Share

8. Anak Istimewa

"Ayah ingat, Sayang. Mana mungkin lupa ulang tahun anak Ayah yang cantik ini." Ridwan mencium pipi kanan.

"Maaf, Ayah baru bisa datang sekarang." Ridwan mencium pipi kiri.

"Lalu, hadiahnya mana?"

Ridwan terkesiap. Yang dipikirkannya hanyalah Anita, sampai ia lupa soal ulang tahun Izza.

"Duduk dulu, ya. Ayah cape."

Izza mengangguk.

Ridwan mendudukkan Izza di kursi samping Anita. "Maaf ya, Sayang. Ayah benar-benar lupa membawa hadiah. Ayah sangat terburu-buru tadi ke sini."

Izza merengut.

"Atas permintaan maaf ayah, Izza mau apa?"

"Izza mau jalan-jalan bareng Ayah dan Mama."

Ridwan menatap Anita. Meminta pendapat wanita itu.

Anita menyentuh punggung Izza. "Untuk saat ini, Izza tak boleh keluar. Izza tidak boleh capek dan ingat, Mama pernah bilang, semakin banyak orang, Izza semakin rawan terpapar virus bakteri. Itu tak baik buat tubuh Izza yang masih lemah."

Izza menampilkan wajah sedih. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Eh, Izza anak Ayah yang paling penurut. Apa yang Mama bilang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status