Share

BAB 15

Auteur: Starisborn
last update Dernière mise à jour: 2025-12-21 06:46:01

Malam itu sunyi, tetapi bukan sunyi yang menenangkan. Lampu kota terlihat sangat kecil dari jendela rumah mereka—berkelip seperti sesuatu yang jauh dan tidak terjangkau.

Alea berdiri di dekat jendela, mengenakan cardigan tipis warna abu dan gaun sederhana sebatas lutut. Rambutnya masih terikat rapi, bekas apron café seolah masih membayang di bahunya.

Sedangkan Darren berdiri beberapa langkah di belakangnya. Ia sudah berganti pakaian. Kaos putih yang terlihat agak terawang dengan celana ponggol. Namun Wajahnya yang tak tertutupi oleh kacamata seperti biasa terlihat sangat lelah, bukan karena pekerjaan, melainkan karena sesuatu yang lebih dalam—sesuatu yang belum ia temukan namanya.

“Alea,” panggil Darren akhirnya. Alea berbalik perlahan. Tatapannya tenang, tapi ada kehati-hatian di sana.

“Saya rasa kita perlu bicara,” lanjut Darren sembari menyerahkan segelas susu ibu hamil yang beberapa bulan kebelakang ini rutin dia buatkan untuk Alea.

Alea mengangguk. Dia juga merasa begitu. Ia berj
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Setelah Satu Malam dengan Dosenku   BAB 15

    Malam itu sunyi, tetapi bukan sunyi yang menenangkan. Lampu kota terlihat sangat kecil dari jendela rumah mereka—berkelip seperti sesuatu yang jauh dan tidak terjangkau.Alea berdiri di dekat jendela, mengenakan cardigan tipis warna abu dan gaun sederhana sebatas lutut. Rambutnya masih terikat rapi, bekas apron café seolah masih membayang di bahunya.Sedangkan Darren berdiri beberapa langkah di belakangnya. Ia sudah berganti pakaian. Kaos putih yang terlihat agak terawang dengan celana ponggol. Namun Wajahnya yang tak tertutupi oleh kacamata seperti biasa terlihat sangat lelah, bukan karena pekerjaan, melainkan karena sesuatu yang lebih dalam—sesuatu yang belum ia temukan namanya.“Alea,” panggil Darren akhirnya. Alea berbalik perlahan. Tatapannya tenang, tapi ada kehati-hatian di sana.“Saya rasa kita perlu bicara,” lanjut Darren sembari menyerahkan segelas susu ibu hamil yang beberapa bulan kebelakang ini rutin dia buatkan untuk Alea.Alea mengangguk. Dia juga merasa begitu. Ia berj

  • Setelah Satu Malam dengan Dosenku   BAB 14 Ketahuan Darren

    Darren mengangkat topik itu dengan cara yang, menurutnya, paling aman. Malam sudah turun ketika mereka duduk berhadapan di ruang tengah apartemen Alea. Lampu temaram menyala, memantulkan bayangan lembut di dinding. Alea duduk bersila di sofa, mengenakan sweater longgar warna krem dan celana kain hitam. Rambutnya diikat rendah, beberapa helai terlepas membingkai wajahnya yang tampak lelah. Sedangkan, Darren duduk di seberangnya. Punggung tegak, kemeja putihnya sudah berganti kaus abu-abu sederhana. Tangannya bertumpu di lutut, jemarinya saling mengait—gestur kecil yang menandakan ia sedang menimbang kata-kata. “Alea,” panggilnya pelan. Alea mengangkat kepala. “Iya?” pandangannya yang sedang melihat katalog barang-barang bayi teralihkan kepada suaminya. “Kamu pernah cerita sedikit soal keluargamu,” lanjut Darren. “Tapi… cuma sedikit.” Alea terdiam. Hanya satu detik. Namun cukup untuk membuat Darren menangkap perubahan halus di wajahnya—cara rahangnya menegang, cara matanya kehil

  • Setelah Satu Malam dengan Dosenku   BAB 13 Bahaya yang Mengintai

    Alea membangun tembok itu dengan sengaja. Bukan tembok yang terlihat, bukan pula yang bisa disentuh. Melainkan jarak yang dingin, sikap yang terukur, dan tatapan yang tidak lagi memberi ruang. Ia tidak berteriak. Tidak menghindar secara dramatis. Ia hanya berhenti berusaha.Dan bagi Farel, itu jauh lebih menyakitkan. Koridor fakultas dipenuhi lalu lalang mahasiswa, suara tawa, langkah kaki, dan percakapan yang tumpang tindih. Namun saat Alea muncul dari ujung lorong, seolah ada ruang kosong yang tercipta di sekelilingnya. Bahunya tegak, langkahnya mantap, ekspresinya netral—terlalu netral. Farel berdiri bersama Alexa. Ia melihat Alea lebih dulu, refleks tubuhnya langsung menegang. Ia melangkah satu langkah ke depan sebelum sadar bahwa Alea sama sekali tidak menoleh. Bukan pura-pura tidak melihat. Ia benar-benar tidak peduli. “Alea,” panggil Farel. Nama itu meluncur begitu saja, seolah masih punya hak. Alea berhenti. Perlahan ia menoleh, bukan dengan senyum, melainkan dengan tatap

  • Setelah Satu Malam dengan Dosenku   BAB 12 Enemy

    Kaila mengendarai motornya dengan kecepatan pelan, pikirannya tidak benar-benar pada jalanan. Iya memikirkan Alea, sahabatnya itu terlalu menderita, bahkan dalam beberapa bulan kebelakang ini terlalu banyak kejutan dalam hidupnya. Saat sedang asik berpikir tanpa sadar ada sebuah mobil yang akan memotong jalan di hadapannya. Alhasil Kaila membanting kemudinya. Jeretannya menyenggol sedikit spion mobil tersebut. Benturan itu tidak keras—tapi cukup untuk mengubah segalanya. Bukan tabrakan penuh, melainkan momen singkat yang salah posisi, salah jarak, dan salah waktu. Namun dampaknya tetap sama. Motor Kaila oleng. Keseimbangannya hilang. Dalam hitungan detik, tubuhnya jatuh ke aspal. Rasa perih menjalar cepat di lutut dan telapak tangan. “Anjir—!” gerutu Kaila kesal, matanya menatap nanar pada lutut dan betisnya yang mengeluarkan sedikit darah. Belum lagi telapak tangannya yang tergores oleh kerikil aspal. Motor tergeletak miring. Mesin mati. Jalanan mendadak terasa terlalu ramai,

  • Setelah Satu Malam dengan Dosenku   BAB 11 Garis yang Tidak di Pilih

    Kesadaran kembali ke tubuh Alea dengan cara yang tidak ramah.Kepalanya terasa berat, seolah ada beban yang diletakkan tepat di tengah dahinya. Matanya bergetar sebelum akhirnya terbuka, menangkap cahaya pagi yang masuk melalui celah tirai. Putih. Terlalu terang. Terlalu sunyi.Ia menggerakkan jari-jarinya perlahan. Tubuhnya masih utuh, masih di sini, tapi ada sesuatu yang tertinggal di antara tidur dan bangun—sisa suara yang menggema dari pagi sebelumnya."Aku menolak jalang yang kau nikahi."Napas Alea tersendat. Dadanya naik turun tidak teratur sebelum akhirnya ia memejamkan mata kembali, berusaha menepis bayangan suara tua yang bahkan tidak ia kenal wajahnya.Tangannya refleks bergerak ke perutnya.Ada kehidupan di sana. Kecil. Rentan. Dan tiba-tiba terasa sangat sendirian.Pintu kamar terbuka pelan.Darren masuk tanpa suara, seolah takut keberadaannya sendiri akan mengganggu. Ia sudah berpakaian rapi—kemeja bersih, rambut tertata, wajah dosen yang kembali terkunci. Namun Alea bis

  • Setelah Satu Malam dengan Dosenku   BAB 10 Malam Bergairah 🔞

    Jam sudah melewati pukul 7 malam ketika Alea selesai membereskan meja belajarnya di rumah. Rasa lelah yang mengendap dari pagi hingga siang membuat tubuhnya terasa ringan tapi kosong—seolah seluruh energi ditarik keluar namun ia tetap harus berdiri tegak. Darren pulang sekitar lima belas setelah setelah Alea tiba. Pria itu hanya mengangguk kecil—khas Darren—sebelum masuk ke kamar untuk mengganti kemeja kampusnya. Tidak ada percakapan panjang, hanya keheningan nyaman yang mulai terasa familiar di antara mereka. Satu jam setelah makan malam ringan, Alea duduk di sofa ruang keluarga sambil memeluk bantal. Ia berniat membaca pesan dari Kaila, tapi suara langkah kaki masuk membuatnya mendongak. Darren muncul sambil membawa satu gelas kaca tinggi berisi susu hangat… dan satu mangkuk kecil berisi buah potong. “Untuk kamu.” Ia meletakkan semuanya di meja dengan sikap hati-hati, seolah takut menjatuhkan. Alea mengerjap. “Pak… kenapa repot-repot?.” segera meraih susu yang di sodorkan

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status