Sebuah ciuman hangat Rebecca hadiahkan ke dahi Gabriel. Putra tampannya itu sudah terlelap tidur akibat lelah seharian merayakan ulang tahunnya. Selimut yang menghangatkan tubuh Gabriel telah dirapikan kembali oleh Rebecca. Namun, ada kejadian lucu yang menahan langkah Rebecca ketika ingin beranjak dari kamar Gabriel.Putra tampannya itu mengigau. “Mom, aku mau adik,” gumamnya.Rebecca geleng-geleng kepala menatap putranya. Gabriel tidak hanya mewarisi ketampanan Glenn, tetapi sikap keras kepala Glenn juga menurun pada Gabriel.Rebecca akhirnya memadamkan lampu kamar Gabriel untuk kemudian menyusul Glenn yang sudah menunggu di kamar mereka. Glenn teralihkan oleh kehadiran Rebecca. iPad yang dipergunakan memeriksa beberapa email penting telah Glenn letakkan ke meja nakas di sebelahnya.“Gabriel sudah tidur?” tanya Glenn berbasa-basi pada Rebecca yang merangkak naik ke ranjang tidur.Rebecca berdehem singkat. “Dia sangat kelelahan, tapi dia masih saja ingat pada keinginannya memiliki ad
Tidak perlu dijelaskan secara terperinci kebahagiaan keluarga ketika Glenn mengumumkan kehamilan kedua Rebecca. Mereka membanjiri ucapan selamat kepada Glenn dan Rebecca, pun Gabriel yang akan menjadi seorang kakak.Emilia dan Abraham langsung menyumbangkan segelintir uang kepada yayasan sosial dan panti asuhan sebagai wujud syukur atas kebahagiaan Glenn dan Rebecca. Nelson pun melakukan kegiatan sosial yang sama di Manchester.Bagaimana dengan Gabriel?Putra tampan Glenn dan Rebecca itu dengan bangga menceritakan perihal dia yang akan menjadi kakak. Dia juga menjadi sosok manis dan perhatian kepada Rebecca.Seperti pagi itu, Gabriel yang telah rapi mengenakan seragam sekolah datang ke kamar tidur Glenn dan Rebecca. Dia membawakan segelas susu untuk dinikmati oleh Rebecca.Hal itu dilakukan karena selama kehamilan yang sudah mengijak lima bulan itu, Rebecca mengalami ngidam yang luar biasa. Wanita cantik itu masih saja mengalami morning sickness yang mengganggu rutinitas pekerjaan.“I
Anastasia Romanov, dia adalah putri cantik Glenn dan Rebecca yang terlahir sempurna. Gadis kecil yang dua tahun lalu menangis kencang itu telah tumbuh menggemaskan.Gadis kecil cantiknya begitu mirip dengan Rebecca. Rambutnya cokelat, lembut dan panjang. Matanya juga indah dan meneduhkan. Hidungnya mancung seperti Glenn, sementara bibirnya tipis dan mungil seperti Rebecca.Sayangnya, di mata Gabriel adiknya itu sosok menggemaskan yang dijahili.Gabriel suka mencubit gemas pipi Anastasia yang gembul. Gabriel memang mengajak Anastasia bermain, tetapi dia juga menjahili Anastasia sampai membuatnya menangis.Suasana taman belakang pagi di momen weekend telah ramai oleh riak suara Gabriel yang tertawa dan Anastasia yang menangis. Keduanya telah bermain di sana dengan diawasi oleh para pengasuh mereka.“Jangan ganggu aku, Kakak!” Anastasia kesal pada Gabriel yang menarik rambutnya. Padahal Anastasia sedang memberi makan anjing kecilnya.“Aku hanya ingin merapikan rambutmu, Ana.” Gabriel mem
“Aku mau pulang,” bisik Rebecca kepada April–sekretarisnya yang duduk di sebelahnya.Rebecca Clovin–manager cantik itu merasa aneh pada kondisi tubuhnya. Dia merasakan jantungnya berdebar kencang, sekujur tubuhnya terasa gerah seperti adanya percikan api di dalam tubuh yang menyulut.Padahal di acara makan malam bersama anggota timnya Rebecca tak menyentuh setetes minuman alkohol. Sejak awal dia hanya berniat mentraktir dinner anggota timnya demi perayaan keberhasilan new product yang mereka kembangkan. Dinner yang berlangsung di hotel bintang lima itu Rebecca hanya menelan steak, salad dan segelas orange juice.Rebeccaa mengabaikan rasa penasarannya. Senyar gerah sudah meronta-ronta minta didinginkan, sehingga dengan terpaksa Rebecca berpamitan undur diri dari dinner itu kepada anggota tim.Instingnya mengatakan kuat jika keadaan tubuhnya itu berhubungan erat dengan rutinitas padat yang dijalani belakangan waktu. Selain disibukkan sebagai manager product developer, Rebecca juga disib
Pagi cerah itu menjadi kelam saat Rebecca membuka mata. Matanya membulat sempurna, pun sempat mengerjap-ngerjap ketika berusaha menampik ilusi mimpi yang membuat jantungnya ingin copot.Tetapi percuma! Kehangatan yang berbaur dari kulit yang saling menempel menegaskan semuanya bukanlah sebuah ilusi mimpi, melainkan sebuah kenyataan. Tidak sama sekali bermimpi.Rebecca terlonjak kaget! Tangannya segera menyingkirkan lengan kokoh yang memeluknya. Tidak peduli seberapa besar rasa penasarannya, dia harus menyingkir dari sosok yang bertelanjang di dalam satu selimut yang sama dengannya.Cepat-cepat Rebecca memungut pakaian miliknya di atas lantai untuk kemudian menutupi tubuhnya yang lengket dan terasa pegal. Benaknya yang terguncang oleh keterkejutan itu mulai terisi oleh rangkaian-rangkaian erotis kemarin malam.Raut wajah Rebecca menegang terkejut di kala menyadari pria di sampingnya bukan calon suaminya, melainkan pria asing yang menawan–yang masih tertidur lelap. Debar jantung Rebecca
Berita pernikahan yang tetap dilanjutkan tersampaikan ke telinga Rebecca. Semua berjalan sesuai rencana tidak ada perubahan. Terkecuali calon pengantin wanita. Bukan Rebecca Clovin, melainkan Rowena Clovin–adik tirinya. Keputusan itu dilakukan demi menjaga nama baik keluarga. Lebih tepatnya orang tua Elvis tak ingin nama baiknya tercoreng. Hati Rebecca bertubi-tubi disakiti. Dia masih menangis di kamarnya ketika mengetahui gaun pengantin idamannya sedang dicoba oleh adiknya di kamar yang berbeda. Dia memeluk tubuhnya yang gemetaran, meratapi kesedihan saat kediaman itu sedang sibuk melakukan persiapan pernikahan besok. Tidak ada seorang pun yang mendengar pembelaan dari dirinya. Ayahnya menutup telinga, sementara Elvis memblokir semua akses yang berhubungan langsung dengan Rebecca. Bahkan Rebecca sempat diusir ketika datang ke rumah Elvis. Berbagai cara Rebecca lakukan demi memberikan penjelasan pada semua orang tentang kejadian malam itu, tapi tidak ada satupun yang memercayainya.
Glenn mengunci tatapannya pada wanita yang dia gagahi itu. Tidak ada sedikitpun niatan dia ingin mengabaikan wanita itu dikarenakan ada banyak hal yang ingin Glenn gali.Bagaimana wanita itu bisa menyelinap masuk ke kamarnya? Apa tujuan dia menggoda Glenn sampai membuatnya kecanduan malam itu? Dia menilai jika wanita itu bukanlah wanita penghibur alias pelacur. Glenn memastikan sendiri bahwa dia yang pertama kali menyentuh wanita itu. Bercak darah yang mengalir di selangkangan dan menodai seprai menjadi bukti terkuat.Atau mungkin wanita itu diutus oleh seseorang untuk mencoreng nama baiknya? Glenn harus dapatkan jawabannya malam itu juga. Dia tidak akan mengizinkan seorang pun merusak reputasi bersih dan cemerlang dirinya.Dan keinginannya itu tidak berjalan mulus ketika ingin membawa pergi wanita itu. Wanita itu membuka mata tepat di detik Glenn mencengkram pergelangannya yang kurus.“Kau siapa?” suara serak wanita itu sayup terdengar, sementara mata cantiknya mengerjap-ngerjap di t
Sebuah minimarket menjadi tujuan utama Rebecca. Rasa pusing yang menyakiti kepala dan mual di perut yang begitu menyiksa mengharuskan Rebecca untuk lebih dulu memprioritaskan.Di teras minimarket itu dia sendirian menikmati sebotol minuman penghilang pengar–efek dari mabuk alkohol. Tatapannya begitu kosong seiring berangsur-angsur rasa tidak mengenakkan itu tak lagi dia rasakan.Rebecca menghela napas kasar. Batinnya mengeluhkan awal hari yang lagi-lagi dilalui buruk. Sebab sejak pagi naas itu dia tidak pernah lagi merasakan seujung kuku pun kebahagiaan. Seolah-olah mulai pagi naas itu takdir Rebecca sudah digariskan terisi oleh keburukan yang menyapu bersih kebahagiaan.Rebecca merasa tidak pernah melakukan dosa keji yang membuatnya harus ditindak tidak adil seperti itu. Dia bahkan tidak pernah mengusik kehidupan orang lain termasuk Rowena–saudara tirinya.Pantaskah Rebecca direndahkan sejatuh-jatuhnya seperti itu?Lamunan Rebecca terpecah oleh notifikasi telepon masuk yang sempat me