Share

Bab 12

Penulis: Rania
Charles telah berjanji untuk memberikan rumah ini kepadanya dan urusan administrasinya juga sedang diproses. Sekalipun Charles ingin menjadi anak berbakti dan membiarkan mertuanya tinggal di sini, Charles juga seharusnya mendapatkan persetujuannya. Terlebih lagi, rumah ini adalah satu-satunya tempat dia dan Charles pernah tinggal bersama sebelum pernikahan mereka.

Singkatnya, Charles sama sekali tidak menghormati Shania.

Shania tidak peduli apakah Charles mencintainya atau tidak, tetapi Charles seharusnya memperlakukannya sebagai manusia, bukan ... hewan peliharaan.

Saat orang-orang itu membahas tentang pernikahan dengan penuh semangat, Fenny tidak sengaja menangkap sosok Shania dari sudut matanya dan ekspresinya seketika berubah. Beberapa orang lainnya juga berangsur-angsur mengikuti arah pandangnya.

Yasmin tak kuasa menahan diri untuk berdecak, lalu memaki, ​​"Sial sekali! Kenapa dia ada di sini?"

Pada akhirnya, Natalie yang melangkah maju untuk menyapa Shania dengan sopan. Dia menyembunyikan rasa malunya dan bertanya, "Shania, kebetulan sekali! Kok kamu ada di sini?"

"Ini bukan kebetulan." Shania dengan tenang melirik orang lainnya yang bersikap seolah-olah sedang menghadapi musuh yang tangguh, lalu menjawab dengan tenang, "Aku mau pindah kemari."

Setelah Shania selesai berbicara, Fenny menatapnya seolah-olah sedang menatap orang gila dan tertawa marah. "Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Charles dan kamu sudah cerai! Rumah ini milik Keluarga Fariz. Atas dasar apa kamu pindah kemari?"

Yasmin juga tidak tahan dengan sikap tak tahu malunya dan mencibir, "Shania, kamu benar-benar nggak tahu malu! Kamu dan kakakku sudah cerai, tapi kamu masih mau lanjut ganggu dia!"

Dinilai dari sikap mereka yang begitu arogan, kedua orang ini jelas tidak tahu bahwa Charles telah memberikan rumah ini kepadanya.

Natalie yang memasang tampang serbasalah juga menasihati dengan lembut, "Shania, kalau kamu memang nggak punya tempat tinggal, gimana kalau aku telepon Charles dan minta dia pinjamkan apartemen lain ke kamu? Rumah ini mau ditempati orang tuaku dan akan merepotkan kalau kamu pindah kemari."

"Ini rumahku. Kamu mau repot atau nggak, itu bukan urusanku. Charles sudah berikan rumah ini kepadaku," kata Shania dengan acuh tak acuh.

"Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Mana mungkin Charles berikan rumah ini kepadamu tanpa alasan?"

"Benar. Kakakku juga nggak bodoh. Kamu sudah gila karena terlalu matre?"

Fenny dan Yasmin tidak percaya bahwa Charles akan melakukan hal seperti itu. Charles tidak menaruh perasaan apa pun pada Shania, bagaimana mungkin dia memberi Shania rumah sebagus ini?

Bahkan Maria, ibunya Natalie juga mencibir, "Kurasa, memang ada beberapa gadis zaman sekarang yang benar-benar nggak tahu malu. Meski sudah cerai, mereka masih mau dapatkan keuntungan dari orang lain."

Shania tetap memasang ekspresi tenang, tanpa sedikit pun amarah yang terlihat. Dia langsung menelepon Charles dengan mengaktifkan speaker. "Tanya saja sendiri padanya."

Panggilan itu tersambung dengan cepat, tetapi Shania malas berbicara.

Sebaliknya, Maria yang berkata dengan lembut, "Charles, ini Bibi. Aku dan pamanmu sudah pindah ke rumah yang kamu siapkan. Tapi, mantan istrimu tiba-tiba datang hari ini dan bersikeras bilang kamu sudah berikan rumah ini kepadanya, juga suruh kami pindah."

"Bukannya ini konyol sekali! Dia itu cuma seorang mantan istri. Mana mungkin kamu memberinya sebuah rumah dan biarkan Natalie dirugikan? Makanya, aku telepon untuk tanya ke kamu."

Di ujung telepon, Charles mengusap keningnya. Dia baru teringat bahwa rumah itu sedang dalam proses pemindahan nama dan seharusnya adalah milik Shania. Dia terdiam sejenak sebelum berujar, "Bibi tinggal saja dulu di rumah itu untuk sementara. Biar aku yang ngomong sama dia."

Wajah Maria langsung berseri-seri. "Oke, oke. Kalau begitu, kamu ngomong sama dia, ya."

Namun, setelah mendengar suara Shania, Charles malah menggigit bibirnya erat-erat. Dia secara naluriah ingin menjaga harga diri Natalie sekeluarga, tetapi tidak tahu bagaimana harus berbicara dengan Shania.

Setelah ragu sejenak, Charles mengernyit dan berkata dengan lembut, "Shania, kamu juga masih belum mau tempati rumah itu, 'kan? Biarkan saja dulu orang tua Natalie tinggal di sana. Mereka akan pindah setelah aku dan Natalie menikah."

Sedikit rasa dingin menjalar di hati Shania. Dia menunduk, lalu menjawab dengan acuh tak acuh, "Aku mengerti. Berhubung kamu akan segera menikah, tolong luangkan waktu untuk selesaikan prosedur perceraian dalam beberapa hari ke depan."

Setelah itu, Shania langsung menutup telepon.

Sorot mata Natalie pun bergetar. Ternyata, Shania dan Charles belum benar-benar bercerai.

Sementara itu, Fenny malah bersikap makin sombong. Dia menelepon satpam Vila Grandise, lalu berkata dengan penuh arti, "Kelak, jangan biarkan wanita nggak dikenal masuk lagi kemari! Cepat usir dia!"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 100

    “Aku nggak ingin ke rumah sakit. Cukup makan obat pereda rasa sakit saja,” gumam Shania.Tangan Rayden yang sedang memegang setir mobil semakin erat lagi. “Biasanya sesakit ini?”“Biasanya nggak. Tadi aku minum sebotol bir dingin.”“Apa kamu lupa?” Suara Rayden terdengar berat.Shania terbengong sejenak. “Ingat, hanya saja aku melupakannya karena terlalu gembira.”Mobil telah berhenti di depan pintu rumah sakit. Tidak ada lagi yang mengantre di tengah malam. Hanya ada dokter UGD dan dokter jaga saja.Untung saja dokter jaga hari ini adalah dokter kandungan. Dokter membukakan resep obat dan juga membuka obat pereda sakit.“Ingat, obat herbalnya diminum sehari sekali. Jangan lupa.”Shania mengangguk. “Aku mengerti.”Sebenarnya Shania ingin mengatakan bahwa tidak perlu membesarkan masalah. Biasanya dia tidak akan sesakit ini, hanya saja tadi dia lupa, malah meminum bir.Setelah kembali ke mobil, raut wajah Rayden kelihatan muram. Dia menghentikan mobil di bawah apartemen, kemudian membawa

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 99

    Satu hari sebelum kompetisi dimulai, Shania sedang sibuk di sekolah. Dia bersama anggota departemen acara dan perencanaan sedang sibuk untuk menyusun dekorasi. Bahkan, Wisnu juga merasa tidak tenang hingga ikut memantau hingga larut malam.“Apa soal kompetisi sudah disimpan dengan baik?” tanya Wisnu.Shania mengangguk. “Sudah diletakkan di dalam brankas ruangan konseling. Hanya aku saja yang punya kunci brankasnya.”Wisnu mengangguk. “Baguslah kalau begitu.”Setelah Wisnu pergi, Shania masih merasa tidak tenang. Dia pun mengecek seluruh peralatan di dalam aula.Setelah semuanya sudah diurus dengan baik, waktu sudah menunjukkan pukul 23.30. Shania yang merasa lelah itu menghela napas lega. Apa pun ceritanya, asalkan kompetisi besok bisa berjalan lancar, semua rasa letih itu juga pantas dirasakannya.Shania kembali ke ruangan konseling untuk membereskan barang-barang. Saat belum keluar, dia menerima panggilan dari Yurika. “Yuri?”Terdengar suara perhatian Yurika. “Kak Shania, kenapa kamu

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 98

    “Kata siapa aku nggak akan menghadiri kompetisi pengetahuan psikologi kampus ini?” Terdengar suara yang familier.Mata Shania terbelalak. Dia memalingkan kepalanya dengan syok.Pintu ruangan rektor dibuka. Sandra bersama asistennya berjalan ke dalam.Yasmin menatap kehadiran orang itu dengan tatapan tidak percaya. “San … Sandra!”Sandra langsung mengabaikan mereka, lalu berjabat tangan dengan Latif. “Salam kenal, aku Sandra.”“Bu Sandra, kenapa kamu bisa kemari?” Shania menatapnya dengan terbengong.“Nanti aku akan jelaskan kepadamu.” Sandra menatap Fenny. “Bu, sekarang aku sudah pasti akan menjadi juri dari kompetisi kali ini. Seharusnya nggak tergolong kesalahan?”Raut wajah Fenny kelihatan muram. Dia saling bertukar pandang dengan Yasmin. Kenapa Sandra bisa setuju? Jangan-jangan Rayden diam-diam telah membantu Shania?“Bu Sandra, apa kamu benar-benar setuju untuk menjadi juri kompetisi?” tanya rektor.Sandra mengangguk. “Emm, aku sudah bisa memastikan.”“Mana mungkin? Bukannya kamu

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 97

    Seharusnya dia adalah psikolog yang dicari Rayden untuk Yurika, yang mana juga merupakan wanita yang menunggunya di depan resepsionis hotel tadi.Di bagian belakang dokumen ini diletakkan selembar prosedur kompetisi pengetahuan psikologi, termasuk isi pertanyaan.Sandra berpikir mungkin seharusnya dia berhubungan dengan mahasiswa generasi baru. Bisa jadi mahasiswa generasi baru itu mendatangkan kejutan untuknya.Setelah Shania pulang ke rumah, dia pun menghadap jendela sembari termenung. Dia merasa omongan Sandra memang benar. Dia telah menempuh studi lanjutan di luar negeri selama bertahun-tahun dan berpartisipasi dalam banyak proyek penelitian psikologi. Dia memiliki pandangan yang sangat unik dalam bidang tersebut.Kepulangan Sandra kali ini bukan hanya untuk membantu para pakar dan akademis psikologi di Kota Narkha saja, melainkan juga demi menganalisis dan membedah satu kasus psikologis khusus. Waktunya sangat berharga.Seandainya kontribusi Shania bisa lebih berharga daripada sem

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 96

    Sandra berkata dengan tersenyum tidak berdaya, “Shania, aku rasa aku sudah bicara dengan sangat jelas. Aku nggak ada waktu dan juga nggak akan menghadiri kegiatan kompetisi.”Asisten menghalangi Shania, lalu berkata dengan raut serius, “Bu, kali ini waktu kepulangan Bu Sandra ke dalam negeri terbatas. Semua kegiatannya sudah diatur sebelumnya. Jadi, kami nggak bisa mengubah jadwal dan mengikuti kompetisi yang kamu katakan.”“Bu Sandra, apa kamu sudah baca dokumen yang aku berikan kepadamu?” tanya Shania dengan harapan.Sandra juga tidak menyangka Shania akan begitu keras kepala. Dia mengangguk. “Aku sudah baca dokumen itu. Nggak dipungkiri, mahasiswa Universitas Arinda memang sangat hebat. Aku merasa ada banyak gagasan mereka yang sangat bagus.”Sandra mengedipkan matanya. “Begini, Shania, aku nggak merasa dokumen-dokumen itu bisa membuatku mengubah jadwalku.”“Kepulanganku kali ini demi mengikuti diskusi dengan para ahli psikologi di Kota Narkha untuk membahas berbagai permasalahan ps

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 95

    “Bu Shania, masalah ini sangat penting. Lebih baik kamu pergi cari kabar dulu, bagaimanapun kompetisi masih tersisa beberapa hari lagi.” Latif merasa ragu.Latif memang adalah rektor, tetapi masih ada para direksi di atasnya.“Aku mengerti, Pak Latif.” Shania kelihatan serius. Perbuatan Keluarga Fariz telah mendorongnya menjadi buah bibir orang-orang. Setelah keluar dari kantor rektor, Shania kembali ke ruangan konselingnya. Yurika pun sedang menunggunya di sana.“Kak Shania, aku sudah tahu semuanya. Apa yang harus kita lakukan sekarang?”Shania berkata dengan tersenyum getir, “Cuma bisa menghubungi Bu Sandra lagi.”Di antara dokumen yang Shania berikan kepada Sandra, dia juga menyelipkan tesis miliknya sendiri, yang berkaitan dengan arah penelitian terbaru Sandra. Namun, bagaimana kalau Sandra tidak sempat melihatnya?Pada jam tiga sore, Yasmin membaca perbincangan sengit di forum dengan puas. Dia mengganti beberapa akunnya untuk membawakan suasana, supaya semua orang percaya Sandra

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status