Albert terkejut dan lantas tertawa kecil. "Apa anda pernah mendengar seseorang berkata seperti ini? Segala sesuatu tidak ada yang instan. Bahkan mie instan saja harus dimasak dulu baru bisa dimakan. Begitupun saat anda mencari suami. Ya apalagi suami." ujar Albert dan lantas membuat Alika terus menatapnya.
Albert yang mau bertanya apakah ada sesuatu dengan wajahnya langsung di potong sebelum bicara.
"Apa kau mau menjadi suamiku Al?" tanya Alika dengan mata berbinar.
"Plis." ucapnya lagi.
"Apa anda baru saja membenturkan kepala anda Bu direktur?" tanya Albert serius
"Hah? Kamu pikir ini sinetron?" gerutu Alika.
"Jika saya menjadi suami anda, saya tidak bisa menjadi sekertaris anda lagi dan besar kemungkinan saya akan menjadi pemilik perusahaan properti milik anda." ucap Albert dengan wajah datar.
"Loh bukannya itu bagus?" tanya Alika
"Saya hanya tidak ingin menjadi orang yang repot sama seperti anda."
"Hah?"
"Jika saya menjadi orang yang repot maka saya tidak akan pernah bisa menjadi majikan yang baik untuk Elijah."
Alika tidak percaya ini, Albert bahkan lebih memilih mengurus kucingnya dibanding menjadi pemilik perusahaan besar. Dasar sekertaris tidak jelas.
Alika memijat pelipisnya, pusing dengan kegesrekan sekretarisnya satu ini. "Oke, kalau kamu tidak mau menjadi suami saya. Bagaimana jika menjadi suami kontrak saya?" tanya Alika.
"Tetap tidak bisa, karena akan sama sama merepotkan. Jika saya jatuh cinta dengan anda akan lebih repot lagi." ujar Albert. Alika merasa kesal, ia semakin keras memijat pelipisnya.
"Yasudah kalau begitu carikan aku suami." ujar Alika.
"Apa anda tertarik dengan biro jodoh?" tanya Albert
"Biro jodoh? Ya apapun itu asal saya bisa cepat mendapatkan suami." ujar Alika.
"Baiklah kalau begitu. Saya dengar ada sebuah biro jodoh di daerah Jakarta. Biro jodoh ini sering melahirkan begitu banyak pasangan yang berakhir langgeng dan harmonis rumah tangganya." ucap Albert.
"Yah terserahlah, yang penting saya mau suami. Katakan pada mereka jika saya menginginkan suami dengan lima kriteria, pertama enak dipandang, murah senyum dan semacamnya, kaya atau miskin tidak masalah yang paling penting adalah dia seperti itu ! Kedua baik, bukan orang begajulan, tidak suka narkoba ataupun berhidung tindik. Saya tidak suka, lalu ketiga dia tidak merokok, keempat dia pandai berakting, jika saya meminta dia berakting mesra dengan saya, dia harus pandai berakting dan kelima dia harus pandai memasak." ujar Alika. Albert menyimak, ia langsung berbicara.
"Akan lebih baik jika anda juga ikut dengan saya kesana." ujar Albert.
"Supaya anda bisa bebas memilih yang mana yang cocok dengan anda." ucapnya lagi.
"Boleh sih, kapan rencananya kita kesana?" tanya Alika.
"Besok bagaimana? Anda sibuk?" tanya Albert.
"Jika kamu mau besok, batalkan saja meeting kita besok dan cari hari lain." usul Alika.
"Baik kalau begitu." ucap Albert.
Esok paginya
Alika dan Albert berada didalam mobil Pajero sport itu. Alika tampak sangat cantik saat itu, memakai blouse dan rok pendek serta dibalut oleh sebuah blazer.
Sementara Albert tampil biasa saja, sama persis seperti penampilannya sehari hari berangkat ke kantor. Mobil menepi didepan sebuah lapangan luas yang sejauh mata memandang terdapat ratusan mobil terparkir disana. Alika berpendapat mungkin itu adalah mobil para calon peserta biro jodoh ini.
Bahkan didepan sana terlihat gedung sangat besar dan bertingkat, mirip sebuah apartemen atau gedung pencakar langit yang ada di pusat kota jakarta. Tepatnya gedung itu merupakan kantor biro jodoh yang sedang mereka cari itu.
Sedikit lebih jauh biro jodoh ini bernama "Angel's cupid" bahkan sepanjang mata memandang, Alika bisa melihat spanduk pink dan merah bertuliskan "Angel's cupid" diseluruh area lapangan maupun gedung.
"Angel's cupid" sebenarnya merupakan biro jodoh yang bernaung dibawah perusahaan Angela's group. Perusahaan yang masih berusia seumur jagung namun akibat ketenaran "Angel's cupid" tersebut, ia mampu menjadi perusahaan terbesar se indonesia.
Awal pemasaran mereka adalah memanfaatkan media sosial dan mempromosikan kepada para pelanggan mereka untuk memviralkan kesuksesan mereka dalam mendapatkan jodoh dari Angel's cupid ini.
Semenjak biro jodoh ini menunjukkan performa baiknya sebagai ajang mencari pasangan yang paling laku dan laris manis. mampu menyumbang kekayaan perusahaan yang sangat besar hingga sampai 90 persen bahkan kini perusahaan mereka mulai merambah ke berbagai bidang untuk meluaskan nama mereka agar lebih dikenal ke masyarakat umum yang bukan hanya sekedar menawarkan jasa saja akan tetapi produk juga.
Seperti produk kecantikan, tas branded, baju, berlian dan kuliner. Pemilik Angela's group yang misterius ini pun yang tadinya kaya jadi semakin double tingkat kekayaannya.
Sepanjang Albert menjelaskan tentang Angela's group dan Angel's cupid, Alika menyimaknya dengan baik, ia jadi semakin penasaran dengan perusahaan yang tingkat kekayaannya paling tinggi se-Indonesia itu.
Bahkan perusahaan Alika saja kalah dengan perusahaan itu. Ia penasaran apakah biro jodoh ini mampu memberikan apa yang jadi keinginannya itu.
Mereka akhirnya sampai ke dalam gedung Angel's cupid. Albert menyarankan Alika untuk duduk karena ia menyadari pendaftaran itu akan berlangsung lama.
Alika pun menunggu cukup lama disana lalu kemudian mereka disarankan untuk pergi ke lantai dua. Sesampainya didalam aula lantai dua yang luas dan megah, terdapat begitu banyak peserta biro jodoh bahkan total peserta yang tercatat di buku absen yang Albert isi total ada lima ratusan peserta.
Pembawa acara menjelaskan tentang Angel's cupid, sejarahnya, kapan didirikan, tujuan dan bagaimana awal mula terbentuknya biro jodoh itu. Sangat detail hingga Alika merasa sangat mengantuk mendengarnya.
Albert yang menyadari kepala Alika naik turun ketika mendengarnya langsung menaruh pipi Alika dengan minuman dingin.
Alika menggeram. "Apa yang kau lakukan heh?"
"Saya khawatir anda disuruh maju ke depan kalau ketahuan tertidur." ucap Albert dengan wajah datar. Alika memutar matanya.
"Kau pikir ini disekolah huh?" balas Alika.
Satu jam kemudian pidato pun selesai, bagi Alika itu adalah pidato yang benar benar sangat berguna untuk dijadikan ajang baginya menahan kantuk selama satu jam. Bagus sekali, ia sudah mendengar pidato yang membuang waktunya. Tidak bisakah langsung skip saja bagian pemilihan suami?!
Alika yang merasa tidak sabaran pun berbisik pada Albert. "Tidak bisakah langsung ke bagian memilih suami Al? Aku berlama lama disini bisa jadi fosil nanti." ucap Alika.
Seseorang dibelakang kursi mereka terlihat menertawakan. Alika terkejut saat menoleh ada perempuan sangat cantik dibelakangnya. Seperti malaikat. Bahkan dia nampak seperti boneka dimata Alika, tunggu... mungkinkah dia boneka hidup? Manequin yang tiba tiba berubah menjadi seorang manusia?
Wanita berambut panjang itu tersenyum manis pada Alika, menyapanya. Alika balik tersenyum canggung.
Alika akhirnya diperkenankan untuk masuk ke dalam sebuah ruangan. Albert sialan itu malah tidak memilih ikut ke dalam ruang itu. Benar benar sekertaris tidak setia kawan!
Seorang wanita dengan rambut menyurai panjang yang wajahnya hampir bisa disamakan boneka itu duduk disebuah kursi dan tersenyum menyapanya. Tunggu dia... bukankah dia terlihat seperti wanita tadi?! Si malaikat itu!
Alika langsung balik tersenyum menyapanya. Ia beralih duduk di kursi yang telah disediakan dihadapan gadis itu. Alika sesekali memberanikan diri menatap gadis tersebut dengan menaikkan sedikit wajahnya.
Lalu yang ia terima adalah pesona kecantikan sang gadis yang begitu menyilaukan bahkan hampir melebihi sinar lampu diatasnya.
Tapi kelihatan dari wajahnya, gadis ini tampak masih berumur sekitar belasan tahun. Ah tidak.. minimal baru lulus sekolah sih. Sudahlah.. kenapa juga ia harus memikirkan gadis ini?
Gadis itu tiba tiba mengajak Alika bersalaman, Alika coba meredam rasa canggungnya dengan sebuah kepercayaan diri dan sikap inteleknya.Ia terima salaman tangan gadis itu lalu balik tersenyum sama hal dengannya. Gadis itu berkata. "Perkenalkan, nama saya Angela. Saya adalah orang yang akan membimbing anda untuk mencari cinta sejati yang mungkin akan layak untuk anda pertimbangkan." ucap Angela bijak.
Alika cukup terkejut dengan sikap gadis ini yang seolah sudah paham arti melayani dengan sikap terpuji dan beradab di umur yang terlihat baru belasan itu. Tapi ya.. bukan itu masalahnya. Apa katanya tadi? Pertimbangkan?
Alika merasa ada sesuatu yang salah disini. Ia lantas berkata. "Tunggu, maksud perkataan anda barusan yang mungkin akan layak untuk dipertimbangkan. Apakah mungkin maksudnya anda berkenan memberikan saya kandidat calon suami yang kemungkinan besarnya tidak mungkin saya pilih?" tanya Alika.
Angela tidak terlalu paham dengan maksudnya. "Maksudnya?"
"Maksud saya, apakah tidak bisa jika saya saja yang mengajukan langsung kriteria yang saya inginkan?" tanya Alika. Angela yang baru paham lantas menjawabnya.
"Maaf, tidak bisa bu. Sistem pemilihan calon pasangan disini memang seperti itu. Tidak bisa mengajukan syarat, akan tetapi kita yang menawarkan masing masing biodata para calon." ujar Angela.
Benar benar membuang waktu.
Alika menghela nafas kesal, ia segera menyampirkan tasnya ke lengan dan bangkit dari kursinya. Hendak pergi, namun sebelum itu ia melihat jam di tangannya dan berkata dengan wajah datar menatap Angela lurus.
"Dua jam, tiga puluh menit lewat dua detik." ucap Alika. Angela tidak paham. "Eh?"
"Saya sudah membuang waktu saya disini dua jam tiga puluh menit lewat dua detik, tanpa ada kepastian dan jaminan keinginan saya dapat terpenuhi." ucap Alika.
Sebelum acara pertunangan Angela dan Yudistira dilaksanakan. Alika, Lucas, Angela, Yudistira, Albert maupun Risha kini saling jalan-jalan ke Bali. Jika ditanya kenapa Albert dan Risha juga ikutan diajak, ini tidak lain karena Alika yang dibelakang merencanakan sesuatu, tak bukan adalah berniat mencomblangi mereka.Angin laut langsung menerpa dan menyambut mereka kala empat orang itu keluar dari dalam mobil termasuk Shanice. Shanice yang tadi sempat tertidur kini terbangun kembali dalam keadaan fresh.Para lelaki sudah duluan membuka bajunya, tidak ingin kalah dengan para bule yang ikut bertelanjang dada. Berbeda dengan Alika, Risha dan Angela yang sedang duduk di pantai. Menemani Shanice bermain pasir. Risha terus memperhatikan Albert dari kejauhan yang sedang mencoba berenang dengan lainnya. Risha membatin. "Pak Albert pake segala ninggalin gue lagi. Pamer-pamerin perut kotak segala, bikin gue kebayang sama roti sobek." batinnya. Albert tersadar jika dirinya diperhatikan oleh Risha.
Esok paginyaKarina mendekati Risha yang sedang sibuk membuat surat jalan untuk beberapa orang. "Ris, tahu gak? Katanya ada tukang nasi goreng yang enak banget didepan." ucap Karina antusias. Risha menguap. "Masa tukang nasi goreng pagi-pagi begini sih Kar? Tukang nasi goreng tuh malem-malem adanya." ucap Risha. "Beneran loh, teman-teman yang lain pada nyaranin kesana. Katanya enak banget. Udah cepet lo kesana, gue tahu lo pasti belom sarapan kan sekarang? Keburu masuk jam kerja." ucap Karina."Iya sih gue belum sempet makan, gue bahkan niatnya pengen puasa sekarang. Terus pas dzhuhur langsung buka." ucap Risha."Dikira lo anak TK Ris! Udah buruan kesana." suruh Karina."Tapi kok lu tumben nyuruh gue makan pagi? Apa jangan-jangan ada gajah di balik batu?" tanya Risha curiga."Udah kayak lagu wali ya? Udah buruan, nanti keburu kehabisan. Gigit jari lo." ucap Karina. "Lo enggak ada niat mau masukin racun tikus kan ke nasi goreng gue?" tanya Risha."Emangnya lu Mirna! Digaji berapa g
Tiba-tiba Lucas merasa dirinya diperhatikan oleh Angela. Angela yang merasa terpergok berniat pergi akan tetapi Lucas keburu memanggilnya dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam ruang meeting itu. "Sini!" pekik Lucas.Angela merasa heran, ia pun segera masuk ke ruang meeting dan mendekati mereka."Kenapa Kak?" tanya Angela."Ini, kamu pasti enggak kenal kan sama dia?" tanya Lucas menunjuk ke arah Bella. Angela menatap Bella heran. "Siapa?" tanyanya."Ini Bella! Teman SMA kakak waktu di Amerika dulu." ucap Lucas. Angela tersentak dan kaget bukan kepalang. "Kak Bella?! Yang waktu dulu pakai kacamata tebal itu?!" tanya Angela tidak percaya. "Iya! Dia yang dulu suka mengajari kamu matematika!" ucap Lucas, Angela antusias dan langsung memeluk Bella. "Wah, Kak Bella. Aku senang banget bisa ketemu Kakak disini. Kakak ngapain disini? Pangling loh, makin cantik sekarang." ucap Angela. "Bisa aja kamu haha. Aku direktur Belle's corporation. Kamu tidak tahu tentangku juga kah?" tanya Bella.
"Tapi saya memang sejak awal tidak akan termakan oleh bujuk rayu mereka. Hanya andalah yang terlalu memberi ruang dan kesempatan untuk mereka menghancurkan anda, salah satu contohnya adalah saat kejadian anda keguguran beberapa waktu lalu." ucap Albert. Alika tidak menyangka Albert bisa seberani itu mengatakan hal tersebut. Ia yang semakin geregetan pun kembali menginjak kakinya. Sayangnya Albert kembali menghindar. Sepertinya ia sudah hapal sekarang, tentang kebiasaan Alika itu.Tiba-tiba Risha mengetuk pintu ruang kerja Alika. Tanpa sadar itu membuat Albert terkejut dengan kehadiran wanita itu disana. "P-permisi." ucap Risha yang kemudian masuk ke ruangan Alika dan berjalan mendekati mereka seraya membawa dokumen untuk ditanda tangan.Ia letakkan dokumen itu di atas mejanya. "Ini Bu." ucap Risha.Semenjak ia tahu kalau Alika sudah masuk hari ini, berkas yang biasa ditandatangani oleh Albert kini berubah lagi ke Alika. Alika pun menandatangani berkas itu dengan segera. Selesai me
"Iya. Eh tapi kan Bapak kamu ada dirumah sakit ya? Apa mau saya antar baju-bajunya ke rumahmu selagi kamu dirumah sakit?" tanya Lucas."Enggak Pak, enggak perlu. Nanti saya akan pulang ke rumah dulu kok, baru ke rumah sakit lagi." ucap Kinanti.Esok paginya didepan rumah Kinanti Lucas mengeluarkan koper milik Kinanti dan berikan padanya. "Makasih banyak ya Pak. Saya sangat merasa beruntung bisa bekerja meskipun sebentar di rumah Bapak." ucap Kinanti. "Iya sama-sama." ucap Lucas. Tiba-tiba Liza dan Fika keluar dari rumah besar itu. "Eh nongol lagi kesini. Bukannya kemarin niatnya kabur ya?" tanya Fika menyudutkan."Padahal gue udah bisa leha-leha tanpa ada dia." ucap Liza."Kamar yang tadinya milik gue jadi balik lagi dong? Gak seru ah." ucap Fika.Lucas menatap tajam ke arah mereka dan langsung mengeluarkan ponselnya, telepon seseorang."Halo Pak? Dengan bapaknya Kinanti ya? Saya ingin memberitahu kalau anak Bapak Kinanti sedang dibully lagi Pak. Wah yang bener Pak? Harta warisan B
Andrew ikut berkata. "Yah namanya juga orang dengki. Pasti ada saja yang tidak sesuai keinginannya." ucap Andrew. Lucas kesal, ia balik berkata. "Siapa yang dengki? Bukannya kalian yang suka dengki terlalu berlebihan atas apa yang kami miliki?!" tandas Lucas.Liza dan Fika yang mendengar perdebatan mereka saat itu pun berkata. "Duh berisik banget sih mereka." ucap Liza. Mereka pun pergi dari sana. Rachel kembali berkata. "Kami tidak akan dengki kalau kalian tidak suka pamer!" tandas Rachel. Andrew langsung menyabarkan Rachel. "Sudahlah Hel, mereka berkata seperti itu pasti memang ada motifnya. Untuk membuat kita terpancing dan pada akhirnya terjadi hal buruk pada bayi kita." ucap Andrew. Lucas tertawa mentah."Pintar sekali anda membalasnya, padahal istri andalah yang duluan memulai semua perdebatan ini." ucap Lucas."Heh, sangat tidak mau kalah. Pantas saja anda memiliki istri berwatak buruk seperti Alika." ucap Andrew."Saya merasa sangat beruntung telah menemukan istri seper