yang terbaik."

"Dokter Farel ada?" tanya Riswan pada perempuan baya yang mengenakan daster batik.

"Ada. Sudah punya janji?" tanya balik si Ibu.

"Saya temannya dokter Iklima."

"Oh. Silakan masuk, Pak," pinta ibu itu yang Riswan perkirakan adalah asisten rumah tangga sang dokter. "Saya panggilkan Pak dokter dulu."

Tak lama berselang, keluarlah seorang lelaki bertebuh gempal dengan rambut bergelombang. Riswan menyipitkan mata, dia seperti mengenal. Namun, tak tahu di mana. Wajah itu tak asing rasanya.

"Lho!" kata si dokter terkejut, "bukannya kamu Riswan, putranya Om Fadil?"

Riswan menyipitkan mata, "Pak Dokter kenal dengan saya?"

Si Dokter yang bernama Farel itu merangkul Riswan ke dalam pelukannya. "Kamu lupa sama aku?"

"Eh."

"Dih, ya. Saking lamanya nggak ketemu, aku kamu lupain. Apa kabarmu, Wan?" tanya Farel tanpa menjelaskan siapa dia sebenarnya.

"Sorry, deh. Aku beneran lupa. Jadi, apa kamu salah satu temen sekolahku?"

Farel tertawa keras. "Ingatanmu payah, Wan," cibirnya, "aku itu anaknya Pak Mufid. Tetanggamu dulu sebelum bapakku pindah tugas."

Riswan menepuk kening. "Astagfirullah. Pantas wajahmu nggak asing, tapi bukannya dulu panggilanmu Malik?"

"Haist." Tangan Farel menunjuk kursi yang artinya menyuruh Riswan untuk duduk kembali. "Malik nama tengahku kalau kamu lupa."

Keduanya tertawa. Setelah sedikit bernostalgia tentang masa lalu mereka. Farel mulai menginterogasi sahabat masa kecilnya.

"So, apa yang membuatmu datang untuk berkonsultasi denganku. Apa ada masalah kesehatan denganmu?" Pertanyaan Farel mulai serius.

Menyapu pandangan ke sekeliling, Riswan terlihat ragu untuk bercerita.

*****

"Gila kamu, ya. Nggak tahu aku lagi kerja main maksa aja minta ditemeni." Zikri terengah-engah mendekati perempuan bergamis biru dongker yang tengah menikmati es krim di taman kota.

"Selow aja kali. Lagian kalau aku nggak ngancam gitu. Kamu nggak bakalan dateng. Punya temen nggak peka banget, sih."

Satu sentilan mendarat di kening Risma. "Kamu kira aku nggak punya kesibukan lain selain nemeni kegalauanmu, Ndut. Lagian hidup kok galau melulu. Ada apa, sih?"

Bagaimana nggak galau kalau status sang suami begitu bahagia bermain dengan putri dari mantannya. Padahal saat Risma meminta hak sebagai istri agar bisa memiliki momongan, Riswan malah tak memberikannya. Perempuan berjilbab itu mengembuskan napas panjang. Merogoh saku gamisnya, mengeluarkan benda pipih pintar.

"Lihat ini?" tunjuk Risma pada postingan video Riswan. "Lihat senyumnya? Segitu bahagianya dia, tapi saat bersamaku tak pernah sebahagia itu."

Zikri menikmati setiap gambar yang tersaji di video itu. "Anak siapa sih? Lucu banget tahu. Pantas senyum suamimu lebar banget. Anak itu gemesin banget."

"Anaknya emang lucu, tapi yang aneh suamiku. Katanya nggak suka anak-anak. Selalu bilang belum siap kalau udah bahas tentang anak. Aku capek, Zik. Kayaknya aku bakal gugat cerai dia." Risma berkata sangat lirih.

"Apa? Nggak salah dengar aku?" Zikri mengubah posisi duduknya. Menatap tajam pada si sahabat.

"Aku lelah menjalani pernikahan pura-pura ini."

"Ndut, kalau  ngomong yang jelas, dong. Pernikahan pura-pura gimana maksudmu? Bukannya Riswan sangat baik. Ya, meskipun kadang cemburuan, tapi itu adalah bukti cintanya. Wajar, sih, menurutku."

Pandangan Risma entah ke mana. Dia memasukkan es krim ke mulut, mencoba mendinginkan hati dan pikiran. Walau bagaimanapun, tidak mungkin dia bercerita pada Zikri bahwa sampai saat ini dirinya dan Riswan belum pernah melakukan hak dan kewajiban sebagai suami istri.

"Kamu nggak akan ngerti meskipun aku jelaskan, Zik. Nyatanya, pernikahan kami itu, hanyalah untuk menyenangkan para orang tua." Hampir saja air itu meleleh di pipi. Risma mendongak dan membuang muka. "Traktir aku, dong, Zik. Lagi laper nih. Galau itu selalu membuat perutku perih."

"Huh, dasar. Ini, nih, isinya makanan melulu." Zikri menunjuk kepala Risma beberapa kali. "Jangan makan melulu, kalau badanmu tambah melar. Makin susah kamu hamilnya. Si rahim bakal ketutup lemak. Ngerti?"

"Dah kayak dokter aja, lho." Risma berdiri. Perutnya benar-benar minta diisi makanan berat. "Pelit, ya, pelit aja. Nggak usah bawa-bawa body."

"Sembarangan ngatain pelit. Gimana kalau kita taruhan. Kalau kamu bisa ngejar dan nangkap tuh burung gereja aku traktir makan sampai puas."

Risma melirik ke arah jari telunjuk Zikri. Ada burung gereja yang sedang mendarat di tanah. Sepertinya, tantangan yang sangat menarik. Si perempuan pun menganggukkan kepala. "Oke. Nggak boleh curang. Awas aja ingkar janji. Aku sunat lagi dirimu."

Risma tertawa lebar. Melupakan sebentar masalah yang tengah melandanya. Namun, semua itu berlangsung sebentar saja.

"Bagus. Lagi nggak sama suami malah ketawa lebar. Pantas aja nggak balik-balik ke rumah," kata Riswan yang tiba-tiba datang dan menghentikan perasaan gembira dua sahabat itu.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
jadi lonte aja risma, biar dapat duit dan kepuasan jd g perlu lagi banyak drama.
goodnovel comment avatar
Senita Depari
penasaran ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status