Bab 100"Dia itu penjahat, dia agen penjualan organ ilegal. Cepat lapor polisi!"Sayangnya teriakan itu hanya ada di hatinya saja karena Melly tidak bisa bersuara. "Bapak saudaranya?" tanya suster kepada pria yang datang. Pria itu membawa kresek berwarna hitam yang entah apa isinya. "Iya saya saudaranya."'Enggak bukan. Dia bukan saudaraku!' batin Melly. Wanita itu mulai gelisah, tatapannya tidak teratur dan dia berusaha menggerakkan tubuhnya namun tubuhnya terasa berat. Dia tidak mampu menggerakkan nya."Kebetulan kalau begitu, karena dari kemarin belum ada yang melihatnya kecuali seorang wanita yang membawanya ke sini. Tapi hari ini juga belum datang," jawab suster itu ramah."Bagaimana keadaannya?"tanya pria itu."Saya kurang jelas yang tahu pasti itu dokter tetapi yang Saya dengar pasien mengalami lumpuh karena penusukan itu."Lelaki itu pura-pura bersedih. "Kasihan sekali padahal dia itu seorang janda. Kok ada orang jahat seperti itu," gumamnyaSementara Melly semakin gelisah
Bab 99Melly baru saja tersadar dari pingsannya. Wanita itu menatap ke arah kanan kiri, bau obat-obatan menyengat menandakan dia berada di ruangan medis. Wanita itu membuka mata. Namun, tak ada satu orangpun ada di sampingnya. Dia juga heran bagaimana dia ada di sini. Siapa yang membawa dan menolongnya?"Tolong, tolong, Suster!" Melly berusaha berteriak. Namun anehnya suaranya tak keluar. Melly berusaha lebih keras berteriak lagi tapi tetap tak bisa mengeluarkan suara.'Ya Allah, aku bisu,' batinnya. Air mata wanita itu mengalir.Kemarin saat terjadi insiden pembusukan itu Melly bukan hanya melihat sosok lain dari Herman. Dia bukan hanya dihadapkan dari sebuah kenyataan bahwa ternyata Herman selama ini pura-pura lumpuh. Tapi juga sebuah kenyataan bahwa ternyata Herman memiliki bisnis haram. Disamping dia bisnis barang haram, Herman juga memiliki bisnis terlarang yang lebih dari itu. Dia bekerjasama dengan orang penting di negara ini lalu untuk menjual organ tubuh secara haram. Awalny
Bab 89"Sini deh aku bisikin."Rendra membungkukkan badan lalu mendekatkan telinganya ke mulut Gea membuat Mona menggelengkan kepalanya melihat tingkah dua orang itu. Salah satu pertimbangan terbesar yang membuat Mona menerima Rendra adalah kedekatan Rendra dengan anaknya. Bukan hanya Gea bahkan Kaisar anak keduanya juga sangat dekat dengan Rendra. "Oya?"tanya Rendra setelah dibisiki oleh Gea. Entah apa yang dikatakan anak itu, Mona juga tidak tahu karena dia memang tidak mendengarnya."Iya, Makanya Gea Kalau Om menikah dengan mama harus di Bali," jawab Gea."Ok," kata Rendra mantap membuat gadis kecil itu tersenyum. "Om memang terbaik."Gea memeluk Rendra, tampak sekali gadis itu sangat bahagia di dekat Rendra. "Gea! Sudah, Sekarang Om biar balik dulu ya karena pasti Om banyak kerjaan di kantor," ujar Mona. "Ok. Om baik-baik di kantor ya, jangan lirik wanita sana-sini! Awas kalau Om selingkuh seperti papa. Gea nggak mau maafin Om!" Seperti biasa saat berucap seperti itu gadis it
Bab 98Acara makan siang hari itu sungguh berbeda bagi Rendra walaupun sebenarnya konsepnya ya sama saja. Hanya makan sambil bercerita. Tapi, karena lamarannya sudah diterima oleh Mona itu membuat ada yang berbeda bagi Rendra. "Alhamdulillah, Ibu senang sekali. Terus rencana kalian akan menikah kapan?" Ibu Rosa sangat antusias bertanya."Secepatnya," sahut Rendra. Lelaki itu tak henti-hentinya menatap Mona. "Secepatnya itu kapan, cepatlah! Ibu pingin melihat kamu memiliki istri," kawab Ibu Rosa.Akhirnya mereka merundingkan pernikahan Mona dan juga Rendra yang nantinya akan dilaksanakan pada akhir bulan ini. Rendra tak mau menyia-nyiakan kesempatan, apalagi mengulur waktu. Baginya toh mereka sudah sama-sama siap untuk menuju jenjang pernikahan. "Pokoknya nanti kalau Om menikah sama mama, Gea mau hadiah," ujar Gea."Mama?"tanya Ibu Rosa. Mungkin karena selama ini Gea memanggil Mona dengan sebutan ibu. "Ouh maaf, Bu. Gea memang pada awalnya manggil saya dengan sebutan Ibu tetapi kan
Bab 97"Tapi bener kamu mau menerima aku jadi suami. Kamu nggak bercanda kan?"Rendra menatap Mona, sementara Mona hanya diam."Kok kamu gak jawab?"tanya Rendra."Kamu saja enggak melamar dia berteman dia mau jawab," sahut Ibu Rosa.Rendra tersenyum sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Di depan Mona memang terkadang dia terlihat seperti orang bodoh. Pria itu kemudian mengambil cincin yang sudah lama disiapkan dan selalu dia bawa saku jasnya."Mona binti Ibrahim, untuk ketiga kalinya aku ingin melamar kamu. Bersediakah kamu menjadi pendampingku!" Pinta Rendra dengan penuh harap. Matanya terus menatap penuh harap. Tampak sekali laki-laki itu tulus mengharapkan Mona menjadi istrinya."Sebelum aku jawab, apa kamu tidak menyesal melamar aku? Aku ini janda dan memiliki anak dua, kamu masih perjaka dan masih muda. Kamu bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik dari aku bahkan lebih dari segalanya. Kenapa kamu memilih aku?" tanya Mona sambil menatap Rendra. "Karena hanya kamu perempua
Bab 96Ehm Rendra takut mendapatkan kenyataan tidak sesuai dengan impiannya segera berdehem berharap ibunya tidak melanjutkan pertanyaannya. Tapi setidaknya hati Rendra rasa adem karena Mona ikut makan bersama."Ibu."Gea berlari dan memeluk ibunya. "Kok anak Ibu cemberut? Apa ada yang menyakiti kamu. Teman-teman kamu nakal lagi?"tanya Mona dengan penuh perhatian. Sementara Gea menggelengkan kepalanya. "Gea marah sama Om," jawabnya."Loh marah kenapa?"tanya Ibu Rosa. Tidak biasanya anak kecil itu marah kepada Rendra. "Aku telat 5 menit menjemputnya. Tapi emang karena jalannya macet Jadi aku harus keliling untuk mencari jalan dulu," jawab Rendra."Alasan, tadi Om gak bilang begitu. Om bilang katanya ada pekerjaan kok sekarang bilangnya macet. Ketauan kan Om bohong. Katanya om cinta mati sama ibuku tapi ternyata Om bohong!" Sengit Gea."St, Gea. Nggak boleh kamu seperti itu, mungkin memang Om terlambat karena jalannya macet. Kamu kan tahu kalau jam-jam seperti ini jalan macet apal