Harusnya Rebecca menikah dengan pria yang selalu dia cintai, namun jebakan satu malam mengakibatkannya kehilangan segalanya. Keluarga dan cinta pun hilang. Tidak hanya itu saja, nama baik yang selama ini dia jaga telah hancur akibat rumor yang tidak sepenuhnya benar. Hingga suatu ketika, Rebecca tahu bahwa jebakan satu malam itu membuatnya terhubung pada Glenn Romanov. Semua hal menjadi semakin rumit. Dua orang asing yang tak saling mengenal, seakan tengah dipermainkan oleh takdir kehidupan. Lantas bagaimana kelanjutan kisah Rebecca dan Glenn? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95
View More“Aku mau pulang,” bisik Rebecca kepada April–sekretarisnya yang duduk di sebelahnya.
Rebecca Clovin–manager cantik itu merasa aneh pada kondisi tubuhnya. Dia merasakan jantungnya berdebar kencang, sekujur tubuhnya terasa gerah seperti adanya percikan api di dalam tubuh yang menyulut.
Padahal di acara makan malam bersama anggota timnya Rebecca tak menyentuh setetes minuman alkohol. Sejak awal dia hanya berniat mentraktir dinner anggota timnya demi perayaan keberhasilan new product yang mereka kembangkan. Dinner yang berlangsung di hotel bintang lima itu Rebecca hanya menelan steak, salad dan segelas orange juice.
Rebeccaa mengabaikan rasa penasarannya. Senyar gerah sudah meronta-ronta minta didinginkan, sehingga dengan terpaksa Rebecca berpamitan undur diri dari dinner itu kepada anggota tim.
Instingnya mengatakan kuat jika keadaan tubuhnya itu berhubungan erat dengan rutinitas padat yang dijalani belakangan waktu. Selain disibukkan sebagai manager product developer, Rebecca juga disibukkan dengan rencana pernikahan yang berlangsung tiga hari lagi.
“Anda mau saya antar ke rumah sakit Tuan Elvis?” tanya April yang menyinggung calon suami Rebecca.
“Tidak ada yang tahu aku pergi ke acara dinner tim ini. Mereka akan marah jika tahu aku masih berkeliaran di luar rumah menjelang hari pernikahanku,” jelas Rebecca yang menghentikan langkah lemahnya di depan lift.
“Anda mau menginap di sini? Saya bisa pesankan kamar untuk Anda beristirahat. Besok pagi saya akan menjemput Anda dan mengantar Anda pulang dengan selamat ke rumah.”
Wanita berusia 24 tahun itu menoleh kepada April yang menanti jawabannya. Pikiran Rebecca mulai terhasut oleh saran dari orang kepercayaannya itu. Rebecca bisa terhindar dari hal yang dikhawatirkan.
Bukan sahutan, melainkan anggukkan kepala yang Rebecca tujukan kepada April. Dia memasrahkan nasibnya malam itu kepada April. Sehingga Rebecca tidak berkomentar saat April mengantarnya ke kamar hotel di mana pegawai pria telah menanti kedatangan mereka. Karena yang terpenting bagi Rebecca adalah beristirahat dengan nyaman dan menghilangkan rasa yang menyiksa tubuhnya.
Pintu ditutup. Rebecca ditinggalkan sendirian berbaring di ranjang yang harum. Suhu ruangan pun telah diatur sedingin mungkin, tapi anehnya Rebecca masih saja merasa gerah dan tidak nyaman. Ada rangsangan aneh yang mendorong Rebecca pada samarnya kabut nafsu.
Ceklek!
Suara pintu yang terbuka mengalihkan pandangan Rebecca. Dia yang duduk di tepian ranjang sambil melepaskan kemeja–sedang menatap kehadiran seseorang yang membuatnya tak berkedip.
Bukan karena terkejut dia dilihat dalam keadaan hampir setengah bertelanjang, melainkan matanya melihat kehadiran calon suaminya.
Sudah pasti April dalang utamanya. Rebecca meyakini April mengadukan kondisi tak sehatnya. Keyakinan itu didasari kuat oleh April yang selalu peduli mengenai kesehatan Rebecca.
Ck! Wanita cantik itu diserang rasa kesal saat pikirannya terisi oleh praduga itu. Apalagi ekspresi dingin dari pria yang berdiri di depannya sangat menyatakan rasa tidak suka begitu mendalam.
“Honey ...” Rebecca menyapa mesra dengan nada setengah melirih.
Bibirnya mengukir senyuman cantik, dia berusaha merayu pria yang dingin menatapnya itu. Tangannya menyentuh pergelangan tangan pria di depannya, lalu perlahan jemarinya merosot ke jemari-jemari besar yang mengagumkan.
Oh my gosh! Jiwa Rebecca tersengat kehangatan yang spontan menenangkan rasa gerah di tubuhnya. Dia beranjak dari duduknya dan memposisikan berdiri sejajar tanpa jarak.
Jemari kurusnya sudah merayap sensual ke lengan yang terselimuti jas hitam. Lantas dengan lancangnya Rebecca berniat ingin melepaskan jas hitam itu dari tubuh mengagumkan itu.
Sayangnya, pergelangan tangannya yang kurus dicengkram oleh kelima jemari yang mengagumkan tadi.
“Jangan menggodaku,” desisnya sinis.
“Sakit ...” Rebecca merintih rendah saat merasakan pergelangan tangannya dicengkram kasar seperti ingin dilukai.
“Jangan sentuh aku. Aku tidak suka,” pria itu menghardik kesal.
“Kau marah?” sahut Rebecca dengan tersenyum.
Pria itu tak merespon, hanya tatapan tajam yang dia layangkan pada Rebecca.
Rebecca tidak takut pada pria di depannya yang memancarkan aura arogansi tak bersahabat. Dia malah melakukan hal sebaliknya, masih tetap tersenyum cantik meski kasar dan tidak sopannya pria di depan itu terhadap dia.
Tubuh yang terangsang berkontraksi spontan mengajak jemari dari tangan yang terbebas menjelajahi wajah pria di depannya. Alis, mata, hidung mancung serta bibir yang agak tebal dibelai menggoda lewat jemarinya.
Instingnya sempat meragukan bibir yang agak berbeda dari yang biasa disentuh olehnya. Namun gairah yang bangkit menghasut Rebecca untuk mengabaikan dan menyentuh lebih serakah.
“Kau boleh menghukumku karena aku sudah nakal,” bisik Rebecca di depan bibir menggoda itu.
Benaknya sudah benar-benar kehilangan kontrol atas kondisi tubuhnya saat itu. Namun di sisi lain ada bisikan yang mempengaruhi jika tak masalah Rebecca lepas kendali malam itu.
Pria itu adalah prianya, bukan?! Tiga hari lagi mereka akan menikah, jadi tidak masalah jika mereka ‘curi’ start?
Pria di depannya tampak mengerutkan dahi. Dia seperti meragukan bisikan Rebecca yang kehilangan akal. Tetapi ada kebencian yang tak bisa dihilangkan. Bahwa di bawah sana sudah menegang saat melihat keindahan tubuh Rebecca.
Wanita cantik itu tidak terlalu kurus. Bibirnya sangat seksi, hidungnya mancung dan berkulit putih.
Itu semua belum selesai!
Kelembutan dari rambut panjang Rebecca tak sengaja menyentuh jemari pria itu. Dan yang menarik perhatian sampai jakun di tenggorokan bergerak gelisah yaitu payudara yang menyembul di balik bra hitam.
“Kau yang meminta, jadi jangan menyesali ucapanmu.”
Bersamaan dengan bibir Rebecca yang telah dilumat nikmat, pria itu melepaskan jas hitam, dasi serta kemeja di tubuhnya. Dia menelanjangi sendiri bagian atas tubuhnya tanpa melepaskan ciuman erotis di bibir Rebecca.
Rebecca yang dicecar kenikmatan pun tak memberontak. Dia malah membalas dengan mengisap kencang bibir bawah yang mengagumkan itu. Dipeluknya erat-erat sosok tubuh sehat dan menawan yang kehangatannya menghipnotis kewarasan Rebecca.
Mungkin karena merasakan nafsu yang bergejolak Rebecca begitu mendambakannya. Tanpa sadar, dirinya sudah telanjang akibat ulah tangan pria itu.
“Ah!” Erangan manis Rebecca memercikkan api hasrat untuk semakin membara. Wanita cantik itu semakin tidak berdaya di bawah perangkap pria itu, sampai-sampai dia tidak sadar entah di detik ke berapa mereka sudah saling tumpang-tindih di ranjang tidur.
Penyebabnya satu, yaitu lidah panas yang menjilati sepanjang tulang selangka hingga ke ujung bahu, payudara yang kencang di bawahnya juga tak luput dari isapan dan gigitan mulut nikmat itu.
“Aku akan memasukkannya sekarang,” ucapnya setelah berhasil menekuk kaki Rebecca.
Dalam bayangan kabut nafsu Rebecca hanya bisa mengangguk. Kejantanan yang bergesek-gesek di pintu mahkota kehormatannya sudah membutakan Rebecca.
“Honey, take it slow,” pinta Rebecca bernada erotis.
Dia mencengkram seprai erat-erat ketika kejantanan itu mengoyak pintu mahkota kehormatannya. Wajahnya mendongak, begitu dalam-dalam meresapi kenikmatan dan perih yang saling bertabrakan. Hingga di beberapa kali goyangan pinggul yang menyodok-nyodok panas, barulah Rebecca terbiasa oleh kenikmatan yang seharusnya tiga hari lagi dia nikmati.
Tubuh yang bergetar menandakan klimaks telah dicapai. Tapi Rebecca masih belum dibebaskan oleh kenikmatan yang membuatnya merintih dan mengerang.
Tubuhnya yang berpeluh keringat diputar, pinggangnya diraih untuk kemudian menuntun bokongnya terangkat dengan kedua paha gemetarnya dijadikan penyanggah.
“S-stop, please. Itu terlalu kasar. Tolong pelan-pelan,” pinta Rebecca mengiba.
Pria itu malah terkekeh, seolah-olah permintaan Rebecca dijadikan lelucon yang menggelikan.
“Bertanggung jawablah. Sejak awal kau yang menggodaku!” desah pria itu sambil mendorong-dorong miliknya ke dalam lubang yang membuatnya candu tak mau berhenti. “Lebarkan lagi pahamu,” lanjutnya meremas gemas paha Rebecca.
***
Selamat membaca :)
Follow me on I*: abigail_kusuma95 (Info seputar novel ada di I*)
Anastasia Romanov, dia adalah putri cantik Glenn dan Rebecca yang terlahir sempurna. Gadis kecil yang dua tahun lalu menangis kencang itu telah tumbuh menggemaskan.Gadis kecil cantiknya begitu mirip dengan Rebecca. Rambutnya cokelat, lembut dan panjang. Matanya juga indah dan meneduhkan. Hidungnya mancung seperti Glenn, sementara bibirnya tipis dan mungil seperti Rebecca.Sayangnya, di mata Gabriel adiknya itu sosok menggemaskan yang dijahili.Gabriel suka mencubit gemas pipi Anastasia yang gembul. Gabriel memang mengajak Anastasia bermain, tetapi dia juga menjahili Anastasia sampai membuatnya menangis.Suasana taman belakang pagi di momen weekend telah ramai oleh riak suara Gabriel yang tertawa dan Anastasia yang menangis. Keduanya telah bermain di sana dengan diawasi oleh para pengasuh mereka.“Jangan ganggu aku, Kakak!” Anastasia kesal pada Gabriel yang menarik rambutnya. Padahal Anastasia sedang memberi makan anjing kecilnya.“Aku hanya ingin merapikan rambutmu, Ana.” Gabriel mem
Tidak perlu dijelaskan secara terperinci kebahagiaan keluarga ketika Glenn mengumumkan kehamilan kedua Rebecca. Mereka membanjiri ucapan selamat kepada Glenn dan Rebecca, pun Gabriel yang akan menjadi seorang kakak.Emilia dan Abraham langsung menyumbangkan segelintir uang kepada yayasan sosial dan panti asuhan sebagai wujud syukur atas kebahagiaan Glenn dan Rebecca. Nelson pun melakukan kegiatan sosial yang sama di Manchester.Bagaimana dengan Gabriel?Putra tampan Glenn dan Rebecca itu dengan bangga menceritakan perihal dia yang akan menjadi kakak. Dia juga menjadi sosok manis dan perhatian kepada Rebecca.Seperti pagi itu, Gabriel yang telah rapi mengenakan seragam sekolah datang ke kamar tidur Glenn dan Rebecca. Dia membawakan segelas susu untuk dinikmati oleh Rebecca.Hal itu dilakukan karena selama kehamilan yang sudah mengijak lima bulan itu, Rebecca mengalami ngidam yang luar biasa. Wanita cantik itu masih saja mengalami morning sickness yang mengganggu rutinitas pekerjaan.“I
Sebuah ciuman hangat Rebecca hadiahkan ke dahi Gabriel. Putra tampannya itu sudah terlelap tidur akibat lelah seharian merayakan ulang tahunnya. Selimut yang menghangatkan tubuh Gabriel telah dirapikan kembali oleh Rebecca. Namun, ada kejadian lucu yang menahan langkah Rebecca ketika ingin beranjak dari kamar Gabriel.Putra tampannya itu mengigau. “Mom, aku mau adik,” gumamnya.Rebecca geleng-geleng kepala menatap putranya. Gabriel tidak hanya mewarisi ketampanan Glenn, tetapi sikap keras kepala Glenn juga menurun pada Gabriel.Rebecca akhirnya memadamkan lampu kamar Gabriel untuk kemudian menyusul Glenn yang sudah menunggu di kamar mereka. Glenn teralihkan oleh kehadiran Rebecca. iPad yang dipergunakan memeriksa beberapa email penting telah Glenn letakkan ke meja nakas di sebelahnya.“Gabriel sudah tidur?” tanya Glenn berbasa-basi pada Rebecca yang merangkak naik ke ranjang tidur.Rebecca berdehem singkat. “Dia sangat kelelahan, tapi dia masih saja ingat pada keinginannya memiliki ad
Suara mobil yang berhenti di depan kediaman mewah telah memanggil langkah gadis kecil di ruangan tamu. Dia berlari tergesa-gesa, begitu tidak sabar ingin menghampiri seseorang yang mengendarai mobil di depan itu.Baginya, momen kehadiran itu sudah dinanti-nanti. Dia sudah menunggu sejak pagi hari tanpa rasa bosan–sampai waktu telah menunjukkan pukul empat sore.Pintu yang tertutup terbuka, bola mata cantiknya telah berbinar bahagia menyambut sosok tampan yang muncul dari balik pintu.“Daddy sudah pulang?” seru gadis cantik itu menyapa hangat.Sayang, kehangatan itu dibalas oleh sikap dingin dari sosok yang disapa ‘Daddy’ itu. Kehadirannya yang begitu menyambut tidak dianggap, seolah-olah gadis kecil itu tidak terlihat oleh mata.Tanpa rasa peduli apalagi menghargai, sosok ayah itu berjalan meninggalkan gadis kecil yang masih berharap belas kasihnya. Dia benar-benar mengacuhkan, sedikit pun dia tidak melirik ke belakang untuk sekadar melihat gadis kecil yang mulai terengah-engah menyus
Glenn dan Rebecca akhirnya pergi bersama Gabriel sesuai rencana mereka siang itu. Mereka menuju sebuah toko yang menjual lengkap permainan anak-anak. Anehnya, Gabriel tampak berbeda ketika tiba di sana. Dia tidak antusias seperti biasanya. Padahal ketika Glenn dan Rebecca berjanji akan membebaskannya memilih hadiah permainan, bocah laki-laki sangat antusias luar biasa.“Apa mainan yang kau cari tidak ada?” Rebecca menegur Gabriel yang termenung di salah satu rak mainan.Gabriel menggelengkan kepalanya. “Aku mau makan steak di restoran–hotel favoritku, Mom.”Rebecca terheran dengan permintaan putranya. Benaknya tidak menyalahkan dikarenakan Gabriel memang menyukai menu steak di restoran–hotel favorit mereka.“Kenapa tiba-tiba?” Rebecca memastikan.“Tiba-tiba aku ingin makan steak di sana,” pinta Gabriel setengah merengek.“Kita akan ke sana setelah kau selesai memilih hadiah mainanmu. Tapi sebelum ke sana, Mommy akan memantau persiapan perayaan ulang tahunmu besok di ballroom hotel itu
Note: Holla, karena pada minta extra part tampil di Goodnovel, jadi abi tampilin di sini juga. Selamat membaca yaaa :) ~ Lima tahun kemudian ~Kedamaian jiwa Glenn terusik oleh gerakan yang menggelitik di lengannya. Matanya yang lama terpejam perlahan terbuka, dengan gerakan tidak memburu mulai berusaha menjernihkan pandangan mata yang samar-samar.Ujung bibirnya tertarik dan menyimpulkan senyuman tampan. Jiwanya yang terusik seketika tersapu oleh kehangatan yang menggelitik pikiran untuk tertawa geli.Tepat di depan mata, Glenn mendapati tersangka utama yang mengusik kedamaian jiwanya dari dunia mimpi. Namun, dia sama sekali tidak berniat untuk menegur.Pria tampan yang bertelanjang di dalam selimut itu malah berniat untuk menenangkan tersangka utama yang gelisah tertidur dalam pelukannya. Dengan gerakan lembut, dia membelai kepala yang menjadikan lengannya sebagai bantal. Gerakan tangannya berlanjut turun ke bahu telanjang tersangka utama untuk menebarkan kehangatan lewat belaian m
~ Satu bulan kemudian ~Handphone yang lama menempel, akhirnya menjauh dari sisi telinga kiri Rebecca. Wanita cantik itu meletakkan handphone yang digunakan menelepon itu di meja nakas–bersebelahan dengan ranjang yang sedang Rebecca duduki.Menjelang jadwal persalinannya, Rebecca memutuskan untuk mengontrol perusahaan di Manchester by phone dan online. Dia menaruh kepercayaan pada wakil direktur yang ditunjuk langsung oleh Rebecca. Dan seperti biasa, malam itu Rebecca mendapatkan telepon dari wakil direktur yang melaporkan informasi mengenai perusahaan pada hari itu. Percakapan yang terjadi cukup lama dan membuat Glenn yang duduk di dekat Rebecca diserang rasa kesal.“Aku memang mengizinkanmu aktif bekerja, tapi tidak sampai seperti ini juga, Rebecca.” Glenn memprotes ketus sikap Rebecca, sementara tangannya menyerahkan segelas susu vanila ke tangan Rebecca.Rebecca hanya tersenyum senang dan tidak berkata-kata lebih. Dia lebih berkeinginan untuk menengguk habis susu vanila buatan su
Tangis Martha semakin keras melihat tubuh Rowena sudah kaku terselimuti oleh kain. Wanita paruh baya itu menjerit meminta putrinya untuk membuka mata, tapi sayangnya putrinya tetap tidak membuka mata.Tubuh Rowena sudah sangatlah dingin. Itu semua menandakan bahwa sudah tidak ada lagi aliran darah mengalir di tubuh wanita itu. Pun wajah cantik Rowena telah memucat.“Bangun, Nak! Bangun! Jangan tinggalkan Mommy!” Martha meraung meminta Rowena untuk membuka mata. Akan tetapi hasilnya tetap saja tidak mengubah kenyataan—di mana Rowena tidak lagi bernyawa.Bukan hanya Martha yang menangis. Tapi Rebecca yang berada di pelukan Glenn juga menangis melihat Rowena sudah tidak bernyawa. Meskipun Rowena telah berbuat jahat pada Rebecca, namun kenyataan ini sangatlah memilukan.Rowena pergi meninggalkan putri kecilnya sendiri di dunia ini. Sungguh sangat ironi. Bayi yang lahir ke dunia sudah harus kehilangan ibunya. Bayi tak berdosa itu tak lagi memiliki sosok ibu kandung.Sebagai calon ibu, tent
Rebecca sengaja tidak banyak bertanya dikarenakan tempat dan situasi yang tidak mendukung. Dia lebih tertarik mengajak Glenn beserta Nelson untuk pulang. Tetapi setibanya di penthouse, Rebecca tidak menunda-nunda untuk menagih penjelasan dari Nelson yang duduk bersebrangan dengan dirinya di ruangan tamu. Sementara Glenn menjadi pendamping setia di sebelah Rebecca.“Daddy ingin bercerai?” tanya Rebecca sangat serius.Nelson mengangguk. “Lawyer-ku sudah mengurus perceraian ini.”“Kenapa?” Rebecca menyahut cepat.Nelson tersenyum samar mendengar jawaban Rebecca. “Kau tidak yakin pada keputusanku ini?”“Bukan seperti itu, Dad. Aku sangat tahu jika Daddy sangat mencintai Bibi Martha.”Rebecca terdiam canggung ketika ragu-ragu mengeluarkan kalimat yang sudah terangkai di ujung lidah, namun ada keinginan yang lebih besar sehingga dia melanjutkan kalimatnya.“Apa keputusan Daddy itu karena aku?” suara Rebecca sedikit merendah dengan nada melambat yang ragu-ragu.Nelson membantah tegas lewat k
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments